NASKAH DRAMA PELANGGAR KITAB SAPTAKRITYADOSHA
Goedemiddag allemaal ! (Selamat siang/sore semuanya !). Hari ini gue mau share naskah drama gue pas matkul "Pengantar Kesusastraan Belanda nih. Ceritanya sangat jarang diangkat di Indonesia tapi ini adalah karya original kami yang cukup bagus untuk dibaca. Di sini ada nama temen-temen gue yang ikut bermain dalam drama kita. Selamat membaca!
Nararya (Raja
kerajaan Trividachampa) Tomi
Tri Anggara
Larasati
(Permaisuri) Ajeng
Larasati
Agradipah (Patih
kerajaan Trividachampa) Henry
Alfin Fathan
Ishana (selir
raja) Aisyah
Rahima
Nisya (selir
raja) Chairunisa
Ramadaniati
Aishwarya (selir
raja) Amira
Jasmine
Zanetha (selir
raja) Fauziah
Salehah
Nandati (dayang) Aisyah
Nabilaa Antani
Dhatri (dayang) Syadza
Fadilah
Kriti (dayang) Christie
Amanda
Kuntala (dayang) Aryantika
Kuntala
Pelayan 1 R.R.
Sri Retno Gayatri
Pelayan 2 Tungga
Yulinda Putri
Ibu Suri Luh
Ayu Hapsari
“Pelanggar Kitab Saptakrityadosha”
ADEGAN
1
[SUATU SIANG DI KAMAR PERMAISURI]
Permaisuri :
Jadi, bagaimana kehamilanmu sekarang, Nandati? Apakah lancar-lancar saja?
Ibu Suri : [MERABA PUNDAK NANDATI(DAYANG
HAMIL)] Oh, kamu lagi hamil, Nandati? Wah, selamat ya. Pantas perutmu kelihatan lebih besar dari
biasanya. Saya kira kamu makan terlalu banyak tadi. [TERTAWA]
Nandati : [SAMBIL MENYISIR RAMBUT PERMAISURI]
Ya begitulah Permaisuri, Ibu Suri. Seperti
biasa, ini adalah saat-saat yang paling menyenangkan bagi saya. Semenjak
kehamilan saya, suami saya jadi semakin cinta [SAMBIL TERSENYUM GENIT]. Dia jadi selalu menghabiskan
waktu bersama saya.
Permaisuri : Waah, enak sekali jadi kamu ya. Aku
jadi iri sama kamu [TERSENYUM MANIS]. Anak kamu nanti pasti senang punya orang
tua seperti kalian [MENGUSAP PERUT DAYANG HAMIL].
Nandati : Ah, tidak juga Permaisuri. Kan
lebih enak jadi Permaisuri. Pasti raja sayang sekali sama Permaisuri. Mana
mungkin raja nggak sayang sama Permaisuri yang secantik ini [MEMBELAI RAMBUT PERMAISURI].
Buktinya, semua keinginan Permaisuri selalu dikabulkan raja.
[PERMAISURI SONTAK TERDIAM. BEBERAPA SAAT
KEMUDIAN DATANG SUARA LANGKAH KAKI DARI PINTU]
Pelayan 1 : Permaisuri, ini makan siang Permaisuri
sudah kami siapkan.
Pelayan 2 : Dan ini jamu untuk nanti setelah
makan ya Permaisuri.
Permaisuri : [MASIH TERDIAM. BEBERAPA SAAT
KEMUDIAN BARU MULAI BICARA] Terima kasih. Tapi saya sedang tidak mau makan.
Makanannya untuk kalian saja.
Nandati :
[MENATAP PERMAISURI SERIUS] Loh, Permaisuri kok tidak makan? Nanti Permaisuri
sakit loh.
Pelayan 1 : Iya benar Permaisuri. Permaisuri
kan baru sekali makannya hari ini. [MENYODORKAN KEMBALI MAKAN SIANG PERMAISURI]
Pelayan 2 : Atau Permaisuri ingin makan yang
lain? Biar kami buatkan untuk Permaisuri.
Permaisuri : Tidak. Saya memang tidak sedang
lapar. Nanti kalau saya ingin makan, saya panggil kalian lagi. Sekarang kalian
boleh pergi [MEMBERI PERINTAH PELAYAN
PERGI]. Oh iya, Nandati. Kamu juga boleh keluar sekarang, saya rasa tugas kamu
sudah selesai.
Pelayan 1
& 2 : Baiklah Permaisuri.
[BERJALAN MENJAUHI KAMAR PERMAISURI, SETELAH SAMPAI DI DEPAN PINTU KEMUDIAN
BERBISIK-BISIK] Permaisuri kenapa ya? Tumben dia tidak mau makan. Biasanya
dia selalu tampak ceria. Namun hari ini kelihatannya dia ada masalah.
Ibu Suri : Kamu sepertinya sedang tidak
nafsu makan, Larasati. Baiklah, nanti ibu akan suruh pelayan membuatkan jamu
nafsu makan untukmu. Sekarang istirahatlah. Ibu mau ke lapangan dulu melihat
tentara latihan.
ADEGAN 2
[MALAM YANG SUNYI, DI KAMAR RAJA DAN PERMAISURI.
RAJA MASUK KAMAR SEMENTARA PERMAISURI DUDUK TERDIAM]
Raja : [MENGELUS PIPI PERMAISURI]Larasati,
kamu kenapa? Kok terlihat sedih begitu? Apakah kamu menginginkan sesuatu? Sebut
saja. Nanti akan aku suruh dayang yang mencarikan.
Permaisuri : [TETAP MENUNDUK] Nararya (raja),
semua yang telah engkau berikan kepadaku, emas, perak dan berlian itu tidak
lebih berarti dari seorang putra yang akan meneruskan kekuasaanmu. Kuharap
engkau mengerti ucapanku itu.
Raja : [MERAYU PERMAISURI]
Jadi, kamu ingin “berpesta” malam ini?
Permaisuri : Hasrat memang dimiliki oleh setiap istri. Namun aku
masih bisa menahan kesabaranku setiap kali kamu menolaknya, Nararya. Aku rela
kamu tidak memenuhi hasratku itu, [MELEPASKAN TANGAN RAJA, DAN MENATAP MATA RAJA] tapi setidaknya
kamu memberiku satu keturunan dulu, Nararya. Kamu harus ingat, kita sudah tujuh tahun menikah dan
belum memiliki anak. Apa kamu tidak malu, terutama kepada ibu suri? Tolonglah, itu tidak cukup
hanya dengan usaha yang sedikit
saja. Setelah itu terserah kamu. Kamu mau tidur dengan selirmu
setiap hari pun aku tidak akan marah.
Raja : [MEMEGANG KEDUA BAHU
PERMAISURI] Larasati, kamu tidak mengerti keadaanku. Banyak urusan kerajaan
yang harus aku selesaikan.
Permaisuri : Kamu bisa setiap hari mengurus kerajaan.
Tapi kenapa untuk menemaniku di
malam hari kamu tidak mau?
Raja : Ya, karena gara-gara
urusan yang melelahkan itu, setiap malam
aku merasa lelah dan langsung tidur. [MELEPAS PANDANGAN KE SAMPING] Lagipula,
aku tidak ingin saat kita bercinta, aku malah memikirkan masalah kerajaan.
Permaisuri : Ah, sudahlah Nararya. Aku tidak
ingin mendengarkan bualanmu lagi. Sudah capek telingaku mendengarnya. Sekarang,
kalau kamu tidak ingin bercinta malam ini, aku minta kamu keluar. Aku butuh
sendiri malam ini memikirkan segalanya.
Raja : Baiklah, Larasati. Tidak
mengapa bagiku tidur di ruang kerjaku saja. [MEMBARINGKAN PERMAISURI] Sekarang
tenangkan dirimu dulu. Semoga kamu bisa berpikir jernih dan mengerti keadaanku.
Selamat malam [MENCIUM KENING PERMAISURI]
ADEGAN 3
[DI JALAN
MENUJU RUANG KERJA, RAJA MENEMUI SEORANG DAYANG YANG GENIT(DHATRI)]
Dhatri : Hai, raja. Mau kemana
malam-malam begini sendirian? Mau aku temani? Sebagai dayang yang baik, aku
juga harus melayanimu dimana saja.
Raja : [BERBICARA TEGAS] Saya
mau ke ruang kerja saya. Kamu tidak perlu menemani. Saya hanya diskusi sebentar
dengan patih, dan itu bukan urusan kamu. Sekarang pergilah [LANJUT BERJALAN]
Dhatri : [MENYETOP RAJA DENGAN
MEMELUKNYA DARI BELAKANG] Tunggu raja! Tidak usah buru-buruh. Malam-malam yang
dingin begini raja harusnya dihangatkan dulu [MEMBELAI RAJA]
Raja : Saya tidak tahu
maksudmu dan juga tidak ingin tahu. Sekarang saya perintahkan kamu pergi
[MENUNJUK JARI PERTANDA MENGUSIR]
Dhatri : [BERDIRI DI DEPAN RAJA,
MENATAP MATA RAJA SERIUS] Raja, apa kurangnya saya di mata raja? Kurang cantik
apa saya? [BERJALAN MENMUTARI RAJA] Saya tidak kalah cantik dibandingkan permaisuri.
Rambut saya tergerai dengan indah. Mata saya..
Raja : [MARAH DAN MENGUSIR
GENIT] Cukup, Dhatri! Saya tidak ingin melihatmu lagi di sini. Sekarang kamu
pergi ke ruang kerjamu. Saya tidak ada waktu berurusan denganmu.
Dhatri : Ya sudah kalau begitu
[PERGI MENINGGALKAN RAJA, DAN MENGGERUTU DALAM HATI] Dasar raja sialan.
Belum tau dia cantiknya saya. Dia pasti akan menyesali perbuatannya itu.
[DI RUANG
KERJA RAJA]
Raja : [MASUK DAN BERTEMU PATIH
(AGRADIPAH)] Agradipah. Kamu masih di sini? Kenapa tidak ke kamarmu dan lantas
tidur?
Agradipah : Tidak raja. Saya baru saja ke sini.
Saya hanya merasa kesepian sendiri di kamar. Makanya saya ke sini mencari
kesibukan.
Raja : Oh saya tahu. Kamu
pasti ingin main lagi ya [TERSENYUM ISENG]
Agradipah : Saya tidak mengerti maksud raja.
Raja : Sudah, jangan
berbasa-basi, Agradipah. Saya juga sedang banyak pikiran. Lebih baik kita
bersenang-senang [MEMELUK PATIH, MENCIUMNYA DAN BERCUMBU DENGANNYA]
[DI LUAR RUANGAN LEWATLAH DUA ORANG DAYANG
YANG TIBA-TIBA MENDENGAR RAJA DAN PATIH MENDESAH]
Kuntala : [BERHENTI BERJALAN] Eh,
tunggu, Kriti. Kamu mendengar ada yang aneh tidak?
Kriti : [IKUT BERHENTI
BERJALAN DAN MENCOBA MENDENGARKAN JUGA] Uh, iya ya, Kuntala. Aku juga mendengarnya.
Sepertinya itu berasal dari ruang kerja raja.
Kuntala : Iya benar. Raja sedang apa
ya? [BERBICARA BERBISIK-BISIK] Apa mungkin raja bercumbu di ruang kerjanya. Kan
raja punya kamar sendiri.
Kriti : [BERBISIK-BISIK] Ayo,
kita intip. Di situ kalau tidak salah ada jendela yang renggang . [MENUNJUK
SEBUAH JENDELA YANG TIDAK JAUH DARI MEREKA]
[MELIHAT
MELALUI CELAH DI JENDELA DAN SONTAK KAGET]
Kriti : Astaga! Aku tidak
menyangka raja seperti itu.
Kuntala : Iya benar sekali. Dengan
patihnya sendiri lagi, seorang laki-laki.
Kriti : [SAMBIL BERJALAN
TERBURU-BURU] Kita harus bagaimana, Kuntala? Apa kita harus membicarakannya
dengan Permaisuri?
Kuntala : [BERJALAN CEPAT DAN KELIHATAN
KETAKUTAN] Jangan, Kriti. Aku takut nanti raja marah dan mengusir kita dari
kerajaan ini.
[DI RUANG
KERJA RAJA, RAJA DAN PATIH SELESAI BERCINTA]
Raja : Aku mau pergi,
Agradipah [MENGENAKAN BAJU]
Agradipah : Jangan tinggalkan aku raja, aku
takut [MEMEGANG TANGAN RAJA]
Raja : Tidak ada yang perlu
ditakutkan, Agradipah. Semua akan berjalan seperti biasa. Tidak ada yang akan
menyakitimu. Kamu kan orang kepercayaanku.
Agradipah : Terima kasih raja [TERSENYUM]
[TIBA-TIBA
DATANG DHATRI]
Dhatri : Apa yang baru saja kalian
bicarakan? Katakan padaku!
Kriti : [SALING MENENGOK
DENGAN KUNTALA] Uh, Oh, Ti, Tidak ada Dhatri. Kami hanya bercerita tentang
malam yang indah ini.
Kuntala : Iya, benar. Coba kamu lihat,
malam ini bertaburan bintang. Dan bulannya bersinar terang. Malam ini indah
sekali bukan?
Dhatri : [MELIHAT KRITI DAN KUNTALA
SECARA BERGANTIAN] Oh begitu ya. Tapi saya mencium bau kebohongan dari kalian.
Saya tahu kalian pasti dari ruang kerja raja. Sekarang, katakan apa yang kalian
lakukan disana?
Kuntala : Kami tidak berbohong Dhatri.
Kami hanya kebetulan lewat saja di ruang kerja raja.
Dhatri : Bohong! Kalian pasti
mengetahui sesuatu dari ruang kerja raja. Kalau tidak, mengapa kalian
menyebut-nyebut nama raja tadi? Saya mendengarkannya dengan jelas. [MEMEGANG
BAHU KUNTALA DAN KRITI DENGAN GAYA MENGANCAM] Ayo cepat katakan! Atau akan kulaporkan pada raja.
Kriti : Baiklah. Tapi jangan
bilang siapa-siapa.
[SETELAHNYA
MEREKA BERJALAN BERTIGA SAMBIL BERBICARA SECARA BERBISIK-BISIK]
ADEGAN 4
[KEESOKAN HARINYA DI KAMAR TIDUR, PERMAISURI
DITEMANI TIGA ORANG DAYANG DAN ISHANA (SALAH SATU SELIR RAJA)]
Permaisuri : [MENEGAKKAN PUNGGUNGNYA, MELIHAT KE
KEDUA DAYANG DISAMPINGNYA] Kuntala, Kriti, kalian kok terlihat gusar begitu?
Kalian ada masalah? Mau pulang kampung menjenguk keluarga, atau minta gaji
sebulan ini? Ceritakan saja. Saya tidak akan marah.
Kriti : Uh, tidak ada Permaisuri.
Kami tidak apa-apa [MENGGELENGKAN KEPALA]
Permaisuri : Oh, begitu. Baguslah, kalian tidak
apa-apa [MENYANDAR KEMBALI] Tapi kalau kalian ingin meminta sesuatu katakan
saja. Nanti saya pertimbangkan.
Dhatri :
Mereka melihat ra...
Kuntala : [DENGAN CEPAT MEMOTONG
PEMBICARAAN DHATRI] Kami semalam melihat bulan dan bintang Permaisuri, indah
sekali.
Permaisuri : Kok kalian seperti menyembunyikan
sesuati dari saya. Ceritakan saja. Bukankah aku sudah mengajarkan kalian untuk
selalu terbuka. Terutama kepada saya.
Ishana : Iya. Kok kalian bertingkah
aneh hari ini. Apa yang kalian sembunyikan dari Permaisuri?
Kuntala & Kriti : [MENUNDUK] Kami tidak menyembunyikan sesuatu Permaisuri.
Ishana : Dhatri, kamu tadi mau
mengatakan sesuatu, bukan? Katakan pada Permaisuri apa yang ingin kamu katakan
tadi?
Dhatri : Jadi begini Permaisuri,
semalam mereka berdua melihat raja berhubungan badan dengan patih di ruang
kerjanya.
Ishana : Apa? Kamu jangan
mengada-ngada ya. Tidak mungkin raja berbuat begitu, sama laki-laki lagi. Raja
kan malamnya di kamar, mana mungkin raja di ruang kerjanya.
Dhatri : [MENUNDUK PERTANDA MOHON
AMPUN] Ampun Permaisuri, saya tidak berbohong. Mereka melihat dengan mata
kepala mereka sendiri dan tidak berani mengadukannya kepada Permaisuri.
Ishana : [MENGHADAP KE WAJAH PERMAISURI,
MENUNJUKKAN JARI KE KETIGA DAYANG] Permaisuri, mereka berani sekali
mengada-ngada. Menuduh raja, lagi. Mereka tidak bisa diberi ampun. Usir saja mereka dari kerajaan
ini Permaisuri.
Permaisuri : Kamu tidak harus melakukan apa-apa
Ishana. Mereka tidak bisa dikatakan bersalah. [MENGHADAP KE ARAH KETIGA DAYANG]
Kalian silahkan pergilah. Saya butuh waktu berdua dengan Ishana [KEMUDIAN
MENYANDARKAN PUNGGUNGNYA KE KURSI DAN TERDIAM LAMA]
Ketiga
Dayang : [KOMPAK] Baiklah Permaisuri.
[KETIKA BERJALAN KELUAR KAMAR PERMAISURI,
MEREKA MELAKUKAN PERCAKAPAN DENGAN SUARA SEPERTI BERBISIK-BISIK]
Kriti : Kenapa kamu
mengatakannya kepada Permaisuri, Dhatri? Itu hanya akan menyebabkan Permaisuri
berada dalam kesedihan.
Dhatri : Biar saja. Permaisuri
memang seharusnya mengetahui perbuatan keji suaminya yang brengsek itu.
[BERBICARA DENGAN NADA MENGEJEK] Lagian, siapa suruh raja yang diagung-agungkan
itu menolakku menjadi selirnya. Padahal aku kan juga cantik.
Kuntala : [MENUNJUK KE WAJAH DHATRI]
Jaga ucapanmu Dhatri. Teganya kamu menari-nari di atas penderitaan Permaisuri.
Dan aku baru tahu ternyata kamu mengatakan aib raja hanya karena kamu tidak
dijadikan selir. Tidak baik sifat dengki itu kamu pelihara Dhatri [BERBICARA
DENGAN NADA AGAK KERAS]
Dhatri : [BERBALIK MENGHADAP KEDUA
DAYANG YANG LAIN DAN MENATAP WAJAH MEREKA DENGAN TAJAM] Masa bodoh. Aku tidak
peduli dengan omongan kalian [LALU MELANGKAH CEPAT MENINGGALKAN MEREKA]
[DI KAMARNYA, PERMAISURI MASIH TERDIAM]
Ishana :
[MEMECAH KEHENINGAN] Permaisuri, kenapa kamu tidak melakukan sesuatu?
Permaisuri : [MENUNDUK DAN BERBICARA DENGAN
LEMAS] Tidak ada yang perlu dilakukan Ishana. Apa yang mereka katakan adalah
benar.
Ishana : Tidak mungkin Permaisuri.
Raja tidak mungkin melakukan hal kotor itu. Raja mencintai Permaisuri. Raja
juga sering menceritakan kalau raja dan Permaisuri selalu memiliki malam-malam
yang indah.
Permaisuri : [MENGANGKAT KEPALA] Ishana, kalau
kami melakukan apa yang disebutkannya itu, tidak mungkin sampai hari ini aku
tidak memiliki anak juga. Asal kamu tahu, dia tidak pernah melakukan tugasnya
kepadaku. Setiap kali aku meminta, dia selalu berdalih lelah karena urusan
kerajaan. Dan malam tadi, dia tidur di ruang kerjanya atas permintaanku, dan
apa yang dilihat kedua dayang tadi tidaklah mustahil! [NAFASNYA MENJADI TIDAK
BERATURAN]
Ishana : [KAGET DAN MENUTUP MULUT
SAMBIL BERKATA] Jadi, semua yang
mereka katakan tentang raja itu benar, Permaisuri? Aku tidak menyangka!
[BERDIRI DAN BERJALAN DENGAN CEPAT KELUAR
KAMAR PERMAISURI] Ini pasti gara-gara patih bangsat itu. Aku tidak akan
membiarkannya mengambil raja dari kita.
Permaisuri : Kemana kamu, Ishana? Sabar, jangan
terlalu terbawa emosi. Aku tidak ingin kamu melakukan hal yang bodoh. Biar saja
raja seperti itu.
[TIDAK ADA JAWABAN SETELAH ITU DAN PERMAISURI
HANYA BISA DUDUK TERDIAM DI KURSINYA. DI LUAR, ISHANA BERTEMU DENGAN SELIR YANG
LAIN: Aishwarya, Nisya dan Zanetha]
Nisya : [BERSAMA SELIR YANG LAIN
MENARIK ISHANA KE DINDING] Apa yang terjadi di dalam? Kok tadi kami mendengar
keributan. Dan dayang yang baru saja keluar sepertinya menyebut-nyebut nama
raja.
Aishwarya : Iya, ceritakan kepada kami, Ishana.
Urusan raja dan Permaisuri juga uruan kita.
Ishana : Kita harus melakukan
sesuatu [MEMASANG WAJAH MARAH]
Zanetha : Bicaralah yang jelas kepada
kami apa yang terjadi, Ishana. Kami jadi bingung kalau kamu bicara yang tidak
jelas begini. Apa yang haru kita lakukan? Dan kenapa kita harus melakukannya?
Ishana : Agradipah telah menyebabkan
raja membelok mencintai laki-laki. Asal kalian tahu, ternyata selama ini raja
tidak pernah bercinta dengan wanita. Dan malam tadi, kedua dayang tadi melihat
raja berhubungan badan dengan si bangsat Agradipah itu.
Aishwarya : Oh, jadi begitu. Ini benar-benar
keterlaluan. Agradipah harus kita musnahkan dari bumi Trividhachampa ini. Kita
harus membunuhnya sekarang juga.
Nisya : Setuju. Malam ini kita
harus membunuhnya.
Zanetha : Tunggu, kita harus memikirkan
caranya dulu. Jangan sampai kita gegabah melakukannya. Dan kita juga harus
berhati-hati jangan sampai raja mengetahui rencana kita. Kalau sampai ketahuan,
raja pasti akan marah besar.
Ishana : Aha, aku punya ide!
[MERANGKUL SELIR YANG LAIN MENGAJAK BERUNDING]
[SETELAH
ITU YANG TERDENGAR HANYA BISIK-BISIK SAJA]
ADEGAN 5
[MALAM HARINYA DI KAMAR PATIH AGRADIPAH,
PATIH SEDANG MEMBACA KITAB, DARI ARAH PINTU TERDENGAR SUARA LANGKAH BEBERAPA
PASANG KAKI YANG BEGERAK MASUK]
Agradipah :
Kalian siapa?
Ishana :
Kamu tidak perlu tahu siapa kami.
Aishwarya :
Tidak usah takut. Kami hanya mau mengajakmu bersenang-senang malam ini.
Agradipah :
Apa maksud kalian? Saya tidak mengerti .
Nisya : Sudahlah Agradipah. Ayo
kita bersenang-senang malam ini [MERABA-RABA WAJAH PATIH LALU KE DADA]
Agradipah : Tidak! Saya tidak mau berhubungan
dengan kalian. Sekarang kalian semua pergi dari sini ! [TELUNJUK MENUNJUK KE
PINTU TANDA MENGUSIR]
Zanetha : Loh, pria kok menolak sih
diajak bersenang-senang. Bukannya semua pria menginginkan wanita-wanita cantik
pada malam hari?
Ishana : Atau, kamu mau kami menjadi
laki-laki untuk membuatmu puas?
Aishwarya : Ih, jijik sekali mendengarnya. Tapi
kalau sama seorang raja, dia mau nggak ya?
Agradipah : Apa sebenarnya mau kalian?
Nisya : [BERDIRI DI DEPAN PATIH
DAN MENATAPNYA DENGAN TAJAM] Membunuhmu, patih.
Zanetha : Karena kamu telah merebut raja
dari Permaisuri dan kami.
Ishana : Tentu kami tidak akan
tinggal diam, Agradipah. [MENGEDIPKAN MATA KE SELIR YANG LAIN] Cepat, ikat dia!
[PARA SELIR MENGIKAT KAKI DAN TANGAN PATIH,
KEMUDIAN MELILITKAN KAIN KE LEHERNYA DAN MENARIKNYA. PATIH PUN TIDAK BERGERAK
LAGI]
Aishwarya :
Cepat, sekarang kita bawa jasadnya sebelum raja datang.
Nisya :
Iya, ayo.
[PARA SELIR MEMBAWA JASAD AGRADIPAH KELUAR
RUANGAN]
ADEGAN
6
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR, PERMAISURI DIBAWA
OLEH ISHANA AISHWARYA MASUK]
Ishana :
Yee, yang ditunggu sudah datang.
Nisya :
Pesta dimulai! [BERDIRI DAN MENYILAKAN PERMAISURI DUDUK DI KURSI]
Zanetha :
[MENYODORKAN MINUMAN KEPADA PERMAISURI] Ini minuman untuk Permaisuri.
Aishwarya :
Bersulang! [BERSAMA SELIR YANG LAIN MENGANGKAT GELAS MINUMAN]
Permaisuri : Tunggu! Ada yang bisa menjelaskan
kepadaku dalam rangka apa ini? Aku harus tahu, kenapa kalian tiba-tiba
mengadakan pesta kecil-kecilan begini?
[DI LUAR KAMAR RAJA LEWAT, DAN TIDAK SENGAJA
MENDENGAR KERIUHAN DI DALAM]
Raja : [BERTANYA-TANYA DALAM
HATI] Para selirku sedang mengapa di dalam? Kok mereka gembira sekali
kedengarannya. Perasaanku jadi tidak enak. Apa aku masuk saja ya? Ah, tidak,
mereka pasti akan curiga padaku. Lebih baik aku dengarkan dari sini saja.
[DI DALAM
KAMAR PARA SELIR]
Ishana : Ini untuk merayakan
kesuksesan kita Permaisuri.
Nisya : Benar sekali, kita sudah
berhasil menyingkirkan patih hengkang dari kerajaan ini, bahkan dari bumi ini.
Hahaha [TERTAWA PENUH KEMENANGAN]
[SELIR YANG LAIN IKUT TERTAWA, SEMENTARA DI
BALIK DINDING RUANGAN ITU RAJA MENDENGARKAN PEMBICARAAN MEREKA LUMAYAN JELAS]
Raja : [BERKATA DALAM HATI] Apa?
Mereka telah membunuh patihku? Kurang ajar. Mereka harus menerima balasan dari
perbuatan mereka. Aku harus memerintahkan prajuritku membunuh mereka semua. Ah,
tidak. Cara itu terlalu biasa. Aku harus membunuhnya dengan caraku sendiri. Oh
iya, aku mengerti. Sekarang aku ke ruang kerjaku dulu saja [PERGI
MENINGGALKAN KAMAR PARA SELIR, LALU TIDAK SENGAJA BERTABRAKAN DENGAN DUA
PELAYAN YANG MEMBAWA MAKANAN]
Pelayan 1 : [MENUNDUK DAN MEMOHON AMPUN]
Ampunkan kami raja. Kami tidak sengaja.
Raja : Ssst... Jangan bicara
terlalu keras. Aku tidak ingin merusak pesta permaisuri dan selir.
Pelayan2 : Baiklah raja. Apakah kami sudah
boleh pergi raja? Permaisuri sudah menunggu makanan dan kami harus mengambilkan
yang baru.
Raja : Tunggu, kalian harus
berjanji untuk tidak mengatakan bahwa aku di sini.
Pelayan
1&2 : Baiklah raja.
Raja : Baik, sekarang kalian
boleh pergi.
[DI DALAM
KAMAR PARA SELIR]
Permaisuri : [MELETAKKAN KEMBALI GELASNYA] Jadi,
kalian telah membunuh patih? Kenapa kalian sampai berbuat seperti itu? Patih
itu kan sangat dibutuhkan di kerajaan kita.
Ishana : Sudahlah Permaisuri. Orang
yang telah berbuat kotor memang harus dibunuh. Itu juga tertulis dalam kitab
Saptakrityadosha (tujuh perbuatan dosa). Jadi, kita tidak salah Permaisuri.
Lagipula, kami kan berada di pihakmu. Sekarang kita rayakan saja keberhasilan
kita ini [MENYODORKAN KEMBALI GELAS MINUMAN KEPADA PERMAISURI]
ADEGAN 7
[SUATU
MALAM YANG INDAH DI RUANG KERJA RAJA]
Permaisuri : Pesta untuk apa ini gerangan,
Nararya?
Raja : Sudahlah, tidak usah
tanya untuk apa. Yang jelas, ini pesta yang khusus aku buat untukmu Permaisuri
dan slir-selirku. Aku rasa sudah lama kita tidak membuat pesta kecil-kecilan
seperti ini. Aku terlalu sibuk denga
pekerjaanku. Sekali-kali aku harus menghabiskan waktu bersama kalian.
Zanetha : Apakah Ibu Suri tidak diajak
raja?
Raja : Tidak, ini khusus untuk
kita saja. Ibu Suri akan aku ajak dalam pesta yang lain lagi nanti. Yang jelas,
kita bisa menghabiskan waktu bersama malam ini.
[SELANG BEBERAPA LAMA, DATANGLAH DUA ORANG
PELAYAN MENGANTARKAN BEBERAPA GELAS MINUMAN]
Pelayan1 :
Ini minumannya raja [MENGHADAP RAJA]
Raja :
Silahkan bagikan kepada Permaisuri dan yang lainnya.
Pelayan2 : Dan ini STMJ (susu telur madu
jahe) khusus yang raja minta [MENYODORKAN SEGELAS PENUH STMJ].
Pelayan1 : Kalau butuh minuman tambahan,
akan kami ambilkan di dapur, raja. Atau kalau ingin makanan juga, kami akan
buatkan.
Raja : Tidak. Tugas kalian
sudah selesai. Kalian boleh kembali
sekarang.
Pelayan2: : Baiklah, kalau tidak ada lagi, kami
kembali ke dapur, raja.
Nisya :
Kok raja tidak minum seperti kita?
Aishwarya :
Iya. Raja kok minum STMJ?
Zanetha : Oh, itu aku tahu. Pasti supaya
vitalitas raja jadi kuat dan tahan lama, iya kan raja? hehehe [TERSENYUM GENIT]
Raja : Ya, kamu pintar sekali
Zanetha. Ini memang minuman untuk kejantanan pria.
Ishana : Memang raja mau “berpesta”
dengan Permaisuri malam ini?
Raja : Lantas, untuk apa lagi.
Itu kan sudah tanggung jawabku.
[PERMAISURI DAN SEMUA SELIR SONTAK KAGET,
TERDIAM DAN SALING MELIRIK SATU SAMA LAIN]
Nisya :
[MEMECAH SUASANA] Wah, raja memang lelaki sejati. Kami bangga jadi selir raja.
Permaisuri : [MEMPERHATIKAN RAJA DALAM-DALAM DAN
MENGAMBIL MINUMAN] Sudahlah. Jangan banyak bicara. Sekarang minum saja apa yang sudah disiapkan
raja. Ayo kita bersulang dulu.
Semuanya : Bersulang!
[KETIKA SEMUA ORANG AKAN MULAI MINUM,
TIBA-TIBA GELAS PERMAISURI TERJATUH]
Para Selir :
[BANGKIT DARI TEMPAT DUDUKNYA] Permaisuri, hati-hati!
Permaisuri :
Aku tidak apa-apa.
Raja :
Ya sudah. Biar saya buatkan lagi minuman untukmu.
Permaisuri : Tidak usah. Aku sedang tidak enak
badan saja hari ini. Maaf, mungkin aku duduk di sini saja. Kalian lanjutlah
minum.
Raja : [BERDIRI DAN BERGEGAS
KE DAPUR] Saya ambilkan lagi untukmu, Larasati. Yang lain tunggu, jangan minum
dulu.
[BEBERAPA SAAT KEMUDIAN RAJA KEMBALI KE
RUANGAN, DAN MELIHAT PARA SELIRNYA SUDAH JATUH TAK BERGERAK LAGI DI ATAS KURSI]
Raja :
[BERDIRI DI DEPAN PINTU] Jadi, kamu sudah mengetahui semuanya, Larasati?
Permaisuri :
Raja busuk yang membunuh para selirnya sendiri. Sekarang kamu mau apa?
Raja :
Berarti kamu juga sudah tahu bahwa aku begitu mencintai patihku.
Permaisuri :
Tentu sa...
Raja : [MEMOTONG KALIMAT PERMAISURI] Tidak usah kamu jawab. Aku sudah mengetahui semuanya. Untuk apa aku
punya banyak prajurit kalau untuk
memata-matai permaisuriku sendiri saja tidak bisa. Setelah kau merayakan
keberhasilanmu bersama para selir membunuh Agradipah, aku langsung menyuruh
orang untuk mencari tahu penyebab kamu membunuh dia. Dan tiga dayang tolol itu
sudah menemui ajalnya.
Permaisuri : [MENUNJUK KE ATAS] Demi langit dan
bumi, Nararya. Tidak pernah ada
niat untuk melakukan hal seburuk itu pada patihmu. Karena
aku tahu kamu begitu mencintainya dan membutuhkannya dalam mengurus kerajaan.
Hanya saja selir-selir yang kecewa padamu
berencana melakukannya [MENUNJUK PARA SELIR]. Dan itu
wajar mereka lakukan, Nararya. Siapa yang tidak sakit hati jika selama
bertahun-tahun didustai. Semestinya kamu tahu itu, Nararya. Lantas, dosa apa lagi yang akan kau lakukan?
Raja : Persetan dengan semua
ucapanmu itu, Larasati. Nyawa Agradipah harus dibayar dengan nyawa orang yang
membunuhnya, yaitu kau! [MEMPERERAT CEKIKANNYA]
Permaisuri : [BERBICARA TERPOTONG-POTONG] Ternyata
hatimu sudah dibutakan oleh cinta
yang terlarang itu, Nararya. Kau harus tahu, aku mencintaimu apa adanya.
Raja : Dasar kau....[MENCEKIK
DENGAN SEKUAT TENAGA, LALU TIBA-TIBA] Aaa...perutku...[TERIAK KESAKITAN, MELIHAT
DARAH MENYEMBUR, DAN MELIHAT KE BELAKANG] Ibunda? Kenapa kau melakukan semua
ini?
Permaisuri : [MEMELUK NARARYA DAN TERIAK] Ibu! Apa yang telah kau perbuat?! [MENENGADAH KE IBU SURI]
Ibu Suri : [BERLUTUT DI SEBELAH TUBUH
RAJA, MENGELUS PIPI RAJA DAN MENANGIS] Maafkan aku, anakku. Aku terpaksa
melakukan ini. Aku hanya tidak ingin lebih
banyak orang yang tersakiti olehmu karena kau dustai.
Raja : [MEMEGANG TANGAN IBU
SURI DAN PERMAISURI] Maafkan aku. Aku sudah mengecewakan banyak orang, terutama
kalian berdua [MEMANDANG KE ARAH WAJAH PERMAISURI] Aku yang egois selama ini. Maafkan aku. [MERINTIH
KESAKITAN, KEMUDIAN MEMEJAMKAN MATA DAN TIDAK BERGERAK LAGI]
[YANG
TERDENGAR KEMUDIAN HANYA RIAK TANGIS IBU SURI DAN PERMAISURI RAJA]
This play I have written in my second semester in UI. This is my last project for the subject "Pengantar Kesusastraan Belanda" (Introduction to Dutch Literature). The theme is unique because we combined the sosial aspect in the Netherlands (homosexuality) with Javanese culture (you can see it by the setting and the names of characters in the story).
No comments:
Post a Comment