Saturday, February 27, 2016

Memahami Kebudayaan Melalui Sastra

Nama/NPM     : Tomi Tri Anggara / 1406538076
Prodi               : Sastra Belanda
Mata kuliah     : Kebudayaan Indonesia
Memahami Kebudayaan Melalui Sastra
Pada Kamis, 25 Februari 2015 kemaren saya mendapat kuliah umum yang diisi oleh bapak Sunu Wasono, seorang sastrawan dan budayawan UI (dan Indonesia). Kuliah ini diadakan untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kebudayaan Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya UI. Tema untuk kuliah umum kali ini adalah "Memahami Kebudayaan Melalui Sastra"
Kuliah umum diawali dengan berbagai pengertian kebudayaan. Memang kebudayaan bukanlah sesuatu yang mudah didefinisikan. Sehingga muncul puluhan bahkan sampai ratusan pengertian yang berusaha mendefinisikan apa itu kebudayaan. Munculnya beragam pengertian ini dikarenakan oleh sifat dinamisme kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan selalu berkembang dari masa ke masa.
Meskipun sulit untuk didefinisikan, kebudayaan sebenarnya memiliki tiga wujud yang universal.  Ketiga wujud tersebut adalah:
1.      Wujud Gagasan (idea)
Gagasan atau ide terdapat dalam pikiran manusia. Gagasan-gagasan setiap orang dalam masyarakat tertentu akan membentuk sistem budaya masyarakat itu. Sebagian orang mungkin tidak menyadari gagasan sebagai salah satu wujud dari budaya karena menganggap budaya hanya yang konkret saja seperti kebiasaan dan benda-benda.
2.      Wujud Aktivitas (act)
Wujud gagasan merupakan perilaku-perilaku yang dimunculkan secara konkret oleh masyarakat sebagai hasil dari gagasan. Perilaku-perilaku ini kemudian membentuk sistem sosial.
3.      Wujud Benda/Karya
Wujud benda merupakan wujud yang paling konkret dari budaya. Sehingga sebagian orang mengidentikkan budaya dengan wujud benda ini, seperti candi-candi, prasasti, masjid dll. Namun wujud benda adalah hasil karya dari yang paling dasar, yaitu gagasan, yang menjadi konkret karena perilaku-perilaku.
Selain memiliki tiga wujud tersebut, kebudayaan juga dapat ditelaah apa saja unsur-unsur yang membentuknya. Dari ruang lingkup yang sangat luas, secara umum kita dapat menggolongkan unsur-unsur kebudayaan menjadi tujuh unsur. Ketujuh unsur tersebut adalah: bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Ketujuh unsur tersebut tidak memisah, tetapi bersinergi satu sama lain membentuk budaya yang utuh.
Salah satu produk budaya yang telah ada sejak lama dan terus berkembang menjadi beragam genre adalah sastra. Sama halnya dengan kebudayaan, sastra juga telah didefinisikan orang dengan berbagai pengertian. Namun, secara garis besar sastra itu adalah sejenis karya imajinatif yang menggambarkan perasaan dan pikiran dengan bahasa sebagai mediumnya. Jadi, sastra merupakan bagian dari seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Bapak Wasono memberikan beberapa contoh karya sastra dalam bentuk novel yang sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu namun masih dibaca sampai sekarang. Hal itu menunjukkan bahwa novel-novel tersebut memiliki nilai budaya, terutama estetika, yang sangat tinggi. Nilai budaya yang saya maksud tidak hanya karena kalimat-kalimat puitis yang terdapat dalam novel tersebut, tetapi juga unsur-unsur budaya lokal daerah tertentu yang diceritakannya. Beberapa novel tersebut adalah:
1.      “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari: cerita ini dijelaskan paling banyak dan panjang lebar. Dari yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa novel ini sarat dengan nilai-nilai budaya lokal, tepatnya budaya Banyumas, Jawa Tengah. Banyak tradisi atau kebiasaan Jawa yang diangkat menjadi cerita dari novel ini. Terutama yang berkaitan dengan ronggeng yang menjadi tema utama dalam novel ini.
2.      “Para Priyayi” karya Umar Kayam: novel ini juga berlatarkan tanah Jawa namun berbeda tema. Dari ceritanya kita akan mengetahui kehidupan para priyayi di Jawa.
3.      “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli: novel ini menggambarkan situasi di Minangkabau (Sumatera Barat) di era 1920an ketika perjodohan oleh orang tua masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Sehingga novel ini muncul sebagai tanggapan terhadap budaya perjodohan tersebut.
4.      “Robohnya Surau Kami” karya A.A Navis: Masih berlatar di ranah Minang, cerita ini sarat dengan nilai-nilai religi, yaitu agama Islam yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Minang. Dalam cerita ini juga terkandung tanggapan terhadap masyarakat Minang.
5.      dll
Dari karya-karya yang telah dipaparkan dalam kuliah ini, saya melihat adanya realisasi dari fungsi-fungsi karya sastra yang sebelumnya juga telah dijelaskan oleh bapak Wasono di awal kuliahnya. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1.      Media untuk menyampaikan gagasan dan tanggapan mengenai berbagai hal
2.      Media untuk menyampaikan informasi mengenai berbagai hal
3.      Media untuk mengukuhkan/mengabsahkan sesuatu
4.      Media untuk mendokumentasikan budaya
Novel-novel di atas memiliki keempat fungsi tersebut. Misalnya novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dan “Siti Nurbaya” yang jelas sekali memiliki fungsi nomor 1 dan 2. Keduanya memberikan informasi mengenai tradisi daerah tertentu sekaligus menyampaikan tanggapan dari penulis, secara eksplisit ataupun tidak. Jika kita melihat ending ceritanya, kita akan menemukan fungsi nomor 3, yaitu mengukuhkan sesuatu. Dalam novel “Robohnya Surau Kami” nilai yang ingin dikukuhkan adalah ketaatan kepada Allah Swt. Namun ketaatan itu tidak boleh membuat kita lupa akan realitas kehidupan di dunia. Dalam “Ronggeng Dukuh Paruk” sebenarnya penulis juga ingin mengukuhkan bahwa Ronggeng itu bukanlah budaya yang sesuai agama, namun hal itu tidak disampaikan secara gamblang. Terakhir, fungsi nomor 4 merupakan fungsi nyata bagi karya budaya yang konkret seperti novel, termasuk foto, film dll. Budaya ronggeng yang sekarang sudah tidak ada lagi bisa diketahui oleh anak-anak zaman sekarang, hingga masa depan, dengan membaca novelnya. Ini berarti bahwa novel itu menjadi dokumentasi dari budaya seperti ronggeng dan lain sebagainya.
Menurut saya, fungsi novel yang berisi banyak informasi mengenai masyarakat tertentu sangat cocok untuk pelajar budaya, lokal, nasional maupun asing. Untuk mahasiswa sastra asing misalnya, novel “Negeri van Oranje” yang menceritakan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Sekarang sudah banyak novel-novel yang menceritakan kehidupan negara lain yang bermanfaat untuk mahasiswa sastra asing atau yang mempelajari budaya, baik itu novel yang dibuat oleh masyarakat Indonesia yang pernah tinggal di negara tersebut maupun yang dibuat oleh orang-orang natif yang berbicara mengenai negerinya sendiri. Dari situ kita bisa mempelajari budaya asing. Contohnya dari novel “99 Cahaya di Langit Eropa” kita akan mengetahui budaya umat muslim di Eropa, sedangkan dari novel “Assalamualaikum Beijing” kita bisa melihat situasi umat muslim yang berbeda, yaitu di negeri Tiongkok.
Selain novel-novel era 1900an, dalam kuliah umum ini juga disinggung sedikit mengenai beberapa jenis karya sastra kuno seperti Babad Tanah Jawi, Lelembut dll. Hal ini sangat menarik karena mempelajari karya sastra kuno berarti mempelajari nilai-nilai budaya kita yang sudah sangat lama. Dari situ kita bisa membandingkan nilai-nilai budaya kuno yang merupakan asal-usul dari yang ada sekarang dengan nilai-nilai yang sekarang ada di masyarakat. Selain itu, kita juga menjalankan tugas sebagai pelaku budaya, yaitu menjaga agar budaya kita tidak punah begitu saja.
Sebagaimana yang kita ketahui, di Indonesia banyak hasil-hasil karya sastra lisan atau tulisan yang dimiliki masyarakat lokal tertentu. Seperti Babad Tanah Jawi di Jawa, pidato-pidato adat di Minangkabau, Riau atau Gorontalo, serta beberapa kitab-kitab kuno yang mungkin sekarang sudah sangat jarang. Terutama yang berbentuk sastra lisan seperti tambo di Minangkabau yang rentan terhadap kepunahan, sehingga harus kita lestarikan dengan mendokumentasikan dan mempelajarinya.
Dalam kuliah umum ini, bapak Wasono lebih memfokuskan perhatiannya pada novel. Namun, berbagai jenis karya sastra lain, seperti drama dan puisi, (hampir) tidak disinggung. Sedangkan puisi dan drama atau karya sastra lain yang bukan novel juga kaya dengan nilai budaya. Dalam puisi misalnya, penulis puisi biasanya menuliskan pikirannya mengenai situasi di daerah tertentu dan pada waktu tertentu yang ingin ia ekspresikan. Sehingga kita juga dapat melihat nilai-nilai budaya dari apa yang ditulis dalam puisi tersebut.
Secara keseluruhan inti yang didapatkan dari kuliah ini adalah memanfaatkan karya sastra untuk mempelajari budaya masyarakat yang ada. Dalam karya sastra banyak terdapat nilai-nilai budaya karena tugas dari sastrawan adalah mendokumentasikan kebudayaan melalui karyanya. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah banyaknya mahasiswa yang jarang membaca karya-karya sastra yang lama namun bernilai tinggi. Untuk itu, perlu adanya pengintensifan membaca karya-karya sastra tersebut oleh mahasiswa, terutama mahasiswa budaya.

Sunday, February 21, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Introduce yourself! (Memperkenalkan diri)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Introduce yourself! (Memperkenalkan diri)
Well guys. This is my first post about learning Dutch. Now I’m just a second-year-student of Dutch Studies, so I’ve known enough basic words and Dutch grammar.
When you’re at the beginning of learning foreign language, the first thing you have to learn is how to introduce yourself in that language. Here I give some phrases or sentence relating to our topic.
Hallo iedereen! / Hallo allemaal : Hello everyone! (halo semuanya!)
Mijn naam is . . . . . (name)                           : My name is . . . . (Nama saya . . . . . .)  
Ik heet . . . . . . (name)                                    : I am called . . . . (Saya dipanggil . . .)
Ik ben . . . . . (age) . . . jaar                            : I am . . . . years old (Saya berumur . . . . . tahun)
Ik spreek . .en . . .                                            : I speak . . . and . ..  (Saya berbicara bahasa . . . dan . . .)
Ik spreek geen . . .                                           : I don’t speak . . . (Saya tidak bisa bahasa . . . .)
Ik spreek een beetje . . . .                            : I speak a little bit . . . (Saya bisa sedikit bahasa . . .)
Ik kom uit . . . . . (country/origin)               : I come from . . . . . (Saya berasal dari . . . . (asal) . . .)
Ik woon in . . . . . . (city of address)           : I live in . . . . (Saya tinggal di . . . . . .)
Aangenaam! / Leuk je te ontmoeten      : Nice to meet you! (Senang berkenalan dengan anda)

And if you want to ask question to someone, these are how to ask it.
Wie ben jij? / Wie bent u?                           : Who are you? (Siapakah kamu?)
Ben jij . . . ? / Bent u . . . .?                            : Are you . . . .? (Apakah anda . . . .?)
Wat is uw/je naam?                                        : What’s your name? (Siapakah nama anda?)
Hoe heet je? / Hoe heet u?                         : How do I call you? (Siapakah nama anda?
Hoe oud ben je? / Hoe oud bent u?        : How old are you? (Berapakah umur anda)
Welke taal (talen) spreek je?                      : Which language(s) do you speak? (anda bicara bahasa apa?)
Waar kom je vandaan? / Waar komt u vandaan? : Where do you come from? (Darimanakah anda berasal?)
Waar woon je? / Waar woont u?              : Where do you live? (Dimanakah anda tinggal?)

You can use these several words of names of countries and languages for the blank sentences above.
Name of country
Name in Dutch
Language
Male person (persons)
Female person
The Netherlands
Nederland
Nederlands
Nederlander(s)
Nederlandse
England
Engeland
Engels
Engelsman(nen)
Engelse
France
Frankrijk
Frans
Franseman(nen)
Française/Franse
United States
Verenigde Staten
Engels
Amerikaan(kanen)
Amerikaanse
Germany
Duitsland
Duits
Duitser(s)
Duitse
Indonesia
Indonesië
Indonesisch
Indonesiër(s)
Indonesische
Japan
Japan
Japans
Japanner(s)
Japanse
China
Chine
Chinees
Chinees(Chinezen)
Chineese
South/North Korea
Zuud-/NoordKorea
Koreaans
Koreaner(s)
Koreaanse
Russia
Rusland
Russisch
Rus(sen)
Russische
Italy
Italië
Italiaans
Intalianer(s)
Italiaanse
Spain
Spanje
Spaans
Spanjaard(en)
Spaanse
Portugal
Portugal
Portugees
Portugeser(s)
Portugese
Malaysia
Maleisië
Maleis
Maleisiër(s)
Maleisische
Turkey
Turkije
Turks
Turk(en)
Turkse
Brazil
Brazilië
Portugees
Braziliaan (lianen)
Braziliaanse
Belgium
België
Nederlands/Frans
Belg(en)
Belgische
Canada
Canada
Engels/Frans
Canadees (dezen)
Canadese
India
Indië
Hindi/Engels
Indiër(s)
Indische
Sweden
Zweden
Zweeds
Zweed(zweden)
Zweedse
Palestine
Palestijn
Arabisch
Palestijn(en)
Palestijnse
 I just write some of the countries of the world. If you want to know more, just ask via comment.

Note:
Dutch has two forms for word “you” in singular context. They are “je” and “u”. The difference is that “je” is used in informal situation, while “U” for formal situation. So, we use “je” for our friends, families and other close people around us. And “U” we use to teacher, older people, foreigner or people we just know. Remember that Dutch has different form for singular “you” plural “you” (more than one). We use “je” if “you” is only one person. While “jullie” if “you” relates to two persons or more.

Dalam bahasa Belanda ada 2 bentuk untuk “kamu/anda”. Kedua bentuk itu adalah “je” dan “u”. “Je” digunakan dalam situasi informal seperti kepada teman, keluarga dan orang-orang dekat lainnya. Sedangkan “U” dalam situasi tidak formal seperti di sekolah, kantor, kepada orang yang lebih tua atau kepada orang yang baru dikenal. Untuk kata “kalian” dalam bahasa Belanda adalah “jullie”. Jadi, dalam kalimat-kalimat di atas saya membuat dua bentuk kalimat, yang satu menggunakan bentuk “je” dan yang satunya lagi menggunakan “U”

Dutch Pronunciation (Ejaan Bahasa Belanda)

Dutch Pronounciation Guide (Petunjuk Ejaan Bahasa Belanda)
Have you ever heard a Dutch man reading? Is that different to what we do? The answer must be yes, if you’re English speaker. So, before you learn Dutch from book or internet with no audio file, you have to learn how to pronounce and read (or write) in Dutch words and sentence. Below is the alphabethical system of Dutch. I should tell you, that Dutch writing system is very easy because it’s rather phonetic than some other languages like English. It means that you read as what is written. But there are still some exception. Alright, let’s off to the alphabet.
(Ejaan bahasa Belanda sangatlah mudah. Bahkan sangat mirip dengan bahasa Indonesia, kecuali beberapa huruf. Berikut alfabet Belanda. Cekidot!)

A.      Vowels:
Vowels in Dutch are so many, sometimes the same letter is read long, and sometimes short based on whether it is in open syllable or closed syllable. (Huruf vokal dalam bahasa Belanda sangat beragam. Huruf yang sama bisa diucapkan panjang, ada yang diucapkan pendek tergantung ia terbuka atau tertutup)
Long vowel (vokal panjang) : a, i, u, e, o, ɜ, y, ø etc
1.       At the end of the syllable (except some ended in e) (Di akhir suku kata, kecuali beberapa e)
Ex: “la” [la.], “ga” [xa:], tante [tantə]
2.       Double written in close syllable, but long i is written as ie (ditulis ganda dalam sukukata tertutup, tapi i panjang ditulis ie)
Ex: laatje [la.cə], vuur [fy:r], stamboom [stɑmbo.m], liegen [li.xən], nadelen [na.de.lən], lopen [lo.pən], cultuur [kœltyr]
3.       All diphtong is long pronounced
Ex: lui [lœy], leugen [løxən], gelijk [xəlæk]
Short vowel (Vokal pendek) : ɑ, ɩ, œ, ə, ɔ etc
1.       Letter e at final (huruf e di akhir)
Ex: lente [lɛntə], tante [tantə], beste [bɛstə]
2.       Single written in close syllable (ditulis satu saja dalam suku kata tertutup]
Ex: kat [kɑt], koppel [kɔpəl], dun [dœn]
A : long a as in father, short a as in again
I : long ie as in feet, short i as in pitch
U : the letter U in Dutch is pronounced [y] if long and [œ] if short
E : long e (can be either e(french é) or ɛ (french è)) as in say or bad; short e (french e/ schwa) as in petition
O : long o as in told, short o as in talk
UI : sounds like short a, followed by u (seperti a pendek diikuti oleh huruf u)
IJ / EI : sounds like ei, with french è
EU : sounds like eu, but different
OE : this is the sound of English oo in Dutch
OU : like ou in English loud
Exception (pengecualian):
I in ig or IJ in lijk : sounds like e schwa [ə] (bunyi e schwa seperti dalam “ketika”)

B.      Consonants:
B : similar to English /Indonesian
C : usually sounds like k, but sometimes s when preceded by i, e or y (biasanya k, tetapi bisa jadi s jika sebelum huruf i, e atau y)
D : similar to English /Indonesian
F : similar to English /Indonesian
G : Dutch G is so much different. It sounds like ch in Scots “loch” or German “noch” (bunyi kh Arab). But in loanwords from French sounds like zh when preceded by letter i, e or y.
H : similar to English /Indonesian, but never at the end of the word
J : is read as English y, sometimes zh in loanwords from French (bunyi y Indonesia, atau zh jika dalam kata pinjaman dari Perancis)
K : similar to English /Indonesian
L : similar to English /Indonesian
M : similar to English /Indonesian
N : similar to English /Indonesian
P : similar to English /Indonesian
Q : only used in loanwords, pronounced like k
R : different to English r, Dutch is trilled (seperti r Indonesia)
S : similar to English /Indonesian
T : similar to English /Indonesian
V : can be f or between f-v, but mostly is pure f (seperti f Indonesia)
W : like English v, except at the final position then it becomes vowel (seperti bunyi v Inggris, kecuali di akhir kata menjadi vokal)
X : only used in loadwords, sounds the same (hanya dalam kata serapan, bunyi seperti ks)
Y : only used in loanwords, sounds the same (hanya dalam kata serapan, bunyi sama)
Z : similar to English /Indonesian, but sometimes read as s
Dj / tj : like English ch in choice (seperti bunyi c Indonesia)
CH : the same as Dutch g (German ch in noch) [x] (bunyi kh bahasa Arab) ; but like sh as in shine, in all loanwords from French.
SJ : like sh as in show
SCH : like S + CH [sx] (seperti s ditambah kh)

It all seems complicated and difficult. But if you often hear Dutch in youtube or CDs or whatever you’ll in short time adapt its pronounciation. It just seems difficult because I use IPA system. If you often listen Dutch while reading its transcription, it’ll be so much easier. So, let’s study Dutch together.

If you have any question about the Dutch pronunciation just ask me via comment.

Saturday, February 20, 2016

Budaya: Etimologi

Kata “Budaya” dan Ilmu Pengetahuan
Dalam postingan kali ini saya akan menjelaskan tentang asal muasal kata “budaya” dan kenapa kata itu begitu penting bagi saya. Berikut ulasannya, check it out!
Dulu saya, dan mungkin hampir semua orang, percaya bahwa kata “budaya” adalah kata dalam bahasa Indonesia. Hal itu memang benar karena kata itu terdapat dalam KBBI, so pasti lah! Namun siapa sangka jika dilihat secara etimologinya atau asal katanya, kata “budaya” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidya yang berarti “wawasan” atau “ilmu pengetahuan”. Nah, sudah terjawab bukan kenapa saya menganggap kata ini penting? Ya, karena asal kata “budaya” itu berarti ilmu pengetahuan. Sciencia est potentia, ilmu pengetahuan itu adalah potensi!
Jika ditarik lebih jauh lagi, kata Vidya dalam bahasa Sanskerta juga memiliki akar kata yang sama dengan kata dalam bahasa Latin dan Yunani. Dalam bahasa Yunani terdapat kata idea yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Latin kita mengetahui kata video yang artinya “melihat”. Tapi jangan langsung berkesimpulan bahwa kata itu berbeda dikarenakan salah satu artinya “melihat”. Indera penglihatan adalah hal yang sangat penting di peradaban Indo-Eropa. Sehingga “melihat” mereka jadikan proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Berkaitan juga, toh? Ini memang fakta etimologi, bukan sekedar alasan.
Butuh bukti lain? Nah, mari kita lihat kata “melihat” dalam bahasa Inggris yaitu to see. Kata to see ini jika diucapkan dengan “Oh, I see” bisa bermakna “saya paham”. “Paham” di sini berarti orang yang berbicara telah mengetahui atau memiliki pengetahuan atas sesuatu.
We’re back to Vidya and friends! Dalam bahasa Germanik juga terdapat kata yang sama. Kata wissen dalam bahasa Jerman berarti “mengetahui”. Saudara bahasa Jerman, yaitu bahasa Belanda, menggunakan kata weten untuk itu yang pastinya masih memiliki akar yang sama dengan kata-kata yang telah saya sebutkan tadi.
Selain dari kata Vidya, kata ‘Budaya’ juga dikatakan asalnya adalah budhaya  yang masih merupakan kata dalam bahasa Sanskerta. Artinya adalah “ilmu” atau “gagasan”. Meskipun sedikit berbeda namun pada dasarnya itu adalah kata yang sama. Secara fonologis juga masih terdapat kemiripan antara Vidya dengan Budhaya yang menyebabkan keduanya dikatakan seakar.

Akhirnya sekian dulu yang dapat saya share hari ini. Ditunggu ya postingan selanjutnya :) 

Thursday, February 18, 2016

Bahasa Esperanto

Bahasa Esperanto
Hallo allemaal (hello everyone!). Hari ini gue mau cerita tentang sebuah bahasa yang unik menurut gue., yaitu bahasa Esperanto. Kenapa sih gue tertarik dengan bahasa ini? Yuk diliat penjelasan gue mengenai bahasa ini dan temukan hal yang membuatnya berbeda dengan bahasa-bahasa lain di dunia.
Jadi, bahasa Esperanto adalah sebuah bahasa buatan (artificial language) yang dibuat oleh seorang dokter mata Yahudi berkebangsaan Polandia bernama Ludovic Lazar Zamenhof. Dengan waktu singkat bahasa ini mulai banyak digemari banyak orang dan memiliki kelompok pendukung di seluruh dunia.
A.      Sejarah
L.L Zamenhof lahir pada 1859 dan tumbuh di lingkungan kota kecil bernama Bialystok yang sangat heterogen; penduduk kota ini terdiri dari etnis Rusia, Polandia, Jerman, Yahudi dan Lithuania yang berbicara dengan bahasa masing-masing. Dari masa kecilnya Zamenhof telah mengimpikan dunia yang damai, salah satunya dengan sebuah common language (bahasa umum).
Setelah menginjak remaja Zamenhof mulai mengusahakan menyusun bahasa tersebut. Pada akhir masa sekolah menengahnya Zamenhof menunjukkan pada teman-temannya akan pentingnya sebuah bahasa yang ia sebut “lingwe uniwersala”, dan banyak yang tertarik dengannya. Pada 1878 draf pertama dari bahasanya berhasil diselesaikan.
Draf pertama tersebut tidak serta merta diterbitkan oleh Zamenhof secara langsung. Hal itu karena ia masih terlalu muda pada waktu untuk mempublikasikan sebuah proyek. Awalnya mereka mendiskusikan dengan orang0orang tua, namun malah mereka ditertawakan. Oleh karena itu Zamenhof menunda untuk menerbitkan konsepnya itu sambil menambah perbaikan-perbaikan pada bahasanya.
Ketika masa praktiknya sebagai dokter, barulah Zamenhof mencari penerbit untuk bahasa barunya tersebut. Untuk itu ia membuat manuskrip berjudul “lingvo internacia” dengan nama samaran “Doktoro Esperanto” yang artinya doktor penuh harapan. Meskipun awalnya terkendala oleh dana, namun pada 1887 akhirnya ia mendapat dukungan finansial dari ayah seorang rekannya dan buku pertamanya berjudul “Unua Libro” atau buku pertama. Buku ini kemudian berkembang di Eropa kemudian ke seluruh dunia. Sejak saat itu juga konvensi-konvensi para pengikut Esperanto di seluruh dunia secara rutin diadakan.
B.      Bahasa Sumber
Dari kecil Zamenhof tumbuh dalam lingkungan dengan banyak bahasa. Sehingga tidak mengherankan kalau ia telah menguasai banyak bahasa sejak masih muda, di antaranya bahasa Ibrani, Polandia, Jerman, Perancis, Rusia dan Yiddi. Ketika memasuki sekolah menengah ia mendapat pelajaran bahasa Latin dan Yunani (dua bahasa klasik “internasional). Setelah mempelajarinya ia berpikir kenapa salah satu dari dua bahasa tersebut tidak dijadikan bahasa internasional saja. Namun kemudian ia menyadari bahwa bahasa tersebut memiliki aturan tata bahasa yang sangat sulit bahkan untuk dirinya sendiri. Dia menginginkan bahwa bahasa umum internasional itu haruslah sesederhana mungkin sehingga semua orang dapat dengan mudah mempelajarinya. Masalahnya adalah bahasa yang sesederhana itu tidak ada di dunia.
Ketika mempelajari bahasa Inggris, Zamenhof mengamati tata bahasa yang lebih sederhana dari bahasa Latin atau Yunani. Sehingga ia mendapat ide untuk merancang bahasa buatan yang sederhana.
Awalnya ia menyusun perbendaharaan kata-katanya. Huruf demi huruf, suku kata demi suku kata, dan kata demi kata diusahakan untuk dibuatnya. Namun ia meyadari pasti akan sangat susah menghapalnya jika setiap kata yang dibuat sama sekali baru. Akhirnya sampailah ia pada ide untuk menjadikan bahasa Roman (bahasa-bahasa turunan dari bahasa Latin seperti Perancis, Spanyol, Italia, Portugis dll) dan Germanik (seperti Jerman, Belanda, Inggris, Swedia, Norwegia dll) sebagai basis bahasanya. Sehingga bahasa buatannya akan sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa. Kemudian ia juga memperoleh untuk membuat banyak prefiks (awalan) dan suffiks (akhiran), dengan membandingkan kata-kata dan memperhatikan hubungannya, untuk mempermudah kosakatanya, sehingga akar kata yang harus dipakai, dan dihapal, dapat dikurangi sebanyak mungkin.
C.      Leksem dan Gramatika
Seperti yang telah dijelaskan di atas, basis bahasa Esperanto adalah bahasa Roman dan Germanik. Dengan demikian kita bisa memperhatikan sebagian besar kosakata bahasa Esperanto berasal dari bahasa-bahasa dari kedua rumpun tersebut. Contohnya:
trinki (minum, Jerman: trinken), patro (ayah, Inggris: father), paroli (berbicara, Italua: parlare).
Dalam hal gramatika atau tata bahasa, bahasa Esperanto sangat sederhana dan sistematis. Kita tidak akan menemui  aturan-aturan ireguler (tak beraturan, pengecualian) seperti dalam semua bahasa di dunia. Bentuk kata dan tata kalimat diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada penyimpangan aturan. Struktur kalimatnya seperti contoh di bawah ini:
Mi amas vin. (Mi = I, amas = love, vin = you --> I love you)
Mi ne amas vin. (Mi = I, ne = do(es) not (negation), amas = love, vin = you --> I don’t love you)
Ču vi amas min? (Ču = Do(es)? (interogation), vi = you, amas = love, min = me --> do you love me?)
Simpel, bukan? Bahkan pola kalimat itu sama dengan bahasa Indonesia atau Inggris.
Selain itu Zamenhof juga telah memudahkan menghapal kosa kata bahasa Esperanto dengan berbagai macam prefiks dan sufiks. Sehingga hanya dengan mengetahui satu kata, kita akan mengetahui banyak kata lain yang diturunkan dari kata itu dengan menambahkan prefiks atau sufiks. Berikut contohnya:
1. patro                = ayah = “patr-“, akhiran o = kata benda
2. patrino            = ibu --> patr + in + o (akar kata “patr” + sufiks pembentuk feminin “in” + sufiks kata benda “o”)
3. patrina            = keibuan --> patr + in + a (patrino = ibu (sudah dapat kan dari rumus di atas) + sufiks “a” sebagai penanda kata sifat (adjektif)
4. bopatrino       = ibu mertua --> bo + patr + in + o (prefiks “bo” (berarti hubungan karena pernikahan) + patrino = ibu (yang sudah dapat juga tadi)
5. bopatro           = ayah mertua (kembali ke kata ayah) --> bo + patr + o (prefiks “bo” (hubungan perkawinan) + patr = ayah + sufiks “o” = penunjuk kata benda)

Lebih mudah lagi, bukan? Coba bayangkan dengan hanya sedikit akar kata dan lebih sedikit lagi usaha menghapal prefiks dan sufiks kita sudah bisa menyusun sendiri banyak kata lainnya. Dan semua itu tanpa pengecualian atau irregularities.

Monday, February 15, 2016

Bahasa Afrikaans

Introduction to Afrikaans
Goede morgen allemaal (Good morning everyone!) Hari ini giliran bahasa Afrika (Afrikaans) yang jadi bahan pembicaraan gue. Kenapa gue membahas bahasa Afrikaans yang biasanya jarang dibahas? Karena bahasa Afrikaans adalah salah satu bahasa yang berasal dari bahasa Belanda. Nah, bagi yang penasaran bagaimana bahasa Afrikaans itu, yuk langsung dibaca aja!
Bahasa Afrikaans adalah salah satu bahasa resmi di negara Afrika Selatan dan merupakan bahasa terbesar ketiga di negara itu. Tidak hanya di Afrika Selatan, bahasa Afrikaans juga dituturkan sebagai bahasa minoritas di Namibia. Bahasa ini berasal dari bahasa Belanda yang dibawakan oleh koloni-koloni Belanda beberapa abad yang lalu ke Afrika Selatan. Bahasa Belanda yang mereka bawa berevolusi dengan pengaruh bahasa-bahasa lain menjadi bahasa Afrikaans yang sekarang.
Bahasa Afrikaans disebut sebagai saudara bahasa Belanda karena bahasa intinya adalah bahasa Belanda. Secara gramatikal bahasa ini hampir benar-benar sama dengan bahasa Belanda. Kosakatanya pun hampir semuanya berasal dari kosakata bahasa Belanda. Contohnya “dank je” (terima kasih dalam bahasa Belanda) dan “dankie” (terima kasih dalam bahasa Afrikaans). Oleh karena itu, bahasa Afrikaans juga termasuk rumpun bahasa Germanik barat. Namun bahasa-bahasa lain juga memiliki kontribusi dalam sejarah evolusi bahasa ini.
Bahasa-bahasa lain yang memiliki kontribusi dalam bahasa Afrikaans selain bahasa Belanda adalah bahasa lokal seperti bahasa suku Khoisan dan suku Nguni. Pengungsi seperti Huguenot Perancis juga berpengaruh dalam perkembangan bahasa ini. Selain itu, bahasa ini juga mendapat pengaruh dari bahasa Jerman dan Inggris karena kedatangan misionaris dari Jerman dan Skotlandia. Terakhir, budak-budak dari Indonesia dan Malaysia yang diperdagangkan oleh Belanda waktu itu juga memberikan unsur-unsur bahasa Melayu ke dalam bahasa Afrikaans.
Afrikaans adalah sebuah bahasa yang multikultural. Hal itu karena bahasa ini dipergunakan oleh berbagai macam suku bangsa seperti yang telah disebutkan sebelumnya. Bahasa ini juga sebenarnya tidak rasis, meskipun banyak yang mengasosiasikannya dengan apartheid (diskriminasi ras di Afrika Selatan). Orang kulit hitam maupun kulit putih menggunakannya secara bersama-sama tanpa ada klaim siapa yang memiliki bahasa Afrikaans.
Bahasa Afrikaans sangat mudah untuk dipelajari. Apalagi jika kalian sudah menguasai bahasa Belanda, yang merupakan asal bahasa ini, atau setidaknya bahasa Jerman. Karena struktur kalimat dan kosakata bahasa Afrikaans sangat mirip dengan bahasa Belanda, bahkan bisa dikatakan sama untuk kadar tertentu. Bahasa Afrikaans bahkan lebih mudah dari bahasa Belanda (biasanya bahasa Kreol memang lebih sederhana). Contohnya, jika bahasa Belanda mempunyai 4 macam konjugasi untuk kata kerja “to be” (ben, bent, is dan zijn), maka Afrikaans hanya mengenal satu “is”.
Pelafalan bahasa Afrikaans sangat mudah dibandingkan bahasa Eropa. Sistem penulisannya lebih fonetis. Ini berarti kita membaca sesuai apa yang tertulis, dan sebaliknya, kita menulis seperti apa yang kita dengar. Dalam artian satu huruf melambangkan satu bunyi saja. Jadi, membacanya seperti membaca bahasa Indonesia saja dengan beberapa aturan yang sedikit berbeda.
Bahasa Afrikaans adalah bahasa yang deskriptif. Sehingga kita akan mudah menebak makna dari sebuah kata dengan melihat arti dari kata pembentuknya. Contohnya “tandarts” (dari tand= gigi, dan arts = dokter), ”aartappel” (dari aart = bumi, dan appel = apel), dan “goedkoop” (dari goed = bagus, dan koop = beli). Dengan sangat mudah kita akan menebak arti ketiganya yaitu dokter gigi, kentang dan murah.


Referensi:
Brown, Keith, Ogilvie, Sarah. Concise Encyclopedia of Languages of the World. 2009. Oxford: Elsevier Ltd.

McDermott, Lydia. Complete Afrikaans. 2010. London: McGraw-Hill

Friday, February 12, 2016

Bahasa Belanda

Introduction to Dutch
Hallo allemaal (hai semuanya !) Hari ini gue mau cerita sedikit nih tentang bahasa Belanda. Bahasa Belanda itu apa ya? Nah, bagi yang penasaran yuk langsung dibaca aja :)
Jadi, bahasa Belanda (Inggris: Dutch, Belanda: Nederlands, Perancis: Neerlandais/Holandais, Jerman: Niederlandisch dll) adalah salah satu bahasa di Eropa yang dituturkan oleh sekitar 20 jutaan orang di dunia terutama di negara asalnya di Belanda dan Vlaanderen (Belgia bagian utara). Jadi di Eropa ada dua negara yang menggunakan bahasa Belanda, yaitu Belanda (so pasti !) dan Belgia. Di Belgia, bahasa Belanda dituturkan di wilayah utara yang disebut Vlaanderen. Sedangkan di wilayah selatan negara tersebut digunakan bahasa Perancis.
Selain di Eropa, bahasa Belanda juga dipakai di beberapa negara bekas jajahan Belanda (maklum, koloni banyak jajahannya). Salah satunya adalah Suriname. Di Suriname (di sini banyak orang Jawa lho) bahasa Belanda adalah bahasa resmi. Selain itu, di beberapa negara kecil seperti Aruba, Curacao, St. Martin dan Antillen (Netherlands Antilles, masih termasuk Kerajaan Belanda) dan beberapa negara pulau kecil lainnya di Amerika tengah juga masih memakai bahasa Belanda.
Di beberapa negara bekas jajahan Inggris juga banyak terapat pengguna bahasa Belanda. Di negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia termasuk juga Perancis masih terdapat beberapa ribu penutur bahasa Belanda. Amerika Serikat dulu juga merupakan daerah kekuasaan Belanda dan sampai sekarang masih terdapat beberapa peninggalan nama-nama Belanda disana.
Salah satu negara besar yang dikuasai Belanda adalah . . . . ya, Indonesia. Negara kita ini adalah salah satu aset paling besar bagi Belanda pada masa kolonial. Di Indonesia, oleh karena itu, masih terdapat beberapa penutur bahasa Belanda. Mereka biasanya adalah generasi tua yang hidup pada zaman pergerakan atau kemerdekaan. Penutur bahasa Belanda ini banyak terdapat di Maluku dan Sulawesi. Di Indonesia juga terdapat satu-satunya studi Belanda di Indonesia (dan hanya dua di Asia), yaitu di program studi Sastra Belanda UI, yeeay, bisa numpang promosi jurusan haha.
Afrika Selatan (negara paling selatan di Afrika) juga dulunya daerah kekuasaan Belanda (terutama tempat penjualan budak, iih serem). Oleh karena itu bahasa Belanda juga terdapat di sini. Namun sekarang bahasa Belanda di sini mengalami perubahan karena asimilasi dengan bahasa lokal dan bahasa Eropa lainnya seperti Inggris dan Jerman (yang dibawakan oleh investor dan misionaris). Bahasa Melayu dari Indonesia dan Malaysia yang dibawa oleh para budak juga berpengaruh terhadap bahasa Afrika ini. Akhirnya bahasa Afrika (Afrikaans) menjadi sedikit berbeda dari bahasa Belanda. Bahasa yang merupakan “adik bahasa Belanda” ini merupakan salah satu bahasa terbesar di Afrika Selatan dan salah satu dari 11 bahasa resmi di negara tersebut. Jika kalian mempalajari bahasa Belanda dan ingin mempelajari bahasa Afrikaans akan sangat mudah karena sangat sangat mirip.
Dalam peta linguistik, bahasa Belanda, bersama dengan bahasa Inggris, Jerman, dan Frisian, termasuk rumpun bahasa Germanic Barat (West-Germanic). Dalam tingkatan lebih tinggi rumpun Germanik Barat dimasukkan ke dalam Proto German. Bagian lain dari Proto German adalah Germanik Timur (East-Germanic) dan Germanik Utara (North-Germanic, yaitu bahasa-bahasa di Denmark, Norwegia, dan Swedia). Bahasa-bahasa dalam Proto German ini memiliki kemiripan satu sama lain, baik dalam hal leksikon (kosakata) maupun gramatika (tata bahasa). Yang paling mirip dengan bahasa Belanda adalah bahasa Jerman sehingga mereka disebut sebagai “dua bahasa bersaudara”.
Dibandingkan dengan bahasa rumpun Germanik lainnya, bahasa Belanda memiliki aturan gramatikal yang lumayan mudah (tapi Inggris lebih sederhana). Misalnya, bahasa Jerman mengenal adanya 4 kasus (perubahan kata benda sesuai fungsinya dalam kalimat yang sangat rumit jika dipelajari), sedangkan Belanda tidak mengenal kasus. Perbedaan kedua adalah dalam hal gender. Dalam bahasa Germanik, kecuali Inggris, setiap kata benda memiliki gender/jenis kelamin. Di Jerman ada  tiga gender: maskulin, feminin dan netral (semua benda ada yang laki-laki, perempuan dan tidak bergender). Sedangkan dalam bahasa Belanda hanya terdapat dua gender: umum (campuran maskulin dan feminin) dan netral (tidak bergender). Dalam hal konjugasi (perubahan kata kerja sesuai fungsinya), bahasa Belanda juga lebih sederhana dibandingkan bahasa Jerman, tetapi tetap saja bahasa Inggris lebih sederhana lagi. Selain itu masih terdapat beberapa perbedaan lagi yang menunjukkan bahasa Belanda lebih sederhana daripada bahasa Jerman.
Seiring perkembangannya bahasa Belanda mendapat pengaruh dari berbagai bahasa. Bahasa-bahasa tersebut adalah bahasa Perancis, Inggris, Jerman dan Melayu-Indonesia. Pengaruh bahasa-bahasa tersebut dapat dilihat dalam hal kosakata. Pengaruh Perancis sangat besar dalam bahasa Belanda karena Belanda pernah dikuasai oleh Napoleon Bonaparte (Perancis) dan pada waktu itu bahasa Perancis dianggap keren. Sehingga kata-kata Perancis masuk ke dalam bahasa Belanda seperti chauffeur (bahasa Indonesia juga mengambil kata ini menjadi sopir), bureau (diambil juga oleh Indonesia menjadi biro), avontuur (adventure), royaal (generous, Indonesia = royal) dan masih banyak lagi. Di sisi lain pada abad-abad terakhir bahasa Inggris juga berkontribusi dalam bahasa Belanda dengan kata-kata seperti baby, callcenter, ups and downs, camping dan masih banyak lagi. Kosakata dari Bahasa Jerman seperti gletscher (glacier), heimwee (home-sickness), uberhaupt (at all) dll. Bahasa Melayu-Indonesia dibawa ke Belanda oleh para budak dan orang Hindia Belanda atau Indo-Belanda yang pindah (atau balik) ke sana. Kata-kata seperti kroepoek, ketjap, soessa, nasi, sawah, bahkan kassian adalah sebagian dari kosakata bahasa Indonesia yang diterima dalam bahasa Belanda.
Hal sebaliknya juga terjadi. Bahasa Belanda juga memiliki kontribusi dalam kosakata bahasa lain, salah satunya bahasa Indonesia. Ratusan tahun menjalin hubungan dengan Hindia Timur (Indonesia) membuat banyaknya kosakata Belanda menyebar dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa daerah di Indonesia. Contohnya yaitu kulkas (dari koelkast), taplak meja (dari tafellaken), peron (dari perron), atret (kode memundurkan mobil, dari achteruit), peluit (dari fluit) dan masih banyak lagi.


Referensi:
Donaldson, Bruce. Dutch: A Linguistic History of Holland and Belgium. 1983. Leiden: Martinus Nijhoff

Brown, Keith, Ogilvie, Sarah. Concise Encyclopedia of Languages of the World. 2009. Oxford: Elsevier Ltd.