Saturday, December 31, 2016

Inti Ajaran Agama Abrahamik

Inti Ajaran Agama Abrahamik
Hi guys, it's been a long time I haven't been writing anymore. Miss you all, guys. Maaf ya satu semester kita gk bisa jumpa lagi gara-gara laptop gue rusak :( But, it's okay. Hari ini gue bakal share sesuatu lagi. It's about semitic or abrahamic religions again. Kalau kemaren gue udah share sedikit apa itu agama semitik atau abrahamik, hari ini gue akan share sedikit mengenai inti ajaran agama-agama tersebut yang pastinya memiliki persamaan besar dibandingkan agama lainnya. So, check this out!
Agama Abrahamik (Yahudi, Kristen, Islam) sama-sama lahir dari bangsa Semit. Ketiganya memiliki banyak persamaan bahkan pada hal yang sangat mendasar.
1.      
Kisah Abraham
Dari istilahnya, sudah jelas bahwa dalam ketiga agama ini Abraham/Avraham/Ibrahim dianggap sebagai nabi yang sangat penting. Ketiganya berasal dari keturunan-keturunan Ibrahim, melalui Ismail (putra Hajar) dan Isaac (Ishak, putra Sarah). Namun, ada sedikit perbedaan dalam Bibel dan Qur’an. Ketiga agama mengenal cerita tentang pengorbanan anaknya oleh Ibrahim kepada Tuhan. Namun, dalam ajaran Yahudi dan Kristen, yang dikorbankan adalah Isaac, sedangkan menurut Qur’an yang dikorbankan adalah Ismail. Akan tetapi, keduanya tidak berdebat lagi mengenai ending ceritanya, dimana yang dikorbankan ditukar oleh Tuhan dengan seekor domba yang besar. Kisah ini mengajarkan bahwa Tuhan tidak membutuhkan korban dalam bentuk manusia, tetapi kepatuhan ketaatan terhadapNya.
2.       
Monoteisme
Sebagai agama Semitik, ciri utama yang dimiliki oleh Yahudi, Kristen dan Islam adalah ajaran monoteisme. Ketiganya percaya akan satu Tuhan. Meskipun sebagian Yahudi dan Islam menyebut Kristen politeisme karena mengenal tiga Tuhan, tetapi sebenarnya dalam Kristen pun Tuhan hanya satu, tetapi perwujudannya ada tiga. Hal ini kita sebut dengan ajaran Trinitas.
3.       
Revelation
Dalam agama monoteistik, dikatakan bahwa Tuhan (khaliq, -pencipta) berkomunikasi dengan manusia (makhluk) melalui perantara. Ajarannya disampaikan melalui orang-orang tertentu yang disebut prophet (nabi/rasul/rabi). Penyampaian firman-firman Tuhan ini disebut revelation (pewahyuan) yang berasal dari kata reveal yang berarti “membuat tampak/muncul”.
Pewahyuan dalam agama Yahudi, Kristen dan Islam dipercaya melalui malaikat. Ketiganya menyebut malaikat ini dengan malaikat Gabriel/Jibril yang juga disebut sebagai Roh/Ruhul Kuddus. Orang pertama yang mendapat pewahyuan adalah Adam, bersama dengan Eva (Hawa). Seterusnya kepada nabi-nabi seperti Noah, Elijah, Abraham, Jacob, Moses dll. Namun, perbedaan ketiga agama adalah tentang Yesus dengan Muhammad. Yang percaya keduanya adalah Islam.
4.       
Kitab Suci
Pewahyuan kepada nabi-nabi dipakai untuk diajarkan kepada orang lain. Pada nabi-nabi utama, wahyu Tuhan dicetak sebagai ajaran yang bertahan bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Yahudi mengenal Tanakh, yang merupakan singkatan dari Torah, Nevi’im dan Ketuvim. Kristen percaya kepada bibel Yahudi (Old Testament), dan kepada bibel Perjanjian Baru (New Testament). Terakhir, Islam memiliki Qur’an yang dipercaya merupakan penyempurna dari kitab-kitab sebelumnya. Semuanya memiliki beberapa persamaan dalam hal isi, misalnya tentang proses penciptaan. Cerita nabi-nabi dalam ketiga kitab juga hampir sama persis. Selain itu, semua kitab agama Abrahamic berisi tentang ajaran untuk patuh kepada Tuhan dan berbuat kebaikan.
5.      
Messiah (Juru Selamat)
Ketiga agama Abrahamik mengenal ajaran tentang Messiah. Messiah adalah juru selamat yang diutus oleh Tuhan untuk menyelamatkan umat manusia. Orang Kristen percaya bahwa Messiah itu adalah Yesus. Yesus datang ke dunia untuk menebus dosa manusia dengan penderitaan dan kematiannya. Orang Islam juga percaya bahwa Yesus adalah sang Messiah yang dijanjikan Tuhan. Kristen dan Islam percaya bahwa Yesus akan kembali suatu saat nanti ketika kiamat hampir dekat. Namun, berbeda dengan Kristen, Islam tidak percaya bahwa Yesus meninggal di tangan manusia (disalib), tetapi diangkat ke langit oleh Tuhan. Sedangkan orang Kristen percaya bahwa Yesus diangkat ke langit setelah kematiannya. Berbeda dengan Islam dan Kristen, Yahudi tidak percaya bahwa Messiah itu adalah Yesus. Messiah akan datang suatu saat nanti. Sebagian Yahudi beranggapan bahwa Yesus adalah seorang pemimpin spiritual.
6.       
Hari Akhir
Agama Abrahamik percaya akan adanya hari pembalasan setelah semua orang mati. Tuhan berjanji akan menghakimi semua orang dan memberi balasan terhadap semua perbuatannya di dunia. Tuhan akan memberi keselamatan kepada orang-orang yang memiliki keimanan dan berbuat kebaikan di dunia. Kebaikan yang diajarkan seperti menunjukkan kasih sayang dan saling membantu terhadap orang lain. Namun, sebagian orang Kristen berbeda pandangan mengenai keimanan dan berbuat kebaikan. Sebagian dari mereka beranggapan bahwa keselamatan diberikan Tuhan tidak berdasarkan perbuatan baik manusia, tetapi ditentukan oleh rahmat (kasih sayang) Tuhan sendiri. Tetapi yang paling penting dari semua itu adalah keimanan kepada Tuhan. Bagi siapa yang berbuat sesuai perintah Tuhan maka dijanjikan untuknya kehidupan abadi. Sedangkan neraka disediakan untuk orang-orang yang berbuat kejahatan. Yang membedakan agama Abrahamik dengan agama lainnya adalah tidak adanya reinkarnasi.
7.      
Ibadah(t) / ritus

Ketiga agama Abrahamik mempunyai cara beribadahnya masing-masing. Tetapi ketiganya memiliki persamaan yaitu: memiliki hari khusus untuk ibadah bersama (berjamaah), Yahudi pada hari Sabtu, Kristen pada hari Minggu, dan Islam pada hari Jumat; Koneksi personal dengan Tuhan diperbolehkan; Ibadah dengan suara lantang, berbeda dengan meditasi pada agama timur, seperti nyanyian-nyanyian di gereja, pembacaan Al-Qur’an atau pengajian, serta pembacaan Tanakh oleh orang Yahudi; Mengenal ibadah puasa pada hari tertentu dengan durasi dan rentang waktu tertentu; dan biasanya menggunakan air sebagai penyuci diri sebelum beribadat.

Sunday, June 5, 2016

Learn Dutch: Verb to need (Belajar Bahasa Belanda)

Ik heb . . . nodig.” When you see the word nodig, what do you think the best English cognate to be for it? Need. Yes, nodig means “in need”. Dutch use no word that is similar to English verb “need”. It use the pattern nodig hebben instead. It literally means “to have in need”. How do we use it then in a sentence?
Before I go on to the verb nodig hebben, I’ll give you firstly the conjugation of the word hebben (to have) itself.
Ik heb                                   : I have (Saya mempunyai)
Jij hebt                                 : You have (informal) (Kamu mempunyai)
U heeft/hebt                     : You have (formal) (Anda mempunyai)
Hij/Zij/Het heeft              : He/She/It has (Dia mempunyai)
Wij/Jullie/Zij hebben      : We/y’all/they have (Kami/Kalian/Mereka mempunyai)
Now. Let’s take a look at these sentences!
Ik heb een pen nodig                     : I need a pen (saya butuh pena)
Jij hebt de rekenmachine nodig                : You need the calculator (kamu butuh kalkulator itu)
But, Heb jij de rekenmachine nodig?      : Do you need the calculator? (Apakah kamu butuh kalkulator itu?)                                 --> without final –t
Ze hebben moeder nodig            : They need mother (mereka butuh ibu)
U heeft/hebt wachtwoord nodig, meneer    : You need a password, sir. (Anda butuh kata sandi, tuan)
Hij heeft boeken nodig                 : He needs books (Dia butuh buku)
So, when we use the verb nodig hebben in sentence, we have firstly conjugate the verb hebben, then put the word nodig after the object. Thus, the pattern is best formulated like this:
To need X            =             X nodig hebben = membutuhkan X
Subj + need(s) + obj       =             Subj + heb/hebt/heeft/hebben + nodig
Now, try to make sentence with the following objects. Combine so many objects with different subjects as possible.
Subject                 : Ik, Jij/je, U, Hij, Zij/ze, Het/’t, Wij/we, Jullie, Zij/ze
Object  :
(de) Pen              = (the) Pen         (pena/pulpen)
(het) Potlood     = (the) Pencil     (pensil)
(het) boek          = (the) Book       (buku)
(de) tas                = (the) bag          (tas)
(het) geld            = (the) money   (uang)
(de) auto             = (the) car           (mobil)
(het) mobieltje = (the) Handphone         (HP)
(de) rekenmachine         = (the) calculator              (kalkulator)
(het) papier        = (the) paper     (kertas)
(de) stoel            = (the) chair       (kursi)
(de) tafel             = (the) table       (meja)
You can also add a number or quantity before the nouns. And don’t forget to make the nouns plural. For example:
Ik heb drie T-shirts nodig              = I need three T-shirts (saya butuh tiga kaos)
Zij heeft twee paren schoenen nodig     = She needs two pairs of shoes (Dia butuh dua pasang sepatu)
Ze hebben veel geld nodig          = They need much money (Mereka butuh banyak uang) --> like in English, money has no plural form, and in Dutch there’s no difference between much and many. Both are translated veel in Dutch.
Hij heeft twee trouwringen nodig            = She needs two wedding rings (Dia butuh dua cincin kawin)
To make a negative sentence, set geen before indefinite nouns, and niet after definite nouns. For example:
Ik heb geen suiker nodig              = I don’t need sugar (Saya tidak butuh gula)
Wij hebben het huis niet nodig  = We don’t need the house (Kami tidak butuh rumah itu)
If you want to make a question, just split the position of the subject and the verb hebben. For example:
Heb je medicijnen nodig?            = Do you need medicines? (Apakah kamu butuh obat?)
Hebben jullie de resultaat nodig?             = Do you all need the result? (Apakah kalian butuh hasilnya?)
For more nouns, you can ask me by leaving a comment. Quetions from you are also welcome :)
Jika ada pertanyaan atau untuk kata benda lebih banya bisa minta ke saya melalui kolom komen di bawah.
Dank jullie wel :)

Thank you all :) 

Friday, May 6, 2016

Agama-agama Abrahamik / Semitis / Samawi

Agama Abrahamik
Hai semuanya, kali ini saya akan membahas tentang kepercayaan Abrahamik. Apakah kepercayaan Abrahamik itu? Yuk, dibaca penjelasannya :)
Kepercayaan Abrahamik (Abrahamic Faiths) merujuk kepada tiga kepercayaan besar dunia, yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Ketiga agama ini sama-sama lahir dari bangsa Semitik (sekarang Arab, Isael, Ethiopia dll, Semitik = dari nama bahasanya “bahasa Semit”). Daerah tempat Ibrahim dan keturunannya ini disebut sebagai Tanah Suci (Holy Land), yaitu antara Mesopotamia dan Mesir. Lalu, kenapa ketiganya disebut agama Abrahamik?
Sebagian referensi menyebut ketiga agama ini dengan “agama Semitik” (semitic religions). Istilah tersebut merujuk kepada bangsa tempat ketiganya lahir, bangsa Semit. Meskipun agama Kristen sekarang memiliki basis di Eropa (tepatnya Vatikan) dan mendapat banyak pengaruh budaya Eropa (Yunani dan Romawi), namun ia termasuk agama Semitik karena basis ajarannya tetap berasal dari bangsa Semit (ingat bahwa Yesus adalah seorang Yahudi!). Oleh karena itu, tempat suci bagi ketiga agama ini juga terdapat di daerah Tanah Suci, tepatnya di Kota Jerussalem. Setiap tahun kota ini selalu dikunjungi oleh pemeluk ketiga agama tersebut. Sayangnya, kota suci ini telah bertahun-tahun menjadi daerah konflik antara Israel dengan Palestina. Apakah ini konflik politik atau agama, kita tidak tahu.
Yahudi, Kristen dan Islam juga disebut oleh sebagian orang sebagai agama Samawi. Samawi dalam bahasa Arab berarti langit. Jadi, agama Samawi berarti agama yang berasal dari langit dari Tuhan). Islam juga mengenal istilah “ahli kitab” yang merujuk kepada pemeluk agama Yahudi, Nasrani (Kristen), dan Islam. Dan kitab yang dimaksudkan di sini adalah Tanakh (taurat), Bibel (Perjanjian Baru) dan Al-Qur’an. Umat muslim percaya kepada ketiga kitab tersebut, namun Al-Qur’an dipercaya sebagai yang paling lengkap karena “terbit” paling akhir.
Ketiga agama ini mengenal nama-nama seperti Adam, Noah (Nuh), dan Moses (Musa) dalam ajarannya. Lalu, kenapa agama ini tidak disebut sebagai agama Adamik, Noahian atau Mosaik? Adam dan Noah disebut sebagai bapak umat manusia. Dari mereka semua manusia saat ini berasal. Sehingga istilah Adamic dan Noachian terlalu luas (dan membuat ragu) untuk merujuk Yahudi, Kristen dan Islam. Moses (Musa) diakui sebagai nabi dalam ketiga agama. Namun istilah Mosaic akan lebih merujuk kepada Yahudi, dan seterusnya kepada Kristen yang berasal dari Yahudi. Karena Moses merupakan keturunan nabi yang terpisah dengan garis bangsa Arab (Islam), yaitu garis Ishmael (Ismail). Moses mengikuti garis Isaac (Ishak), dari sinilah Yahudi dan Kristen berasal. Jadi, istilah Adamik dan Noahian akan terlalu luas, sedangkan istilah Mosaik akan terlalu sempit karena tidak menginklusifkan Islam.
Dalam ketiga agama besar ini, Abraham (Ibrani: Avraham, Arab: Ibrahim) merupakan nabi yang sangat penting. Dalam Islam, Ibrahim adalah muslim (monoteis) pertama ketika monoteisme sudah hilang, Yahudi menganggap Avraham sebagai progenitor bangsa Israel, melalui Isaac dan Jacob. Kristen memandang Abraham sebagai contoh keimanan dan asal mula Kristus, sebagaimana Islam menyebutnya sebagai “bapak keimanan” (father of faith). Bagi ketiganya, Ibrahim dianggap sebagai orang yang paling penting di antara nabi-nabi sebelumnya dan menjadi orang yang umum di antara ketiga agama ini. Sehingga ketiganya disebut Agama Abrahamik.
Dilihat dari segi keturunannya, Abraham merupakan nabi pertama tempat bermuaranya ketiga agama besar ini. Ibrahim memiliki 2 anak (sebagian menyebutkan 8), yaitu Ishmael (Ismail) dan Jacob (Ya’kub). Keduanya ditempatkan terpisah, Ismail di Mekkah dan Jacob di Jerussalem. Dari garis Jacob, terdapat banyak nabi-nabi yang salah satunya adalah Moses dan Yesus. Dari Moses terbentuk agama Yahudi, dan Yesus adalah asal dari agama Kristen meskipun Yesus sendiri adalah seorang Yahudi. Sedangkan, Islam tidak berasal dari garis tersebut. Nabi Muhammad lahir dari garis keturunan Ismail setelah melewati banyak generasi. Jadi, Ibrahim adalah nabi yang keturunannya mencakup ketiga agama.
Oke, sekian dulu yang dapat saya share hari ini. Ditunggu postingan selanjutnya ya :)

Monday, March 28, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Feelings and Moods (Perasaan)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Feelings and Moods (Perasaan)
Hoe voel je je? What kind of question is that? And how do we give response to such question in Dutch? Well, this post is about feelings and moods. Check it out!
Hoe voel je je?                                : How do you feel? (bagaimana perasaanmu?)
Ik ben . . . .                                      : I am . . . . (saya . . . .)
Hij / Zij/ze is . . .                             : He / She is . . . (dia laki2 / dia perempuan . . .)
Is hij / zij/ze . . .?                             : Is he / she . . .? (Apakah dia laki2 / dia perempuan . . .?)
Jij  /je bent . . .                                 : You are . . . (kamu . . .)
Ben jij/je . . .?                                  : Are you . . . (apakah kamu . . .?
Zij/ze zijn . . .                                  : They are . . . (mereka . . .)
Zijn zij/ze . . .                                  : Are they . . . (apakah mereka . . .?)
Wij/we zijn . . .                                : We are . . . (kami . . .)
Zijn wij/we . . .                                : Are we . . . (apakah kami/kita . . .?)
Then fill in the blank with these words (bagian titik-titik diganti dengan kata berikut)
                Triest                     : sad (sedih)
                (super)blij             : (very) happy ((sangat) senang)
                Tevreden               : satisfied (puas)
                Teleurgesteld        : disapponted (kecewa)
                Bang (voor . . .)    : afraid (of . . .) (takut (pada . . .))
                Verlegen (met . . .)          : shy (for . . .) (malu (pada . . .))
                Geschrokken (van . . .)    : shocked (with . . .) (terkejut (karena . . .))
                Verrast (door . . .)            : surprised (with/by . . .) (kaget/tercengang (karena . . .))
                Opgewonden                   : excited (senang sekali, gembira)
                Gedeprimeerd                 : depressed (depresi)
                Gek/dol (op . . .)             : Mad, crazy (of . . .) (gila (tergila-gila pada . . .))
                Jaloers op . . .                  : jealous / envious of . . . (cemburu / iri pada . . .)
Ik voel me . . . .                                   : I’m feeling . . . . (saya merasa . . . .)
                Alleen (zonder . . .)        : Alone (without . . .) (sendiri (tanpa . . .))
                Eenzaam                         : Alone on my own (sepi sendiri)
Ik schaam me (over . . .)                     : I’m ashamed (of . . .) (Saya malu (atas/akan . . .)) <---- negative
Ik verveel me (Ik ben verveeld)          : I’m bored (Saya bosan)
Jij/je verveelt je (Je bent verveeld)     : You’re bored (kamu bosan)
Hij / Zij/ze verveelt zich (Hij / zij is verveeld)        : He / she is bored (dia laki2 / dia perempuan bosan)
Wij vervelen ons (Wij/we zijn verveeld)                : We’re bored (kami bosan)
Jullie vervelen je (jullie zijn verveeld)                    : You (plural) are bored (kalian bosan)
Zij/ze vervelen zich (zij/ze zijn verveeld)               : They’re bored (mereka bosan)
Je bent vervelend                                                     : You are boring (kamu membosankan)

Verveeld = bored (bosan); vervelend = boring (membosankan)

Sunday, March 20, 2016

Konsep Kebenaran Teologi pada zaman Pramodern, Modern dan Posmodern

Hai semuanya. Kali ini saya ingin menuliskan hasil laporan tugas Filsafat saya di kelas dalam blog ini. Tulisannya dan keilmiahannya mungkin masih kacau, karena ini belum saya perbaiki. Namun saya harap tulisan ini dapat mewakili kesimpulan pembelajaran Filsafat saya di kelas. Temanya adalah konsep kebenaran dan teologi pada tiga zaman yang berbeda. Dan di sini saya hanya menuliskan kesimpulan yang saya dapat saja. Oh iya, tulisan saya ini juga mengacu pada artikel dosen saya. bapak Naupal.

Konsep Kebenaran Teologi zaman Pramodern, Modern dan Posmodern
Konsep tentang Tuhan merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dan telah berkembang seiring perkembangan peradaban manusia. Eksistensi Tuhan begitu penting sehingga ada ilmu yang khusus mempelajari tentang Tuhan dan kaitannya dengan realitas yaitu Teologi. Dalam Teologi ada yang mempercayai bahwa mengenal Tuhan bisa dengan nalar akal dan pengamatan yang disebut dengan teologi natural dan ada juga yang percaya bahwa mengenal Tuhan hanya bisa lewat firman-firman Tuhan dimana Dia memperlihatkan diri-Nya yang disebut dengan teologi wahyu.
Pada masa pramodern iman kepada Tuhan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada nalar yang rasional. Firman-firman Tuhan menjadi sumber segala kebenaran yang harus diterima. Oleh karena itu, filsafat yang mengutamakan rasio (akal sehat) hanya dianggap sebagai saarana untuk memahami iman. Jadi dapat dikatakan filsafat “tunduk” pada keimanan pada Tuhan.
Akibat dari pemujaan terhadap konstitusi yang bernama agama maka timbullah penyalahgunaan. Penguasa dan tokoh agama mendapat kekuasaan yang mutlak. Hal ini didukung oleh ayat-ayat dalam kitab suci yang melegitimasi kekuasaan mereka. Sedangkan rakyat miskin menjadi pasrah pada penguasa dan agama karena dalam pewartaan kitab suci dikatakan bahwa nasib mereka adalah mutlak menderita. Sehingga mereka berada dalam belenggu penguasa dan orang suci yang mana gereja memihak padanya. Jadi, pada zaman pramodern spiritualitas orang-orang yang sebenarnya tinggi namun terbelenggu oleh sistem sosial politik yang salah menjadi tidak terbentuk karena keimanan dipaksakan oleh orang yang berkuasa.
Pada zaman modern muncul skeptisisme terhadap teologi yang luar biasa. Hal ini dikarenakan orang-orang sudah mengutamakan pemikiran rasional di atas keberterimaan terhadap doktrin-doktrin dan aturan dogmatis gereja, sebagai akibat dari renaissance atau aufklärung. Segala hal dipertanyakan secara rasional termasuk ajaran dan pernyataan-pernyataan teologis. Setelah menilai koherensi dan korespondensi dari teologi maka orang-orang menyimpulkan bahwa teologi tidak koresponden dengan realitas.
Penuntutan terhadap kebebasan dan otonomi manusia pada zaman modern membuat orang-orang juga harus melawan agama karena dalam aturan gereja kebebasan manusia tidak mutlak diberi kebebasan, semua orang harus mengisi hidupnya untuk menyembah Tuhan melalui gereja. Termasuk dalam hal ilmu pengetahuan manusia tidak diberi kebebasan. Sehingga terjadi pertentangan yang tekenal yaitu teori heliosentris yang ditolak gereja. Oleh karena itu, banyak orang yang kemudian memilih meninggalkan agama karena menginginkan kebebasan dan terlepas dari sistem sosial politik yang berasal dari Tuhan.
Pemujaan yang tinggi terhadap rasio dan ilmu pengetahuan pada zaman modern menunjukkan bahwa dunia dapat tetap berjalan tanpa adanya Tuhan. Walaupun kesimpulan ini belum dapat dipastikan, namun cukup mampu membuat masyarakat menjauhkan diri dari kepercayaan akan eksistensi Tuhan.
Hasil dari segala yang terjadi di masa modern adalah hilangnya tempat bagi spiritualitas di kehidupan masyarakat. Akibatnya muncullah fundamentalisme karena orang-orang yang fundamenta itu menafsirkan alkitab secara harfiah sehingga tidak tahu inti ajaran yang murni dari alkitab tersebut. Dampak dari fundamentalisme ini adalah destruksi dan kehidupan yang tidak toleran atau dehumanisasi.
Kondisi spiritualitas masyarakat yang terpuruk pada zaman modern kemudian ditentang oleh masyarakat zaman posmodern. Pemikiran rasional sebelumnya yang dianggap akan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat ternyata justru membawa dampak negatif yang lebih besar.
Manusia yang dari dulu dianggap sebagai imago Dei atau “Citra Allah” masih dianggap sebagai makhluk yang paling istimewa di muka bumi. Namun pada zaman posmodern pandangan ini tidak menjadikan manusia bersifat antroposentris yang menganggap lingkungan, hewan dan tumbuhan disekitarnya tidak bernilai. Orang-orang memiliki penghargaan terhadap alam yang juga memiliki nilai. Bahkan muncul kaum ekologis egalitarian di zaman posmodern.
Kembalinya manusia pada kepercayaan akan sesuatu yang adi kodrati di zaman posmodern didukung oleh penemuan “gen Tuhan” yang membuat manusia membutuhkan keimanan. Sehingga spiritualitas manusia tumbuh lagi. Untuk itu agama dihidupkan lagi. Namun berbeda dengan zaman pramodern dimana agama melemahkan spiritualitas, di zaman ini agama dijadikan sebagai lembaga yang mengkondisikan spiritualitas agar bisa menjadi baik. Sedangkan spiritualitas dianggap untuk dimiliki oleh setiap orang karena spiritualitas itu universal hanya saja disalurkan melalui agama-agama yang berbeda.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep kebenaran dan agama di zaman posmodern merupakan pengembalian kepercayaan kepada Tuhan dengan tetap mempertahankan kebebasan, rasionalitas, dan pengalaman yang diusahakan pada zaman modern. Di samping itu juga dikembalikan nilai-nilai spiritualitas zaman pramodern namun dikemas dalam konteks masyarakat sekarang. Hasilnya terdapat keterpaduan antara emosionalitas spiritual dengan kreativitas intelektual.
Kata “Budaya” dan Ilmu Pengetahuan
Dalam postingan kali ini saya akan menjelaskan tentang asal muasal kata “budaya” dan kenapa kata itu begitu penting bagi saya. Berikut ulasannya, check it out!
Dulu saya, dan mungkin hampir semua orang, percaya bahwa kata “budaya” adalah kata dalam bahasa Indonesia. Hal itu memang benar karena kata itu terdapat dalam KBBI, so pasti lah! Namun siapa sangka jika dilihat secara etimologinya atau asal katanya, kata “budaya” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidya yang berarti “wawasan” atau “ilmu pengetahuan”. Nah, sudah terjawab bukan kenapa saya menganggap kata ini penting? Ya, karena asal kata “budaya” itu berarti ilmu pengetahuan. Sciencia est potentia, ilmu pengetahuan itu adalah potensi!
Jika ditarik lebih jauh lagi, kata Vidya dalam bahasa Sanskerta juga memiliki akar kata yang sama dengan kata dalam bahasa Latin dan Yunani. Dalam bahasa Yunani terdapat kata idea yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Latin kita mengetahui kata video yang artinya “melihat”. Tapi jangan langsung berkesimpulan bahwa kata itu berbeda dikarenakan salah satu artinya “melihat”. Indera penglihatan adalah hal yang sangat penting di peradaban Indo-Eropa. Sehingga “melihat” mereka jadikan proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Berkaitan juga, toh? Ini memang fakta etimologi, bukan sekedar alasan.
Butuh bukti lain? Nah, mari kita lihat kata “melihat” dalam bahasa Inggris yaitu to see. Kata to see ini jika diucapkan dengan “Oh, I see” bisa bermakna “saya paham”. “Paham” di sini berarti orang yang berbicara telah mengetahui atau memiliki pengetahuan atas sesuatu.
We’re back to Vidya and friends! Dalam bahasa Germanik juga terdapat kata yang sama. Kata wissen dalam bahasa Jerman berarti “mengetahui”. Saudara bahasa Jerman, yaitu bahasa Belanda, menggunakan kata weten untuk itu yang pastinya masih memiliki akar yang sama dengan kata-kata yang telah saya sebutkan tadi.
Selain dari kata Vidya, kata ‘Budaya’ juga dikatakan asalnya adalah budhaya  yang masih merupakan kata dalam bahasa Sanskerta. Artinya adalah “ilmu” atau “gagasan”. Meskipun sedikit berbeda namun pada dasarnya itu adalah kata yang sama. Secara fonologis juga masih terdapat kemiripan antara Vidya dengan Budhaya yang menyebabkan keduanya dikatakan seakar. Tetapi fakta yang valid menunjukkan bahwa kata Vidya berbeda dengan Budhaya. Dan "budaya" dalam bahasa Indonesia lebih logis jika berakar dari budhaya, bukan Vidya. Sedangkan vidya  juga ada dalam nama-nama orang Indonesia, yaitu Widya, dan dalam beberapa istilah-istilah bahasa Indonesia.

Akhirnya sekian dulu yang dapat saya share hari ini. Ditunggu ya postingan selanjutnya :) 

Saturday, March 12, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Body Condition (Keadaan Tubuh)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Body Condition (Keadaan Tubuh)
Hoe gaat het met jou? You know that sentence already, don’t you? Now, how do we answer such question that ask about our feeling or condition? Here are some sentences about feelings and conditions.
Hoe gaat het met jou/(u)?           : How are you? (Bagaimana kabar kamu?)
Ben je ziek? Bent u ziek?              : Are you sick? (Apakah kamu sakit?)
Hoe voel je je?                                  : How do you feel? (Apa yang kamu rasakan?)
Ik voel me . . .                                    : I’m feeling . . . . (Saya merasa . . .)
                Niet lekker          : bad / not good (tidak enak badan)
                Misselijk              : nausea/sickness (mual)
Ik ben . . .                                            : I’m . . . . (Saya . . .)
                Verkouden         : cold (pilek)
                Moe                      : tired (lelah)
                Ziek                        : sick (sakit)
Ik heb . . .                                            : I got . . . . (Saya menderita . . .)
                Koorts                   : fever (deman)
                Hoofdpijn            : headache (sakit kepala)
                Keelpijn                               : sore throat (sakit tenggorokan)
                Buikpijn                : stomachache (sakit perut)
                Pijn in mijn . . .   : pain in my . . . (sakit di . . . saya)
                                Hoofd : head (kepala)
                                Rug : back (punggung)
                                Buik : stomach (perut)
                                Knie : knee (lutut)
                                Voet : foot (kaki)
                                Hele lichaam : whole body (seluruh tubuh)
Gezondheid / Beterschap!          : Get well soon (semoga cepat sembuh)
Ik hoop dat je snel weer op de been bent            : I hope that you get well soon (semoga lekas sembuh)
Waar is de WC?                                 : Where’s the toilet? (Dimanakah ada WC?)
Waar kan ik ziekenhuis vinden? : Where can I find a hospital? (Dimanakah ada rumah sakit?)
Is er apotheek in de buurt?         : Is there a pharmacy here? (Apakah ada apotek di sekitar sini?)
Je moet naar  . . . .  gaan                : You must go to the . . . . . (Kamu harus ke . . . . .)
Ik zou naar . . . . gaan      : I would go to the . . . (if I were you) (Saya akan ke . . . . kalau saya jadi kamu)
                De dokter            : the doctor (dokter)
                De Tandarts        : the dentist (dokter gigi)
                Fysiotherapeut : Physiotherapist (ahli fisioterapi)
                Oogarts                                : Oculist (dokter mata)
                Audicien              : hearing care (ahli pendengaran)
                Opticien               : optician (ahli kacamata)
                Chirurg                 : surgeon (ahli bedah)
                Psycholoog         : Psycologist (psikolog)

Misschien moet je medicijnen innemen                : May be you have to take a medicine. (Mungkin kamu bisa minum obat)

If you have any question, just write it in the comment :)

Sunday, March 6, 2016

Learning Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Numbers in Dutch (Angka dalam Bahasa Belanda)

Learning Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Numbers in Dutch (Angka dalam Bahasa Belanda)
Een, twee, drie! Hi guys, it’s me again. Today, I wanna tell you all how to say numbers in Dutch. Many says that Dutch is similar to English. Yes, it is. But in forming numbers, Dutch and English are a little bit different, I mean the construction. Although you can still hear similarities in the words. Alrite, now let’s just off to the basic numbers.
0 = nul
1 = een
2 = twee
3 = drie
4 = vier
5 = vijf
6 = zes
7 = zeven
8 = acht
9 = negen
10 = tien
Now for numbers 11 and 12 we have different forms, so does English. And for 13 – 19 we use “-tien” which is similar to English “-teenth”
11 = elf
12 = twaalf
13 = dertien
14 = veertien
15 = vijftien
16 = zestien
17 = zeventien
18 = achttien
19 = negentien
Note : note that for 13, the stem “drie” becomes “der” and “vier” becomes “veer”.
And then for 20, 30, 40 and so on, we use “-tig” which also similar to English “-ty”
20 = twintig
30 = dertig
40 = veertig
50 = vijftig
60 = zestig
70 = zeventig
80 = tachtig
90 = negentig
Note : note that 20 has special form, and stam “drie” becomes “der”. It’s also necessary to put “t” in front of “acht”, so it becomes “tachtig”.
Now, lets combine the first numbers with the seconds numbers. And you’ll see how English and Dutch are different. So you must make yourself “adapted” with this rule.
21 = eenentwintig -----> from een + en + twintig -----> one + and + twenty
22 = tweeëntwintig -----> from twee + en + twintig (when a “e” comes after two e’s “ee” or “ie”, the latter gets an umlaut --> ë)
44 = vierenveertig -----> from vier + en + veertig (don’t forget that 4 in four and 4 in forty are different in form)
85 = vijfentachtig -----> from vijf + en + tachtig (don’t forget that 8 get additional t when it is in 80)
99 = negenennegentig -----> from negen + en + negentig
Finally we come to hundreds and it will be easier because the construction is now similar to English.
100 = honderd (we don’t say “een” before “honderd” like English does in “one hundred”)
101 = honderdeen (no more “en” after 100)
103 = honderddrie
106 = honderdzes
118 = honderdachttien
170 = honderdzeventig
200 = tweehonderd (from 200 and so on we don’t add “s” to make plural in “honderd”)
223 = tweehonderddrieëntwintig
800 = achthonderd (all numbers take it’s stem forms, thus not “tachthonderd”, nor “veerhonderd”)
1000 = duizend (like 100, no “een” before “duizend” like English “one” in “one thousand”)
1004 = duizendvier
1050 = duizendvijftig
1234 = duizendtweehonderdvierendertig
5480 = vijfduizendvierhonderdtachtig
90.030 = negentigduizenddertig
250.500 = tweehonderdvijftigduizendvijfhonderd
Until now we make number in one single word, without any space between thousands, hundreds and of course in smaller number. But, after that, we do have to add number, also for “one”.
1,000,000 = een miljoen (we use “een’ and a space)
4,000,000 = vier miljoen
1,000,000,000 = een miljard
9,000,000,000 = negen miljard

By knowing numbers you can make many kind of sentences. For example:
Ik ben 20 jaar                                                     : I am 20 years old (saya berusia 20 tahun)
Hij is 1,80 m (een meter tachtig) lang      : He is 1,80 ms tall (dia memiliki tinggi 180 cm)
De reis kost €300                                              : The trip costs €300 (perjalanannya menghabiskan 300 euro)
Hij studeert al 7 jaar hier                               : He has studied here 7 years (dia telah belajar 7 tahun di sini)

We rijden van 8 uur to 10 uur                     : We drive from 8 o’clock to 10 o’clock (kami berkendara dari pukul 8 hingga pukul 10)

Saturday, February 27, 2016

Memahami Kebudayaan Melalui Sastra

Nama/NPM     : Tomi Tri Anggara / 1406538076
Prodi               : Sastra Belanda
Mata kuliah     : Kebudayaan Indonesia
Memahami Kebudayaan Melalui Sastra
Pada Kamis, 25 Februari 2015 kemaren saya mendapat kuliah umum yang diisi oleh bapak Sunu Wasono, seorang sastrawan dan budayawan UI (dan Indonesia). Kuliah ini diadakan untuk mahasiswa yang mengambil mata kuliah Kebudayaan Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya UI. Tema untuk kuliah umum kali ini adalah "Memahami Kebudayaan Melalui Sastra"
Kuliah umum diawali dengan berbagai pengertian kebudayaan. Memang kebudayaan bukanlah sesuatu yang mudah didefinisikan. Sehingga muncul puluhan bahkan sampai ratusan pengertian yang berusaha mendefinisikan apa itu kebudayaan. Munculnya beragam pengertian ini dikarenakan oleh sifat dinamisme kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan selalu berkembang dari masa ke masa.
Meskipun sulit untuk didefinisikan, kebudayaan sebenarnya memiliki tiga wujud yang universal.  Ketiga wujud tersebut adalah:
1.      Wujud Gagasan (idea)
Gagasan atau ide terdapat dalam pikiran manusia. Gagasan-gagasan setiap orang dalam masyarakat tertentu akan membentuk sistem budaya masyarakat itu. Sebagian orang mungkin tidak menyadari gagasan sebagai salah satu wujud dari budaya karena menganggap budaya hanya yang konkret saja seperti kebiasaan dan benda-benda.
2.      Wujud Aktivitas (act)
Wujud gagasan merupakan perilaku-perilaku yang dimunculkan secara konkret oleh masyarakat sebagai hasil dari gagasan. Perilaku-perilaku ini kemudian membentuk sistem sosial.
3.      Wujud Benda/Karya
Wujud benda merupakan wujud yang paling konkret dari budaya. Sehingga sebagian orang mengidentikkan budaya dengan wujud benda ini, seperti candi-candi, prasasti, masjid dll. Namun wujud benda adalah hasil karya dari yang paling dasar, yaitu gagasan, yang menjadi konkret karena perilaku-perilaku.
Selain memiliki tiga wujud tersebut, kebudayaan juga dapat ditelaah apa saja unsur-unsur yang membentuknya. Dari ruang lingkup yang sangat luas, secara umum kita dapat menggolongkan unsur-unsur kebudayaan menjadi tujuh unsur. Ketujuh unsur tersebut adalah: bahasa, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, organisasi sosial, sistem pengetahuan, religi, dan kesenian. Ketujuh unsur tersebut tidak memisah, tetapi bersinergi satu sama lain membentuk budaya yang utuh.
Salah satu produk budaya yang telah ada sejak lama dan terus berkembang menjadi beragam genre adalah sastra. Sama halnya dengan kebudayaan, sastra juga telah didefinisikan orang dengan berbagai pengertian. Namun, secara garis besar sastra itu adalah sejenis karya imajinatif yang menggambarkan perasaan dan pikiran dengan bahasa sebagai mediumnya. Jadi, sastra merupakan bagian dari seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Bapak Wasono memberikan beberapa contoh karya sastra dalam bentuk novel yang sudah ada sejak beberapa puluh tahun yang lalu namun masih dibaca sampai sekarang. Hal itu menunjukkan bahwa novel-novel tersebut memiliki nilai budaya, terutama estetika, yang sangat tinggi. Nilai budaya yang saya maksud tidak hanya karena kalimat-kalimat puitis yang terdapat dalam novel tersebut, tetapi juga unsur-unsur budaya lokal daerah tertentu yang diceritakannya. Beberapa novel tersebut adalah:
1.      “Ronggeng Dukuh Paruk” karya Ahmad Tohari: cerita ini dijelaskan paling banyak dan panjang lebar. Dari yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa novel ini sarat dengan nilai-nilai budaya lokal, tepatnya budaya Banyumas, Jawa Tengah. Banyak tradisi atau kebiasaan Jawa yang diangkat menjadi cerita dari novel ini. Terutama yang berkaitan dengan ronggeng yang menjadi tema utama dalam novel ini.
2.      “Para Priyayi” karya Umar Kayam: novel ini juga berlatarkan tanah Jawa namun berbeda tema. Dari ceritanya kita akan mengetahui kehidupan para priyayi di Jawa.
3.      “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli: novel ini menggambarkan situasi di Minangkabau (Sumatera Barat) di era 1920an ketika perjodohan oleh orang tua masih menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Sehingga novel ini muncul sebagai tanggapan terhadap budaya perjodohan tersebut.
4.      “Robohnya Surau Kami” karya A.A Navis: Masih berlatar di ranah Minang, cerita ini sarat dengan nilai-nilai religi, yaitu agama Islam yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Minang. Dalam cerita ini juga terkandung tanggapan terhadap masyarakat Minang.
5.      dll
Dari karya-karya yang telah dipaparkan dalam kuliah ini, saya melihat adanya realisasi dari fungsi-fungsi karya sastra yang sebelumnya juga telah dijelaskan oleh bapak Wasono di awal kuliahnya. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
1.      Media untuk menyampaikan gagasan dan tanggapan mengenai berbagai hal
2.      Media untuk menyampaikan informasi mengenai berbagai hal
3.      Media untuk mengukuhkan/mengabsahkan sesuatu
4.      Media untuk mendokumentasikan budaya
Novel-novel di atas memiliki keempat fungsi tersebut. Misalnya novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dan “Siti Nurbaya” yang jelas sekali memiliki fungsi nomor 1 dan 2. Keduanya memberikan informasi mengenai tradisi daerah tertentu sekaligus menyampaikan tanggapan dari penulis, secara eksplisit ataupun tidak. Jika kita melihat ending ceritanya, kita akan menemukan fungsi nomor 3, yaitu mengukuhkan sesuatu. Dalam novel “Robohnya Surau Kami” nilai yang ingin dikukuhkan adalah ketaatan kepada Allah Swt. Namun ketaatan itu tidak boleh membuat kita lupa akan realitas kehidupan di dunia. Dalam “Ronggeng Dukuh Paruk” sebenarnya penulis juga ingin mengukuhkan bahwa Ronggeng itu bukanlah budaya yang sesuai agama, namun hal itu tidak disampaikan secara gamblang. Terakhir, fungsi nomor 4 merupakan fungsi nyata bagi karya budaya yang konkret seperti novel, termasuk foto, film dll. Budaya ronggeng yang sekarang sudah tidak ada lagi bisa diketahui oleh anak-anak zaman sekarang, hingga masa depan, dengan membaca novelnya. Ini berarti bahwa novel itu menjadi dokumentasi dari budaya seperti ronggeng dan lain sebagainya.
Menurut saya, fungsi novel yang berisi banyak informasi mengenai masyarakat tertentu sangat cocok untuk pelajar budaya, lokal, nasional maupun asing. Untuk mahasiswa sastra asing misalnya, novel “Negeri van Oranje” yang menceritakan kehidupan mahasiswa Indonesia di Belanda. Sekarang sudah banyak novel-novel yang menceritakan kehidupan negara lain yang bermanfaat untuk mahasiswa sastra asing atau yang mempelajari budaya, baik itu novel yang dibuat oleh masyarakat Indonesia yang pernah tinggal di negara tersebut maupun yang dibuat oleh orang-orang natif yang berbicara mengenai negerinya sendiri. Dari situ kita bisa mempelajari budaya asing. Contohnya dari novel “99 Cahaya di Langit Eropa” kita akan mengetahui budaya umat muslim di Eropa, sedangkan dari novel “Assalamualaikum Beijing” kita bisa melihat situasi umat muslim yang berbeda, yaitu di negeri Tiongkok.
Selain novel-novel era 1900an, dalam kuliah umum ini juga disinggung sedikit mengenai beberapa jenis karya sastra kuno seperti Babad Tanah Jawi, Lelembut dll. Hal ini sangat menarik karena mempelajari karya sastra kuno berarti mempelajari nilai-nilai budaya kita yang sudah sangat lama. Dari situ kita bisa membandingkan nilai-nilai budaya kuno yang merupakan asal-usul dari yang ada sekarang dengan nilai-nilai yang sekarang ada di masyarakat. Selain itu, kita juga menjalankan tugas sebagai pelaku budaya, yaitu menjaga agar budaya kita tidak punah begitu saja.
Sebagaimana yang kita ketahui, di Indonesia banyak hasil-hasil karya sastra lisan atau tulisan yang dimiliki masyarakat lokal tertentu. Seperti Babad Tanah Jawi di Jawa, pidato-pidato adat di Minangkabau, Riau atau Gorontalo, serta beberapa kitab-kitab kuno yang mungkin sekarang sudah sangat jarang. Terutama yang berbentuk sastra lisan seperti tambo di Minangkabau yang rentan terhadap kepunahan, sehingga harus kita lestarikan dengan mendokumentasikan dan mempelajarinya.
Dalam kuliah umum ini, bapak Wasono lebih memfokuskan perhatiannya pada novel. Namun, berbagai jenis karya sastra lain, seperti drama dan puisi, (hampir) tidak disinggung. Sedangkan puisi dan drama atau karya sastra lain yang bukan novel juga kaya dengan nilai budaya. Dalam puisi misalnya, penulis puisi biasanya menuliskan pikirannya mengenai situasi di daerah tertentu dan pada waktu tertentu yang ingin ia ekspresikan. Sehingga kita juga dapat melihat nilai-nilai budaya dari apa yang ditulis dalam puisi tersebut.
Secara keseluruhan inti yang didapatkan dari kuliah ini adalah memanfaatkan karya sastra untuk mempelajari budaya masyarakat yang ada. Dalam karya sastra banyak terdapat nilai-nilai budaya karena tugas dari sastrawan adalah mendokumentasikan kebudayaan melalui karyanya. Tantangan yang dihadapi saat ini adalah banyaknya mahasiswa yang jarang membaca karya-karya sastra yang lama namun bernilai tinggi. Untuk itu, perlu adanya pengintensifan membaca karya-karya sastra tersebut oleh mahasiswa, terutama mahasiswa budaya.

Sunday, February 21, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Introduce yourself! (Memperkenalkan diri)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Introduce yourself! (Memperkenalkan diri)
Well guys. This is my first post about learning Dutch. Now I’m just a second-year-student of Dutch Studies, so I’ve known enough basic words and Dutch grammar.
When you’re at the beginning of learning foreign language, the first thing you have to learn is how to introduce yourself in that language. Here I give some phrases or sentence relating to our topic.
Hallo iedereen! / Hallo allemaal : Hello everyone! (halo semuanya!)
Mijn naam is . . . . . (name)                           : My name is . . . . (Nama saya . . . . . .)  
Ik heet . . . . . . (name)                                    : I am called . . . . (Saya dipanggil . . .)
Ik ben . . . . . (age) . . . jaar                            : I am . . . . years old (Saya berumur . . . . . tahun)
Ik spreek . .en . . .                                            : I speak . . . and . ..  (Saya berbicara bahasa . . . dan . . .)
Ik spreek geen . . .                                           : I don’t speak . . . (Saya tidak bisa bahasa . . . .)
Ik spreek een beetje . . . .                            : I speak a little bit . . . (Saya bisa sedikit bahasa . . .)
Ik kom uit . . . . . (country/origin)               : I come from . . . . . (Saya berasal dari . . . . (asal) . . .)
Ik woon in . . . . . . (city of address)           : I live in . . . . (Saya tinggal di . . . . . .)
Aangenaam! / Leuk je te ontmoeten      : Nice to meet you! (Senang berkenalan dengan anda)

And if you want to ask question to someone, these are how to ask it.
Wie ben jij? / Wie bent u?                           : Who are you? (Siapakah kamu?)
Ben jij . . . ? / Bent u . . . .?                            : Are you . . . .? (Apakah anda . . . .?)
Wat is uw/je naam?                                        : What’s your name? (Siapakah nama anda?)
Hoe heet je? / Hoe heet u?                         : How do I call you? (Siapakah nama anda?
Hoe oud ben je? / Hoe oud bent u?        : How old are you? (Berapakah umur anda)
Welke taal (talen) spreek je?                      : Which language(s) do you speak? (anda bicara bahasa apa?)
Waar kom je vandaan? / Waar komt u vandaan? : Where do you come from? (Darimanakah anda berasal?)
Waar woon je? / Waar woont u?              : Where do you live? (Dimanakah anda tinggal?)

You can use these several words of names of countries and languages for the blank sentences above.
Name of country
Name in Dutch
Language
Male person (persons)
Female person
The Netherlands
Nederland
Nederlands
Nederlander(s)
Nederlandse
England
Engeland
Engels
Engelsman(nen)
Engelse
France
Frankrijk
Frans
Franseman(nen)
Française/Franse
United States
Verenigde Staten
Engels
Amerikaan(kanen)
Amerikaanse
Germany
Duitsland
Duits
Duitser(s)
Duitse
Indonesia
Indonesië
Indonesisch
Indonesiër(s)
Indonesische
Japan
Japan
Japans
Japanner(s)
Japanse
China
Chine
Chinees
Chinees(Chinezen)
Chineese
South/North Korea
Zuud-/NoordKorea
Koreaans
Koreaner(s)
Koreaanse
Russia
Rusland
Russisch
Rus(sen)
Russische
Italy
Italië
Italiaans
Intalianer(s)
Italiaanse
Spain
Spanje
Spaans
Spanjaard(en)
Spaanse
Portugal
Portugal
Portugees
Portugeser(s)
Portugese
Malaysia
Maleisië
Maleis
Maleisiër(s)
Maleisische
Turkey
Turkije
Turks
Turk(en)
Turkse
Brazil
Brazilië
Portugees
Braziliaan (lianen)
Braziliaanse
Belgium
België
Nederlands/Frans
Belg(en)
Belgische
Canada
Canada
Engels/Frans
Canadees (dezen)
Canadese
India
Indië
Hindi/Engels
Indiër(s)
Indische
Sweden
Zweden
Zweeds
Zweed(zweden)
Zweedse
Palestine
Palestijn
Arabisch
Palestijn(en)
Palestijnse
 I just write some of the countries of the world. If you want to know more, just ask via comment.

Note:
Dutch has two forms for word “you” in singular context. They are “je” and “u”. The difference is that “je” is used in informal situation, while “U” for formal situation. So, we use “je” for our friends, families and other close people around us. And “U” we use to teacher, older people, foreigner or people we just know. Remember that Dutch has different form for singular “you” plural “you” (more than one). We use “je” if “you” is only one person. While “jullie” if “you” relates to two persons or more.

Dalam bahasa Belanda ada 2 bentuk untuk “kamu/anda”. Kedua bentuk itu adalah “je” dan “u”. “Je” digunakan dalam situasi informal seperti kepada teman, keluarga dan orang-orang dekat lainnya. Sedangkan “U” dalam situasi tidak formal seperti di sekolah, kantor, kepada orang yang lebih tua atau kepada orang yang baru dikenal. Untuk kata “kalian” dalam bahasa Belanda adalah “jullie”. Jadi, dalam kalimat-kalimat di atas saya membuat dua bentuk kalimat, yang satu menggunakan bentuk “je” dan yang satunya lagi menggunakan “U”