Friday, December 18, 2015

Naskah Drama "Pelanggar Kitab Saptakrityadosha"


                              NASKAH DRAMA PELANGGAR KITAB SAPTAKRITYADOSHA

Goedemiddag allemaal ! (Selamat siang/sore semuanya !). Hari ini gue mau share naskah drama gue pas matkul "Pengantar Kesusastraan Belanda nih. Ceritanya sangat jarang diangkat di Indonesia tapi ini adalah karya original kami yang cukup bagus untuk dibaca. Di sini ada nama temen-temen gue yang ikut bermain dalam drama kita. Selamat membaca!

                                Nararya (Raja kerajaan Trividachampa)                  Tomi Tri Anggara
                                Larasati (Permaisuri)                                                Ajeng Larasati
                                Agradipah (Patih kerajaan Trividachampa)             Henry Alfin Fathan         
                                Ishana (selir raja)                                                      Aisyah Rahima
                                Nisya (selir raja)                                                       Chairunisa Ramadaniati
                                Aishwarya (selir raja)                                               Amira Jasmine
                                Zanetha (selir raja)                                                    Fauziah Salehah
                                Nandati (dayang)                                                      Aisyah Nabilaa Antani
                                Dhatri (dayang)                                                         Syadza Fadilah
                                Kriti (dayang)                                                            Christie Amanda
                                Kuntala (dayang)                                                       Aryantika Kuntala
                                Pelayan 1                                                                   R.R. Sri Retno Gayatri
                                Pelayan 2                                                                   Tungga Yulinda Putri
                                Ibu Suri                                                                      Luh Ayu Hapsari 
 
“Pelanggar Kitab Saptakrityadosha”
ADEGAN 1
[SUATU SIANG DI KAMAR PERMAISURI]
Permaisuri          : Jadi, bagaimana kehamilanmu sekarang, Nandati?  Apakah lancar-lancar saja?
Ibu Suri                 : [MERABA PUNDAK NANDATI(DAYANG HAMIL)] Oh, kamu lagi hamil, Nandati? Wah, selamat ya. Pantas perutmu kelihatan lebih besar dari biasanya. Saya kira kamu makan terlalu banyak tadi. [TERTAWA]
Nandati                : [SAMBIL MENYISIR RAMBUT PERMAISURI] Ya begitulah Permaisuri, Ibu Suri.  Seperti biasa, ini adalah saat-saat yang paling menyenangkan bagi saya. Semenjak kehamilan saya, suami saya jadi semakin cinta [SAMBIL TERSENYUM GENIT]. Dia jadi selalu menghabiskan waktu bersama saya.
Permaisuri          : Waah, enak sekali jadi kamu ya. Aku jadi iri sama kamu [TERSENYUM MANIS]. Anak kamu nanti pasti senang punya orang tua seperti kalian [MENGUSAP PERUT DAYANG HAMIL].
Nandati                : Ah, tidak juga Permaisuri. Kan lebih enak jadi Permaisuri. Pasti raja sayang sekali sama Permaisuri. Mana mungkin raja nggak sayang sama Permaisuri yang secantik ini [MEMBELAI RAMBUT PERMAISURI]. Buktinya, semua keinginan Permaisuri selalu dikabulkan raja.
[PERMAISURI SONTAK TERDIAM. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN DATANG SUARA LANGKAH KAKI DARI PINTU]
Pelayan 1             : Permaisuri, ini makan siang Permaisuri sudah kami siapkan.
Pelayan 2             : Dan ini jamu untuk nanti setelah makan ya Permaisuri.
Permaisuri          : [MASIH TERDIAM. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN BARU MULAI BICARA] Terima kasih. Tapi saya sedang tidak mau makan. Makanannya untuk kalian saja.
Nandati                : [MENATAP PERMAISURI SERIUS] Loh, Permaisuri kok tidak makan? Nanti Permaisuri sakit loh.
Pelayan 1             : Iya benar Permaisuri. Permaisuri kan baru sekali makannya hari ini. [MENYODORKAN KEMBALI MAKAN SIANG PERMAISURI]
Pelayan 2             : Atau Permaisuri ingin makan yang lain? Biar kami buatkan untuk Permaisuri.
Permaisuri          : Tidak. Saya memang tidak sedang lapar. Nanti kalau saya ingin makan, saya panggil kalian lagi. Sekarang kalian boleh pergi  [MEMBERI PERINTAH PELAYAN PERGI]. Oh iya, Nandati. Kamu juga boleh keluar sekarang, saya rasa tugas kamu sudah selesai.
Pelayan 1 & 2     : Baiklah Permaisuri. [BERJALAN MENJAUHI KAMAR PERMAISURI, SETELAH SAMPAI DI DEPAN PINTU KEMUDIAN BERBISIK-BISIK] Permaisuri kenapa ya? Tumben dia tidak mau makan. Biasanya dia selalu tampak ceria. Namun hari ini kelihatannya dia ada masalah.
Ibu Suri                 : Kamu sepertinya sedang tidak nafsu makan, Larasati. Baiklah, nanti ibu akan suruh pelayan membuatkan jamu nafsu makan untukmu. Sekarang istirahatlah. Ibu mau ke lapangan dulu melihat tentara latihan.
ADEGAN 2
[MALAM YANG SUNYI, DI KAMAR RAJA DAN PERMAISURI. RAJA MASUK KAMAR SEMENTARA PERMAISURI DUDUK TERDIAM]
Raja                       : [MENGELUS PIPI PERMAISURI]Larasati, kamu kenapa? Kok terlihat sedih begitu? Apakah kamu menginginkan sesuatu? Sebut saja. Nanti akan aku suruh dayang yang mencarikan.
Permaisuri          : [TETAP MENUNDUK] Nararya (raja), semua yang telah engkau berikan kepadaku, emas, perak dan berlian itu tidak lebih berarti dari seorang putra yang akan meneruskan kekuasaanmu. Kuharap engkau mengerti ucapanku itu.
Raja                       : [MERAYU PERMAISURI] Jadi, kamu ingin “berpesta” malam ini?
Permaisuri          : Hasrat memang dimiliki oleh setiap istri. Namun aku masih bisa menahan kesabaranku setiap kali kamu menolaknya, Nararya. Aku rela kamu tidak memenuhi hasratku itu, [MELEPASKAN TANGAN RAJA, DAN MENATAP MATA RAJA] tapi setidaknya kamu memberiku satu keturunan dulu, Nararya.  Kamu harus ingat, kita sudah tujuh tahun menikah dan belum memiliki anak. Apa kamu tidak malu, terutama kepada ibu suri? Tolonglah, itu tidak cukup hanya dengan usaha yang sedikit saja. Setelah itu terserah kamu. Kamu mau tidur dengan selirmu setiap hari pun aku tidak akan marah.
Raja                       : [MEMEGANG KEDUA BAHU PERMAISURI] Larasati, kamu tidak mengerti keadaanku. Banyak urusan kerajaan yang harus aku selesaikan.
Permaisuri          : Kamu bisa setiap hari mengurus kerajaan. Tapi kenapa untuk menemaniku di malam hari kamu tidak mau?
Raja                       : Ya, karena gara-gara urusan yang melelahkan itu,  setiap malam aku merasa lelah dan langsung tidur. [MELEPAS PANDANGAN KE SAMPING] Lagipula, aku tidak ingin saat kita bercinta, aku malah memikirkan masalah kerajaan.
Permaisuri          : Ah, sudahlah Nararya. Aku tidak ingin mendengarkan bualanmu lagi. Sudah capek telingaku mendengarnya. Sekarang, kalau kamu tidak ingin bercinta malam ini, aku minta kamu keluar. Aku butuh sendiri malam ini memikirkan segalanya.
Raja                       : Baiklah, Larasati. Tidak mengapa bagiku tidur di ruang kerjaku saja. [MEMBARINGKAN PERMAISURI] Sekarang tenangkan dirimu dulu. Semoga kamu bisa berpikir jernih dan mengerti keadaanku. Selamat malam [MENCIUM KENING PERMAISURI]
ADEGAN 3
[DI JALAN MENUJU RUANG KERJA, RAJA MENEMUI SEORANG DAYANG YANG GENIT(DHATRI)]
Dhatri                    : Hai, raja. Mau kemana malam-malam begini sendirian? Mau aku temani? Sebagai dayang yang baik, aku juga harus melayanimu dimana saja.
Raja                       : [BERBICARA TEGAS] Saya mau ke ruang kerja saya. Kamu tidak perlu menemani. Saya hanya diskusi sebentar dengan patih, dan itu bukan urusan kamu. Sekarang pergilah [LANJUT BERJALAN]
Dhatri                    : [MENYETOP RAJA DENGAN MEMELUKNYA DARI BELAKANG] Tunggu raja! Tidak usah buru-buruh. Malam-malam yang dingin begini raja harusnya dihangatkan dulu [MEMBELAI RAJA]
Raja                       : Saya tidak tahu maksudmu dan juga tidak ingin tahu. Sekarang saya perintahkan kamu pergi [MENUNJUK JARI PERTANDA MENGUSIR]
Dhatri                    : [BERDIRI DI DEPAN RAJA, MENATAP MATA RAJA SERIUS] Raja, apa kurangnya saya di mata raja? Kurang cantik apa saya? [BERJALAN MENMUTARI RAJA] Saya tidak kalah cantik dibandingkan permaisuri. Rambut saya tergerai dengan indah. Mata saya..
Raja                       : [MARAH DAN MENGUSIR GENIT] Cukup, Dhatri! Saya tidak ingin melihatmu lagi di sini. Sekarang kamu pergi ke ruang kerjamu. Saya tidak ada waktu berurusan denganmu.
Dhatri                    : Ya sudah kalau begitu [PERGI MENINGGALKAN RAJA, DAN MENGGERUTU DALAM HATI] Dasar raja sialan. Belum tau dia cantiknya saya. Dia pasti akan menyesali perbuatannya itu.
[DI RUANG KERJA RAJA]
Raja                       : [MASUK DAN BERTEMU PATIH (AGRADIPAH)] Agradipah. Kamu masih di sini? Kenapa tidak ke kamarmu dan lantas tidur?
Agradipah           : Tidak raja. Saya baru saja ke sini. Saya hanya merasa kesepian sendiri di kamar. Makanya saya ke sini mencari kesibukan.
Raja                       : Oh saya tahu. Kamu pasti ingin main lagi ya [TERSENYUM ISENG]
Agradipah           : Saya tidak mengerti maksud raja.
Raja                       : Sudah, jangan berbasa-basi, Agradipah. Saya juga sedang banyak pikiran. Lebih baik kita bersenang-senang [MEMELUK PATIH, MENCIUMNYA DAN BERCUMBU DENGANNYA]
[DI LUAR RUANGAN LEWATLAH DUA ORANG DAYANG YANG TIBA-TIBA MENDENGAR RAJA DAN PATIH MENDESAH]
Kuntala                 : [BERHENTI BERJALAN] Eh, tunggu, Kriti. Kamu mendengar ada yang aneh tidak?
Kriti                        : [IKUT BERHENTI BERJALAN DAN MENCOBA MENDENGARKAN JUGA] Uh, iya ya, Kuntala. Aku juga mendengarnya. Sepertinya itu berasal dari ruang kerja raja.
Kuntala                 : Iya benar. Raja sedang apa ya? [BERBICARA BERBISIK-BISIK] Apa mungkin raja bercumbu di ruang kerjanya. Kan raja punya kamar sendiri.
Kriti                        : [BERBISIK-BISIK] Ayo, kita intip. Di situ kalau tidak salah ada jendela yang renggang . [MENUNJUK SEBUAH JENDELA YANG TIDAK JAUH DARI MEREKA]
[MELIHAT MELALUI CELAH DI JENDELA DAN SONTAK KAGET]
Kriti                        : Astaga! Aku tidak menyangka raja seperti itu.
Kuntala                 : Iya benar sekali. Dengan patihnya sendiri lagi, seorang laki-laki.
Kriti                        : [SAMBIL BERJALAN TERBURU-BURU] Kita harus bagaimana, Kuntala? Apa kita harus membicarakannya dengan Permaisuri?
Kuntala                 : [BERJALAN CEPAT DAN KELIHATAN KETAKUTAN] Jangan, Kriti. Aku takut nanti raja marah dan mengusir kita dari kerajaan ini.
[DI RUANG KERJA RAJA, RAJA DAN PATIH SELESAI BERCINTA]
Raja                       : Aku mau pergi, Agradipah [MENGENAKAN BAJU]
Agradipah           : Jangan tinggalkan aku raja, aku takut [MEMEGANG TANGAN RAJA]
Raja                       : Tidak ada yang perlu ditakutkan, Agradipah. Semua akan berjalan seperti biasa. Tidak ada yang akan menyakitimu. Kamu kan orang kepercayaanku.
Agradipah           : Terima kasih raja [TERSENYUM]
[TIBA-TIBA DATANG DHATRI]
Dhatri                    : Apa yang baru saja kalian bicarakan? Katakan padaku!
Kriti                        : [SALING MENENGOK DENGAN KUNTALA] Uh, Oh, Ti, Tidak ada Dhatri. Kami hanya bercerita tentang malam yang indah ini.
Kuntala                 : Iya, benar. Coba kamu lihat, malam ini bertaburan bintang. Dan bulannya bersinar terang. Malam ini indah sekali bukan?
Dhatri                    : [MELIHAT KRITI DAN KUNTALA SECARA BERGANTIAN] Oh begitu ya. Tapi saya mencium bau kebohongan dari kalian. Saya tahu kalian pasti dari ruang kerja raja. Sekarang, katakan apa yang kalian lakukan disana?
Kuntala                 : Kami tidak berbohong Dhatri. Kami hanya kebetulan lewat saja di ruang kerja raja.
Dhatri                    : Bohong! Kalian pasti mengetahui sesuatu dari ruang kerja raja. Kalau tidak, mengapa kalian menyebut-nyebut nama raja tadi? Saya mendengarkannya dengan jelas. [MEMEGANG BAHU KUNTALA DAN KRITI DENGAN GAYA MENGANCAM] Ayo cepat katakan! Atau akan kulaporkan pada raja.
Kriti                        : Baiklah. Tapi jangan bilang siapa-siapa.
[SETELAHNYA MEREKA BERJALAN BERTIGA SAMBIL BERBICARA SECARA BERBISIK-BISIK]

ADEGAN 4
[KEESOKAN HARINYA DI KAMAR TIDUR, PERMAISURI DITEMANI TIGA ORANG DAYANG DAN ISHANA (SALAH SATU SELIR RAJA)]
Permaisuri          : [MENEGAKKAN PUNGGUNGNYA, MELIHAT KE KEDUA DAYANG DISAMPINGNYA] Kuntala, Kriti, kalian kok terlihat gusar begitu? Kalian ada masalah? Mau pulang kampung menjenguk keluarga, atau minta gaji sebulan ini? Ceritakan saja. Saya tidak akan marah.
Kriti                        : Uh, tidak ada Permaisuri. Kami tidak apa-apa [MENGGELENGKAN KEPALA]
Permaisuri          : Oh, begitu. Baguslah, kalian tidak apa-apa [MENYANDAR KEMBALI] Tapi kalau kalian ingin meminta sesuatu katakan saja. Nanti saya pertimbangkan.
Dhatri                    : Mereka melihat ra...
Kuntala                 : [DENGAN CEPAT MEMOTONG PEMBICARAAN DHATRI] Kami semalam melihat bulan dan bintang Permaisuri, indah sekali.
Permaisuri          : Kok kalian seperti menyembunyikan sesuati dari saya. Ceritakan saja. Bukankah aku sudah mengajarkan kalian untuk selalu terbuka. Terutama kepada saya.
Ishana                   : Iya. Kok kalian bertingkah aneh hari ini. Apa yang kalian sembunyikan dari Permaisuri?
Kuntala & Kriti   : [MENUNDUK] Kami tidak menyembunyikan sesuatu Permaisuri.
Ishana                   : Dhatri, kamu tadi mau mengatakan sesuatu, bukan? Katakan pada Permaisuri apa yang ingin kamu katakan tadi?
Dhatri                    : Jadi begini Permaisuri, semalam mereka berdua melihat raja berhubungan badan dengan patih di ruang kerjanya.
Ishana                   : Apa? Kamu jangan mengada-ngada ya. Tidak mungkin raja berbuat begitu, sama laki-laki lagi. Raja kan malamnya di kamar, mana mungkin raja di ruang kerjanya.
Dhatri                    : [MENUNDUK PERTANDA MOHON AMPUN] Ampun Permaisuri, saya tidak berbohong. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri dan tidak berani mengadukannya kepada Permaisuri.
Ishana                   : [MENGHADAP KE WAJAH PERMAISURI, MENUNJUKKAN JARI KE KETIGA DAYANG] Permaisuri, mereka berani sekali mengada-ngada. Menuduh raja, lagi. Mereka tidak bisa diberi ampun. Usir saja mereka dari kerajaan ini Permaisuri.
Permaisuri          : Kamu tidak harus melakukan apa-apa Ishana. Mereka tidak bisa dikatakan bersalah. [MENGHADAP KE ARAH KETIGA DAYANG] Kalian silahkan pergilah. Saya butuh waktu berdua dengan Ishana [KEMUDIAN MENYANDARKAN PUNGGUNGNYA KE KURSI DAN TERDIAM LAMA]
Ketiga Dayang   : [KOMPAK] Baiklah Permaisuri.
[KETIKA BERJALAN KELUAR KAMAR PERMAISURI, MEREKA MELAKUKAN PERCAKAPAN DENGAN SUARA SEPERTI BERBISIK-BISIK]
Kriti                        : Kenapa kamu mengatakannya kepada Permaisuri, Dhatri? Itu hanya akan menyebabkan Permaisuri berada dalam kesedihan.
Dhatri                    : Biar saja. Permaisuri memang seharusnya mengetahui perbuatan keji suaminya yang brengsek itu. [BERBICARA DENGAN NADA MENGEJEK] Lagian, siapa suruh raja yang diagung-agungkan itu menolakku menjadi selirnya. Padahal aku kan juga cantik.
Kuntala                 : [MENUNJUK KE WAJAH DHATRI] Jaga ucapanmu Dhatri. Teganya kamu menari-nari di atas penderitaan Permaisuri. Dan aku baru tahu ternyata kamu mengatakan aib raja hanya karena kamu tidak dijadikan selir. Tidak baik sifat dengki itu kamu pelihara Dhatri [BERBICARA DENGAN NADA AGAK KERAS]
Dhatri                    : [BERBALIK MENGHADAP KEDUA DAYANG YANG LAIN DAN MENATAP WAJAH MEREKA DENGAN TAJAM] Masa bodoh. Aku tidak peduli dengan omongan kalian [LALU MELANGKAH CEPAT MENINGGALKAN MEREKA]
[DI KAMARNYA, PERMAISURI MASIH TERDIAM]
Ishana                   : [MEMECAH KEHENINGAN] Permaisuri, kenapa kamu tidak melakukan sesuatu?
Permaisuri          : [MENUNDUK DAN BERBICARA DENGAN LEMAS] Tidak ada yang perlu dilakukan Ishana. Apa yang mereka katakan adalah benar.
Ishana                   : Tidak mungkin Permaisuri. Raja tidak mungkin melakukan hal kotor itu. Raja mencintai Permaisuri. Raja juga sering menceritakan kalau raja dan Permaisuri selalu memiliki malam-malam yang indah.
Permaisuri          : [MENGANGKAT KEPALA] Ishana, kalau kami melakukan apa yang disebutkannya itu, tidak mungkin sampai hari ini aku tidak memiliki anak juga. Asal kamu tahu, dia tidak pernah melakukan tugasnya kepadaku. Setiap kali aku meminta, dia selalu berdalih lelah karena urusan kerajaan. Dan malam tadi, dia tidur di ruang kerjanya atas permintaanku, dan apa yang dilihat kedua dayang tadi tidaklah mustahil! [NAFASNYA MENJADI TIDAK BERATURAN]
Ishana                   : [KAGET DAN MENUTUP MULUT SAMBIL BERKATA] Jadi, semua yang mereka katakan tentang raja itu benar, Permaisuri? Aku tidak menyangka!
[BERDIRI DAN BERJALAN DENGAN CEPAT KELUAR KAMAR PERMAISURI] Ini pasti gara-gara patih bangsat itu. Aku tidak akan membiarkannya mengambil raja dari kita.
Permaisuri          : Kemana kamu, Ishana? Sabar, jangan terlalu terbawa emosi. Aku tidak ingin kamu melakukan hal yang bodoh. Biar saja raja seperti itu.
[TIDAK ADA JAWABAN SETELAH ITU DAN PERMAISURI HANYA BISA DUDUK TERDIAM DI KURSINYA. DI LUAR, ISHANA BERTEMU DENGAN SELIR YANG LAIN: Aishwarya, Nisya dan Zanetha]
Nisya                     : [BERSAMA SELIR YANG LAIN MENARIK ISHANA KE DINDING] Apa yang terjadi di dalam? Kok tadi kami mendengar keributan. Dan dayang yang baru saja keluar sepertinya menyebut-nyebut nama raja.
Aishwarya           : Iya, ceritakan kepada kami, Ishana. Urusan raja dan Permaisuri juga uruan kita.
Ishana                   : Kita harus melakukan sesuatu [MEMASANG WAJAH MARAH]
Zanetha               : Bicaralah yang jelas kepada kami apa yang terjadi, Ishana. Kami jadi bingung kalau kamu bicara yang tidak jelas begini. Apa yang haru kita lakukan? Dan kenapa kita harus melakukannya?
Ishana                   : Agradipah telah menyebabkan raja membelok mencintai laki-laki. Asal kalian tahu, ternyata selama ini raja tidak pernah bercinta dengan wanita. Dan malam tadi, kedua dayang tadi melihat raja berhubungan badan dengan si bangsat Agradipah itu.
Aishwarya           : Oh, jadi begitu. Ini benar-benar keterlaluan. Agradipah harus kita musnahkan dari bumi Trividhachampa ini. Kita harus  membunuhnya sekarang juga.
Nisya                     : Setuju. Malam ini kita harus membunuhnya.
Zanetha               : Tunggu, kita harus memikirkan caranya dulu. Jangan sampai kita gegabah melakukannya. Dan kita juga harus berhati-hati jangan sampai raja mengetahui rencana kita. Kalau sampai ketahuan, raja pasti akan marah besar.
Ishana                   : Aha, aku punya ide! [MERANGKUL SELIR YANG LAIN MENGAJAK BERUNDING]
[SETELAH ITU YANG TERDENGAR HANYA BISIK-BISIK SAJA]

ADEGAN 5
[MALAM HARINYA DI KAMAR PATIH AGRADIPAH, PATIH SEDANG MEMBACA KITAB, DARI ARAH PINTU TERDENGAR SUARA LANGKAH BEBERAPA PASANG KAKI YANG BEGERAK MASUK]
Agradipah           : Kalian siapa?
Ishana                   : Kamu tidak perlu tahu siapa kami.
Aishwarya           : Tidak usah takut. Kami hanya mau mengajakmu bersenang-senang malam ini.
Agradipah           : Apa maksud kalian? Saya tidak mengerti .
Nisya                     : Sudahlah Agradipah. Ayo kita bersenang-senang malam ini [MERABA-RABA WAJAH PATIH LALU KE DADA]
Agradipah           : Tidak! Saya tidak mau berhubungan dengan kalian. Sekarang kalian semua pergi dari sini ! [TELUNJUK MENUNJUK KE PINTU TANDA MENGUSIR]
Zanetha               : Loh, pria kok menolak sih diajak bersenang-senang. Bukannya semua pria menginginkan wanita-wanita cantik pada malam hari?
Ishana                   : Atau, kamu mau kami menjadi laki-laki untuk membuatmu puas?
Aishwarya           : Ih, jijik sekali mendengarnya. Tapi kalau sama seorang raja, dia mau nggak ya?
Agradipah           : Apa sebenarnya mau kalian?
Nisya                     : [BERDIRI DI DEPAN PATIH DAN MENATAPNYA DENGAN TAJAM] Membunuhmu, patih.
Zanetha               : Karena kamu telah merebut raja dari Permaisuri dan kami.
Ishana                   : Tentu kami tidak akan tinggal diam, Agradipah. [MENGEDIPKAN MATA KE SELIR YANG LAIN] Cepat, ikat dia!
[PARA SELIR MENGIKAT KAKI DAN TANGAN PATIH, KEMUDIAN MELILITKAN KAIN KE LEHERNYA DAN MENARIKNYA. PATIH PUN TIDAK BERGERAK LAGI]
Aishwarya           : Cepat, sekarang kita bawa jasadnya sebelum raja datang.
Nisya                     : Iya, ayo.
[PARA SELIR MEMBAWA JASAD AGRADIPAH KELUAR RUANGAN]


ADEGAN 6
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR, PERMAISURI DIBAWA OLEH ISHANA AISHWARYA MASUK]
Ishana                   : Yee, yang ditunggu sudah datang.
Nisya                     : Pesta dimulai! [BERDIRI DAN MENYILAKAN PERMAISURI DUDUK DI KURSI]
Zanetha               : [MENYODORKAN MINUMAN KEPADA PERMAISURI] Ini minuman untuk Permaisuri.
Aishwarya           : Bersulang! [BERSAMA SELIR YANG LAIN MENGANGKAT GELAS MINUMAN]
Permaisuri          : Tunggu! Ada yang bisa menjelaskan kepadaku dalam rangka apa ini? Aku harus tahu, kenapa kalian tiba-tiba mengadakan pesta kecil-kecilan begini?
[DI LUAR KAMAR RAJA LEWAT, DAN TIDAK SENGAJA MENDENGAR KERIUHAN DI DALAM]
Raja                       : [BERTANYA-TANYA DALAM HATI] Para selirku sedang mengapa di dalam? Kok mereka gembira sekali kedengarannya. Perasaanku jadi tidak enak. Apa aku masuk saja ya? Ah, tidak, mereka pasti akan curiga padaku. Lebih baik aku dengarkan dari sini saja.
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR]
Ishana                   : Ini untuk merayakan kesuksesan kita Permaisuri.
Nisya                     : Benar sekali, kita sudah berhasil menyingkirkan patih hengkang dari kerajaan ini, bahkan dari bumi ini. Hahaha [TERTAWA PENUH KEMENANGAN]
[SELIR YANG LAIN IKUT TERTAWA, SEMENTARA DI BALIK DINDING RUANGAN ITU RAJA MENDENGARKAN PEMBICARAAN MEREKA LUMAYAN JELAS]
Raja                       : [BERKATA DALAM HATI] Apa? Mereka telah membunuh patihku? Kurang ajar. Mereka harus menerima balasan dari perbuatan mereka. Aku harus memerintahkan prajuritku membunuh mereka semua. Ah, tidak. Cara itu terlalu biasa. Aku harus membunuhnya dengan caraku sendiri. Oh iya, aku mengerti. Sekarang aku ke ruang kerjaku dulu saja [PERGI MENINGGALKAN KAMAR PARA SELIR, LALU TIDAK SENGAJA BERTABRAKAN DENGAN DUA PELAYAN YANG MEMBAWA MAKANAN]
Pelayan 1             : [MENUNDUK DAN MEMOHON AMPUN] Ampunkan kami raja. Kami tidak sengaja.
Raja                       : Ssst... Jangan bicara terlalu keras. Aku tidak ingin merusak pesta permaisuri dan selir.
Pelayan2              : Baiklah raja. Apakah kami sudah boleh pergi raja? Permaisuri sudah menunggu makanan dan kami harus mengambilkan yang baru.
Raja                       : Tunggu, kalian harus berjanji untuk tidak mengatakan bahwa aku di sini.
Pelayan 1&2       : Baiklah raja.
Raja                       : Baik, sekarang kalian boleh pergi.
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR]
Permaisuri          : [MELETAKKAN KEMBALI GELASNYA] Jadi, kalian telah membunuh patih? Kenapa kalian sampai berbuat seperti itu? Patih itu kan sangat dibutuhkan di kerajaan kita.
Ishana                   : Sudahlah Permaisuri. Orang yang telah berbuat kotor memang harus dibunuh. Itu juga tertulis dalam kitab Saptakrityadosha (tujuh perbuatan dosa). Jadi, kita tidak salah Permaisuri. Lagipula, kami kan berada di pihakmu. Sekarang kita rayakan saja keberhasilan kita ini [MENYODORKAN KEMBALI GELAS MINUMAN KEPADA PERMAISURI]

ADEGAN 7
[SUATU MALAM YANG INDAH DI RUANG KERJA RAJA]
Permaisuri          : Pesta untuk apa ini gerangan, Nararya?
Raja                       : Sudahlah, tidak usah tanya untuk apa. Yang jelas, ini pesta yang khusus aku buat untukmu Permaisuri dan slir-selirku. Aku rasa sudah lama kita tidak membuat pesta kecil-kecilan seperti ini. Aku terlalu sibuk denga  pekerjaanku. Sekali-kali aku harus menghabiskan waktu bersama kalian.
Zanetha               : Apakah Ibu Suri tidak diajak raja?
Raja                       : Tidak, ini khusus untuk kita saja. Ibu Suri akan aku ajak dalam pesta yang lain lagi nanti. Yang jelas, kita bisa menghabiskan waktu bersama malam ini.
[SELANG BEBERAPA LAMA, DATANGLAH DUA ORANG PELAYAN MENGANTARKAN BEBERAPA GELAS MINUMAN]
Pelayan1              : Ini minumannya raja [MENGHADAP RAJA]
Raja                       : Silahkan bagikan kepada Permaisuri dan yang lainnya.
Pelayan2              : Dan ini STMJ (susu telur madu jahe) khusus yang raja minta [MENYODORKAN SEGELAS PENUH STMJ].
Pelayan1              : Kalau butuh minuman tambahan, akan kami ambilkan di dapur, raja. Atau kalau ingin makanan juga, kami akan buatkan.
Raja                       : Tidak. Tugas kalian sudah selesai. Kalian  boleh kembali sekarang.
Pelayan2:            : Baiklah, kalau tidak ada lagi, kami kembali ke dapur, raja.
Nisya                     : Kok raja tidak minum seperti kita?
Aishwarya           : Iya. Raja kok minum STMJ?
Zanetha               : Oh, itu aku tahu. Pasti supaya vitalitas raja jadi kuat dan tahan lama, iya kan raja? hehehe [TERSENYUM GENIT]
Raja                       : Ya, kamu pintar sekali Zanetha. Ini memang minuman untuk kejantanan pria.
Ishana                   : Memang raja mau “berpesta” dengan Permaisuri malam ini?
Raja                       : Lantas, untuk apa lagi. Itu kan sudah tanggung jawabku.
[PERMAISURI DAN SEMUA SELIR SONTAK KAGET, TERDIAM DAN SALING MELIRIK SATU SAMA LAIN]
Nisya                     : [MEMECAH SUASANA] Wah, raja memang lelaki sejati. Kami bangga jadi selir raja.
Permaisuri          : [MEMPERHATIKAN RAJA DALAM-DALAM DAN MENGAMBIL MINUMAN] Sudahlah. Jangan banyak bicara. Sekarang minum saja apa yang sudah disiapkan raja. Ayo kita bersulang dulu.
Semuanya           : Bersulang!
[KETIKA SEMUA ORANG AKAN MULAI MINUM, TIBA-TIBA GELAS PERMAISURI TERJATUH]
Para Selir             : [BANGKIT DARI TEMPAT DUDUKNYA] Permaisuri, hati-hati!
Permaisuri          : Aku tidak apa-apa.
Raja                       : Ya sudah. Biar saya buatkan lagi minuman untukmu.
Permaisuri          : Tidak usah. Aku sedang tidak enak badan saja hari ini. Maaf, mungkin aku duduk di sini saja. Kalian lanjutlah minum.
Raja                       : [BERDIRI DAN BERGEGAS KE DAPUR] Saya ambilkan lagi untukmu, Larasati. Yang lain tunggu, jangan minum dulu.
[BEBERAPA SAAT KEMUDIAN RAJA KEMBALI KE RUANGAN, DAN MELIHAT PARA SELIRNYA SUDAH JATUH TAK BERGERAK LAGI DI ATAS KURSI]
Raja                       : [BERDIRI DI DEPAN PINTU] Jadi, kamu sudah mengetahui semuanya, Larasati?
Permaisuri          : Raja busuk yang membunuh para selirnya sendiri. Sekarang kamu mau apa?
Raja                       : Berarti kamu juga sudah tahu bahwa aku begitu mencintai patihku.
Permaisuri          : Tentu sa...
Raja                       : [MEMOTONG KALIMAT PERMAISURI] Tidak usah kamu jawab. Aku sudah mengetahui semuanya. Untuk apa aku punya  banyak prajurit kalau untuk memata-matai permaisuriku sendiri saja tidak bisa. Setelah kau merayakan keberhasilanmu bersama para selir membunuh Agradipah, aku langsung menyuruh orang untuk mencari tahu penyebab kamu membunuh dia. Dan tiga dayang tolol itu sudah menemui ajalnya.
Permaisuri          : [MENUNJUK KE ATAS] Demi langit dan bumi, Nararya. Tidak pernah ada niat untuk melakukan hal seburuk itu pada patihmu. Karena aku tahu kamu begitu mencintainya dan membutuhkannya dalam mengurus kerajaan. Hanya saja selir-selir yang kecewa padamu berencana melakukannya [MENUNJUK PARA SELIR]. Dan itu wajar mereka lakukan, Nararya. Siapa yang tidak sakit hati jika selama bertahun-tahun didustai. Semestinya kamu tahu itu, Nararya. Lantas, dosa apa lagi yang akan kau lakukan?
Raja                       : Persetan dengan semua ucapanmu itu, Larasati. Nyawa Agradipah harus dibayar dengan nyawa orang yang membunuhnya, yaitu kau! [MEMPERERAT CEKIKANNYA]
Permaisuri          : [BERBICARA TERPOTONG-POTONG] Ternyata hatimu sudah dibutakan oleh cinta yang terlarang itu, Nararya. Kau harus tahu, aku mencintaimu apa adanya.
Raja                       : Dasar kau....[MENCEKIK DENGAN SEKUAT TENAGA, LALU TIBA-TIBA] Aaa...perutku...[TERIAK KESAKITAN, MELIHAT DARAH MENYEMBUR, DAN MELIHAT KE BELAKANG] Ibunda? Kenapa kau melakukan semua ini?
Permaisuri          : [MEMELUK NARARYA DAN TERIAK] Ibu! Apa yang telah kau perbuat?! [MENENGADAH KE IBU SURI]
Ibu Suri                 : [BERLUTUT DI SEBELAH TUBUH RAJA, MENGELUS PIPI RAJA DAN MENANGIS] Maafkan aku, anakku. Aku terpaksa melakukan ini. Aku hanya tidak ingin lebih  banyak orang yang tersakiti olehmu karena kau dustai.
Raja                       : [MEMEGANG TANGAN IBU SURI DAN PERMAISURI] Maafkan aku. Aku sudah mengecewakan banyak orang, terutama kalian berdua [MEMANDANG KE ARAH WAJAH PERMAISURI] Aku yang egois selama ini. Maafkan aku. [MERINTIH KESAKITAN, KEMUDIAN MEMEJAMKAN MATA DAN TIDAK BERGERAK LAGI]
[YANG TERDENGAR KEMUDIAN HANYA RIAK TANGIS IBU SURI DAN PERMAISURI RAJA]

This play I have written in my second semester in UI. This is my last project for the subject "Pengantar Kesusastraan Belanda" (Introduction to Dutch Literature). The theme is unique because we combined the sosial aspect in the Netherlands (homosexuality) with Javanese culture (you can see it by the setting and the names of characters in the story).

No comments: