Perjalanan
Hidup
Di suatu malam
yang sunyi
Diterpa semilir
angin malam
Yang lewat celah jendelaku
Menyentuh mesra pipiku
Dibawah sinar lampu neon
Aku terjaga
Seketika itu jam dinding berdetak
Jarum yang berputar bersama berjalannya waktu
Membuaiku bersamanya
Lantas mataku terpaku
Pada jarum yang berputar harmonik itu
Lewatlah sesuatu di ruang imajiku
Pertanyaan-pertanyaan yang belum pernah
singgah sebelumnya
Akankah jarum itu ‘kan terus berputar ?
Akankah detak-detaknya ‘kan selalu terdengar
?
Ah tidak............
Permulaan akan selalu menemui yang namanya
akhir
Nol akan berakhir dengan sembilan
Lalu bagaimana jika waktu telah berhenti
berjalan ?
Bagaimana jika jarum jam itu berhenti
berputar ?
Apakah yang akan terjadi padaku ?
Entahlah.............
Ku tak tahu seberapa siap aku menanti jarum
yang akan berhenti
Ku tak tahu bagaimana bekalku
Dan juga ... Ku tak tahu
Seandainya dalam bekalku terselip beribu
makanan busuk
Kebusukan yang akan mencelakakanku nanti
Begitu juga jalan yang ada dibelakangku
Luruskah ? ? ? atau telah menyimpangkah ? ? ?
Lantas ku coba mengusir semua itu dari ruang
imajiku
Kembali mataku berputar satu kuadran
Menatap jarum yang berputar konstan
Ya.........
Jarum itu masih berputar
Waktu masih berjalan
Waktu tak ‘kan lelah berjalan
Terus berjalan pada dimensinya
Lantas ku ikuti saja kemana ia akan
menunutunku
Yang jelas, 180 derajat jarum itu berputar ke
kanan
Hidupku harus lebih baik
Dari 180 derajat jarum itu di kirinya
This poem reminds me about my times when I was second grader in da SMA. It was the time when I made this poem in the class, for the subject "Bahasa Indonesia". I really miss that time.
Created
by : Tomi Tri Anggara
XII IIA 1 (Disakarida)
No comments:
Post a Comment