Sunday, December 20, 2015

Gedicht voor Jaap Grave

Hi guys, today I wanna share a dutch poem. I made the poem for my gastdocent (guest lecturer), Jaap Grave. He has taught us Dutch and Literature these 3 months and yesterday was the last day he's here. So, I made this poem as a farewell word from me. The poem is not really good and literal because my Dutch is still bad, one and a half year Dutch student.
Hallo iedereen, vandaag wil ik mijn gedicht delen, die ik pas 3 dagen geleden heb gemaakt. Dat gedicht maakte ik voor mijn gastdocent, Jaap Grave. Hij heeft ons Nederlands en Literatuur gedoceerd sinds 3 maanden geleden. En gisteren was de laatste dag van hem hier. Zo, ik maakte dit gedicht als vaarwel woord van mij. Het gedicht is wel niet goed en dichterlijk, want mijn Nederlands is nog slecht, onderhalve jaar student.

Jaapse Decembervaarwel

Doei-doei, onze lieve leraar
Na deze dag, ben je niet meer hier
Na dagen en maanden van ons
Nu is het af, de tijd van ons

Lebewohl, onze blanke leraar
Jouw diensten, gaan we nooit vergeten
Jouw adviezen, gaan we nooit vergeten
De geest van jou is bewaard gebleven
In onze harten

Au revoir, onze lange leraar
Alleen voor jou is dit gedicht geschreven
Als een teken van vaarwel
Heb ik dit geschreven met vallende tranen

Goodbye, onze slimme leraar
Alle memoires van jou, voelen we altijd
Gezellige momenten in de klas
Leren in de klas tot de tijd weggaat

Selamat tinggal, onze aardige leraar
Dank je voor alles die je hebt gegeven
Aan ons
Deze wuivende handen
En lopende tranen
Willen maar even zeggen"
"Vaarwel, onze liefde leraar"

notitie/note : doei-doei (Dutch), lebewohl (German), au revoir (French), selamat tinggal (Indonesian) = goodbye !

Serangkai kata bijak

Hi guys, ini gue mau share hasil keisengan gue merangkai kata-kata bijak yang gue temuin. Lumayan juga ternyata, silahkan baca :) !
Hidup tak selalu seperti apa yang kita inginkan
Karena Tuhan menciptakan apa yang kita butuhkan
Bukan apa yang kita inginkan
Selalu ada masalah
Namun masalah membawa pengalaman
Pengalaman membawa kebijaksanaan
Akan lebih banyak yang didapat
Jika kita melalui suatu jalan
Daripada jika kita mempelajari peta
Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah
Hanya akan menambah beban
Ketika satu pintu kebahagiaan ditutup
Pintu kebahagiaan yang lain dibuka
Seringkali kita terpaku pada satu pintu yang ditutup
Tak menghiraukan pintu lain yang terbuka lebar
Belajarlah bersyukur terhadap hal-hal baik
Belajarlah menjadi kuat dari hal-hal buruk
Ini tidak hanya mengenai bagaimana kita berkata kita bisa
Tetapi bagaimana kita menunjukkan kita bisa
Kita sewaktu lahir menangis dan orang lain tersenyum
Jalanilah hidup sehingga sewaktu kita mati tersenyum dan orang lain menangis

Friday, December 18, 2015

Belanda dan Perang Suksesi Austria (Habsburg)


Hallo iedereen. Hoe gaat het met jullie (Hello everybody, how are you?). Gue mau share lagi nih mumpung lagi moody. Semester 2 lalu gue mengambil mata kuliah "Sejarah Sosial Budaya Belanda". Tugas akhirnya adalah membuat makalah, maklumlah anak kuliah nggak bisa lepas dari yang satu ini. Dan tema yang gue ambil adalah Keterlibatan Belanda pada Perang Suksesi Austria (Habsburg). Berikut gue share pembahasannya saja dari makalah gue. Silahkan membaca bagi yang tertarik.

A. Masa Sebelum Terjadinya Perang Suksesi Austria
Pada tahun 1700, pewaris utama kekaisaran Habsburg telah habis dengan meninggalnya Karel II dari Spanyol. Hal ini menyebabkan terjadinya Spaanse Successie Oorlog[1]. Lodewijk XIV dari Perancis mengklaim gelar raja Spanyol untuk anaknya Fillips, sementara Leopold I mengklaim tahta raja itu untuk anaknya Karel. Pada tahun 1703, Karel dan Jozef, anak Leopold I menandatangani Pakta Suksesi Mutual, yang menjamin hak suksesi kepada anak-anak perempuan mereka jika benar-benar tidak ada penerus laki-laki. Yang diutamakan dalam memilih pengganti perempuan adalah anak Jozef karena ia lebih tua.
Pada tahun 1705, Leopold I meninggal dan digantikan oleh anak laki-laki tertuanya Jozef I. Enam tahun kemudian, Jozef I meninggal dan meninggalkan dua anak perempuan, yaitu Maria Jozefa dan Maria Amalia. Karel kemudian menggantikan Jozef I dengan gelar Karel VI[2] dan, berdasarkan Pakta Suksesi Mutual, Maria Jozefa menjadi pewaris yang dikira berhak. Tetapi, Karel kemudian menyatakan keinginan untuk mengamandemen pakta sebelumnya agar anak perempuannya bisa menjadi pewaris kekuasaannya, menggantikan keponakannya. Pada tanggal 19 April 1713, kaisar tersebut mengumumkan perubahan-perubahan pada saat rapat dewan.
Selama 10 tahun Karel VI, dengan bantuan penasehatnya Johan Christoph von Bartenstein, berusaha membujuk Majelis Eropa untuk menerima Sanksi Pragmatisnya. Negara yang tidak setuju hanya Saxon dan Bavaria karena mereka khawatir akan hak keturunan mereka. Untuk itu, pemimpin Saxon, Frederik Agustus, dinikahkan dengan Maria Jozefa van Oostenrijk dan pemimpin Bavaria, Karel Albert, dinikahkan dengan Maria Amalia van Oostenrijk. Kedua perempuan ini adalah anak dari saudara laki-laki Karel, Jozef I.
Selain itu, agar Sanksi Pragmatis mendapat persetujuan, kepada Perancis diberikan daerah Lotharingen pada saat Perjanjian Vienna tahun 1738. Dalam Perjanjian Vienna tahun 1738, pengakuan dari Spanyol juga didapatkan. Inggris mengakui Sanksi Pragmatis dengan imbalan diberhentikannya operasi perusahaan Ostend. Sementara itu, Frederik I van Pruisen menunjukkan kesetiaannya kepada Karel VI. Karel VI juga membuat kesepakatan dengan Rusia dan Saxon yang membawa dua perang: Perang Suksesi Polandia melawan Perancis dan Spanyol, yang memberinya Napel dan Sisilia, dan Perang Austro-Rusia-Turki yang memberinya wilayah Wallachia Kecil dan Serbia bagian utara, termasuk Benteng Belgrade.
Akhirnya, semua wilayah dalam Eropa yang terdiri dari Saxon, Bavaria, Spanyol, Rusia, Prusia, Hannover-Inggris, Perancis, Inggris serta beberapa negara lainnya menyetujui diberlakukannya Sanksi Pragmatis[3]

B. Awal Munculnya Perang Suksesi Austria
Pada tanggal 20 Oktober 1740, Karel VI meninggal dunia dan posisinya sebagai kaisar Habsburg digantikan oleh anak perempuan pertamanya yaitu Maria Theresia van Oostenrijk[4]. Sedangkan kedudukannya sebagai Kaisar Romawi Suci digantikan oleh Karel Albert van Beieren, seorang pemimpin dari Bavaria dan menantu dari saudara laki-lakinya Jozef I, pada tanggal 12 Februari 1742 dengan gelar Karel VII. Hal ini dimungkinkan karena tahta Kaisar Romawi Suci tidak dipergilirkan lewat keturunan, melainkan pemilihan. Anak perempuan Karel VI yang satu lagi, Maria Anna van Oostenrijk, diangkat menjadi gubernur di Belanda Austria (Belgia sekarang) menggantikan bibinya Maria Elisabeth van Oostenrijk yang meninggal dunia pada tahun 1741.
Setelah kematian Karel VI ini, banyak masalah yang dihadapi Maria Theresia selama masa pemerintahannya. Hal ini karena banyaknya negara-negara yang awalnya setuju dengan Sanksi Pragmatis 1713 kemudian melanggarnya untuk membagi-bagi kekuasaan Maria Theresia yang diwarisi dari ayahnya Karel VI meliputi Austria, Hungaria, Belanda Austria, Kroasia, Milan, Mantua, Parma, Lodomeria dan Galicia. Melalui pernikahannya Maria Theresia juga menjadi penguasa di Lorraine dan Tuscany serta menjadi isteri Kaisar Romawi Suci, Francis I. Negara-negara yang melanggar Sanksi Pragmatis tersebut adalah Perancis, Prusia, Saxon dan Bavaria.
Orang yang paling menentang Sanksi Pragmatis 1713 sekaligus menentang Maria Theresia adalah Karel Albert van Beieren. Karel Albert mengklaim haknya dalam tahta kaisar Habsburg dengan memanfaatkan posisinya sebagai alasan, yaitu posisinya sebagai menantu laki-laki dari Jozef I. Tidak hanya itu, Karel Albert juga menuntut kekuasaan melalui posisinya sebagai keturunan laki-laki terdekat dari Ferdinand I. Ternyata, penentangan yang dilakukan Karel Albert mendapat dukungan tak terduga dari penguasa Prusia, Frederik II.
Frederik II van Pruisen menentang Sanksi Pragmatis karena ingin melakukan ekspansi wilayah setelah menggantikan ayahnya Frederik Willem I. Dengan menjaga kecurigaan dari pihak Vienna, Frederick II menyerang dan menguasai Silesia pada Desember 1740[5]. Tindakan Frederik II ini membantu ambisi Karel Albert untuk mendapatkan wilayah kekuasaan Habsburg. Akhirnya Karel Albert mendapatkan gelar raja di Bohemia. Tindakan Frederik II ini mengawali terjadinya serangkaian perang dalam Perang Suksesi Austria.

C. Masa Perang Suksesi Austria dan Peran Nederlanden di Dalamnya
Sebagai tanggapan dari perampasan Silesia oleh Frederik II, Maria Theresia meminta penjamin Sanksi Pragmatis untuk mengambil tindakan. Namun Maria Theresia tidak mendapatkan respon dari penjamin tersebut. Sementara itu, permusuhan tersembunyi muncul dari Spanyol, Perancis dan Sardinia. Inggris yang sudah berperang dengan Spanyol sejak 1738 dan juga takut akan intervensi dari Perancis meminta Maria Theresia melakukan diplomasi. Untuk Republik Belanda, ketakutan terbesar dalam kondisi itu adalah jika ikut terlibat ke dalam peperangan. Jadi, saat itu Republik Belanda menjaga netralitasnya.
Untuk menjaga netralitasnya, Republik Belanda menambahkan 11.000 tentara ke dalam angkatan daratnya. Kemudian penambahan kembali sebesar 20.000 tentara dilakukan karena kekhawatiran terhadap serangan dari Belanda Austria. Benteng dan pasukan pertahanan di kota-kota utama diperkuat dan angkatan laut juga ditambah. Akan tetapi, dalam pemerintah negara, Republik Belanda masih ragu-ragu. Partai republik, yang memegang kendali kekuatan, pada dasarnya memilih untuk tetap menjaga perdamaian, namun juga takut akan kekuatan Perancis. Di pihak lain, oposisi Oranje menginginkan bergabung dengan Inggris yang disokong oleh Maria Theresia. Namun demikian, stadhouder tidak menentukan sikap dalam hal ini. Republik Belanda juga tidak mendapat desakan yang kuat dari Inggris, dimana Walpole masih giat dalam kebijakan pasifik.
Pada bulan Mei 1741 di Nymphenburg, Perancis mengumumkan pembentukan persekutuan bersama dengan Spanyol, Sardinia, Polandia, Prusia, Saxon dan Bavaria[6]. Persekutuan ini dibuat untuk menumbangkan kekuasaan Maria Theresia agar kemudian membagi-bagikan wilayah kekuasaannya. Pasukan darat Franco-Beieren masuk beberapa mil ke dalam kota Vienna, dan melampaui Bohemia. Karel Albert kemudian diangkat menjadi Raja Bohemia, dan pada Januari 1742 juga terpilih menjadi Kaisar Romawi Suci dengan gelar Karel VII.
Sebelum pemilihan ini, sebenarnya mediasi yang dilakukan Inggris telah berhasil menghasilkan konvensi Klein-Schnellendorf untuk meredakan permusuhan antara Austria dan Prusia. Hal ini memberikan hak atas Silesia kepada Prusia. Namun, memungkinkan Maria Theresia dengan bantuan Inggris dan Republik Belanda, tidak hanya untuk membersihkan Bohemia dari penyerangnya, namun juga menaklukkan Bavaria. Sehingga pada saat memegang kekuasaan sebagai kaisar, ibu kota daerah kekuasaan Karel Albert di Bavaria diduduki oleh musuhnya sendiri.
Pada Februari 1742, pemerintahan Walpole berakhir, dan kamudian dikuasai oleh partai yang menginginkan perang. George II van Groot-Britannië, raja Inggris, mengkhawatirkan keamanan daerah kekuasaannya di Hannover; Lord Stair dikirim ke Den Haag untuk mendesak Republik Belanda agar mau bergabung ke pihak Maria Theresia. Ambasador Perancis di Den Haag juga menawarkan Republik Belanda janji-janji yang mengandung resiko tersendiri, sehingga para direktur pemerintah Republik Belanda, yang terbagi kepada memilih kewajiban yang diberikan Inggris kepada mereka dan ketakutan pada kekuatan militer Perancis, berusaha keras menjaga netralitas sebisa mungkin[7]. Pada bulan Mei 1742, Inggris mendaratkan pasukan 16.000 orang di Ostend untuk memperkuat pasukan pertahanan di benteng-benteng pertahanan utama. Operasi yang dilakukan Inggris ini sangat membantu Maria Theresia menjaga kekuasaannya, terutama perdamaian dengan Prusia dengan melepaskan Silesia. Perjanjian antara Austria dengan Prusia ini ditandatangani di Berlin pada tanggal 28 Juli 1742. Permusuhan dengan Perancis masih terus berlanjut. Meskipun Kekuatan Maritim (Inggris dan Belanda) membantu Austria, namun tidak satupun di antara keduanya terlibat perang dengan Perancis secara resmi hingga akhir tahun 1742.
Kepercayaan Austria terhadap Kekuatan Maritim tidak berlangsung lama. Austria tidak lama setelah itu juga mengkhawatirkan pasukan Inggris di Belanda, yang telah diperkuat dengan sebutan Pragmatic Army, jika meluas penyerangan ke Bavaria dan bergabung dengan kekuatan imperium. Oleh karena itu, pasukan yang dipimpin ole raja George II sendiri, meluaskan penyerangan ke Dettingen. Disini raja diserang oleh pasukan Perancis, namun kemudian diselamatkan oleh pasukannya yang menyerang musuh serta memukul mundur musuh secara total pada tanggal 27 Juni 1743. Sebelumnya Staten-Generaal telah menerima tanggung jawabnya bergabung dengan pihak Maria Theresia. Dan berdasarkan suara terbanyak di Belanda, diputuskan bahwa Belanda akan bergabung dengan Pragmatic Army dengan mengirim 20.000 pasukan di bawah komando Maurits van Nassau-Ouwerkerk.
Keadaan dimana Kekuatan Maritim (Inggris dan Belanda) tidak berperang secara resmi dengan Perancis berakhir ketika pada musim semi 1744 raja Perancis bersama dengan Spanyol mengumumkan perang dengan Inggris. Salah satu proyek perang dipersiapkan di Versailles untuk dikirim dalam ekspedisi menginvasi Inggris. Ketika kabar ini sampai ke Inggris, Inggris kemudian meminta bantuan angkatan laut dari Belanda, sesuai perjanjian yang telah dibuat sebelumnya. Namun dari 20 kapal yang diminta, hanya 8 yang dalam kondisi baik untuk berlayar. Untungnya sebuah badai membubarkan pasukan Perancis sehingga tidak butuh pasukan tambahan dari Belanda.
Kabar bahwa Perancis melalui Marshal Maurits de Saxe akan menginvasi Belanda Austria dengan angkatan darat sebesar 80.000 orang sampai di Belanda dan menjadi ketakutan tersendiri. Memori tahun 1672 menjadi teror bagi Belanda. Akhirnya netralitasnya tidak dapat lagi dipertahankan. Ditambah lagi De Fenelon, ambasador Perancis yang telah bertugas selama 19 tahun di Belanda menarik diri pada tanggal 26 April 1744 untuk memimpin pasukan penginvasi. Belanda pun melakukan usaha dengan mengirim delegasi, yaitu Wassenaer-Twickle ke Paris untuk berunding. Namun raja telah bersama pasukannya di sebuah camp yang terletak antara Lille dan Tournay dan langkah Maurits Saxe pun tidak dapat dihentikan. Akhirnya banyak benteng-benteng utama jatuh satu per satu. Semua bagian barat Flandria dikuasai Perancis. Pasukan sekutu Inggris-Belanda yang berkumpul di Oudenarde semakin lemah untuk bertahan. Secara berangsur-angsur bantuan didatangkan namun Pragmatic Army tetap tidak aktif dan hanya selamat dari serangan invasi Alsace dengan bantuan dari para imperialis. Akhirnya, Flandria, Menin, Courtrai, Ypres, Knocke dan daerah-daerah lainnya beralih ke tangan Perancis[8].
Selama ini Belanda masih bisa menjaga keadaan tidak berperang dengan Perancis. Namun pada tahun 1745 tekanan keadaan menjadi semakin kuat bahkan untuk Van der Heim dan politisi lainnya, juga bagi Aliansi Quadruple antara Inggris, Austria, Republik Belanda dan Saxon untuk menjaga Sanksi Pragmatis. Perkara ini dipersulit oleh deklarasi perang antara Perancis dan Belanda pada bulan Maret 1745. Sementara itu, posisi Austria semakin membaik. Karel Albert meninggal dunia pada 20 Januari 1745, dan penggantinya Maximiliaan III Jozef, membuat perdamaian dengan Maria Theresia untuk mengembalikan kekuasaannya. Maximiliaan III Jozef menarik kembali semua klaim Bavaria atas kekuasaan Austria. Di sisi lain, pemerintahan di Flandria menjadi semakin buruk dengan diserahkannya tentara aliansi kepada Hertog van Cumberland yang kurang bisa mengatasi Maurits de Saxe. Selain itu, kekuasaan atas kontingen Belanda diberikan kepada Pangeran Waldeck.
Provinsi Friesland, Groningen, Overijssel dan Gelderland telah berulang-ulang mendesak bahwa posisi dalam tentara harus diberikan kepada Pangeran Oranje. Staten-Generaal pada tahun 1742 telah menawarkan untuk memberi jabatan letnan jenderal dalam angkatan darat, tetapi Holland dan Zeeland menolaknya. Gerakan tahun 1745 sangat berbahaya. Pertempuran Fontenoy pada 11 Mei berakhir dengan kemenangan Marshal Saxe atas kekuatan aliansi. Kemenangan ini terus berlanjut. Kebangkitan Jacobite di bawah Karel Edward telah memulangkan tidak hanya sebagian besar kekuatan ekspedisi Inggris, tetapi juga 6.000 orang Belanda yang termasuk ke dalam perjanjian antara Inggris dengan Belanda. Sebelum tahun 1745 berakhir, Marshal Saxe telah menguasai Tournay, Brugges, Ghent, Oudenarde, Dendermonde, Ostend, Nieuport, dan Ath, dan setelah melakukan pertahanan yang lama dan pantang menyerah, akhirnya Brussels sendiri terpaksa menyerah pada tanggal 19 Februari 1746[9].
Van der Heim dalam rapat tertutup republik mengenai hubungan luar negeri, dikarenakan kekhawatiran jika angkatan darat Perancis memasuki batas Belanda, memutuskan untuk mengirim delegasi Hertog de Larrey dalam misi rahasia ke Paris pada bulan November 1745. Tujuan dikirimnya delegasi ini adalah untuk menegosiasikan perdamaian dengan Perancis. Namun De Larrey tidak berhasil bernegosiasi. Pada bulan Februari 1746, utusan lain dikirim yaitu Wassenaer dan Jacob Gilles. Menteri Perancis, D’Argenson, tidak sungkan-sungkan mengadakan perundingan dengan mereka, namun perundingan ini tidak memperhatikan peningkatan permusuhan. Angkatan darat sebesar 120.000 orang di bawah komando Marshal Saxe tidak dapat ditahan selama berbulan-bulan. Akhirnya Antwerp, Louvain, Mechlin, Mons, Cherleroi, Huy, dan akhirnya pada 21 September 1746 Namur mengalah pada Perancis[10]. Sebuah pertarungan sengit yang lain juga terjadi dengan kemenangan masih di tangan Perancis. Dalam perang ini Liege diambil dan Perancis menjadi pemimpin Belgia.
Keberhasilan-keberhasilan Perancis membuat para direktur di Den Haag semakin khawatir membuat perdamaian. D’Argenson telah enggan untuk merealisasikan invasi ke teritori Belanda. Ia juga sudah membuat kesepakatan bersama Wassenaer dan Gilles, begitu juga  Van der Heim dengan Abbe de la Ville di Den Haag, bahwa kongres harus diadakan pada bulan Agustus di Breda, dimana Inggris boleh ikut serta. Namun sebelum kongres, Van der Heim meninggal dunia pada 15 Agustus dan digantikan oleh Jacob Gilles. Kongres yang diadakan memberikan progress yang sedikit. Banyak provinsi yang mengecewakan keputusan kongres yang memberikan kerugian dan penghinaan pada Belanda dalam perdamaian. Dalam keputusan itu pihak yang menang adalah Paris; Louis XV memecat D’Argenson; dan perang nantinya akan dibawa ke dalam teritori Belanda.
Menyadari resiko ancaman dari sikap Perancis, maka Aliansi Quadruple mengumpulkan kekuatan sebesar 90.000 orang, yang lebih dari setengahnya merupakan orang Austria. Tetapi pemimpin pasukan yang ditunjuk adalah Hertog van Cumberland, bukannya Karel van Lotharingen. Marshal Saxe mengirim Hertog Loewenthal dengan 20.000 pasukan untuk masuk ke Flandria Belanda. Kemenangan pun diperoleh oleh Marshal dengan tunduknya Sluis, Cadsand dan Axel tanpa oposisi. Hanya pada saat kedatangan skuadron Inggris di Scheldt Zeeland terselamatkan dari invasi.
Berita tentang kejadian tersebut menjadi kegemparan yang luar biasa. Kelahan demi kekalahan menyebabkan dendam terhadap kelemahan pemerintahan Stadhouderloos (tanpa stadhouder) semakin bertambah besar. Gerakan untuk perubahan di tahun 1747 terjadi seperti di tahun 1672, secara tiba-tiba dan komplit. Semua mata langsung tertuju pada Pangeran Oranje sebagai penyelamat negara. Perpindahan mulai terjadi pada 25 April 1747 di Verre dan Middelburg di Pulau Walcheren. Tiga hari kemudian dewan provinsi disana memproklamasikan pangeran stadhouder dan kapten admiral jenderal Zeeland. Holland, provinsi tempat berakarnya pemerintahan stadhouderloos, meniru apa yang dilakukan oleh Zeeland pada 3 Mei 1747; Utrecht melakukan hal yang sama pada 5 Mei 1747; dan Overijssel mengikutinya pada 10 Mari 1747. Staten-Generaal menunjuk Willem menjadi kapten admiral jenderal negara. Willem mewarisi kedaulatan dan otoritas yang telah diciptakan oleh Frederik Henry dan Willem III. Kegembiraan Belanda tercipta ketika Willem mengunjungi Amsterdam, Den Haag, dan Middelburg, untuk mempersiapkan tugas yang berat yang sedang diampunya.
Salah satu perubahan pertama yang dilakukan sebagai hasil dari perubahan pemerintahan adalah penutupan Kongres Breda. Karena kongres ini tidak memberikan peningkatan sama sekali dalam militer Belanda. Angkatan darat aliansi di bawah pimpinan Cumberland dan Waldeck, yang ditujukan untuk mencegah Marshal de Saxe mengepung Maastricht, diserang di Lauffeldt pada tanggal 2 Juli 1747. Penyerangan ini dilawan dengan sangat mendesak, hal yang diinginkan oleh aliansi. Perancis mendapat kesempatan untuk mengklaim meskipun dengan peluang kemenangan yang meragukan. Perancis memberi izin kepada Marshal Saxe untuk mengirim pasukan dibawah komando Loewenthal untuk mengepung benteng Bergen-op-Zoom. Ini membawa pertempuran pada 16 September 1747 yang menyebabkan Brabant Belanda jatuh ke tangan musuh[11].

D Akhir Perang Suksesi Austria dan Dampaknya bagi Nederlanden
Peraturan pengangkatan regen seperti sebelumnya ditentang oleh banyak orang karena telah membawa banyak bencana bagi Belanda. Untuk itu, disuarakan dengan keras bahwa pangeran Oranje harus diberi kekuasaan lebih, yaitu sebagai “tuan agung” negara. Dalam pandangan ini, provinsi Holland mengatur di provinsinya bahwa pergiliran stadhouder dan kapten admiral jenderal didasarkan pada keturunan, dan berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Sistem ini diberlakukan juga oleh provinsi-provinsi lainnya. Staten-Generaal juga melakukan hal yang sama pada jabatan kapten admiral jenderal negara. Jika terjadi kasus penerus perempuan masih kecil, maka digantikan oleh ibunya menjadi regen. Dalam suksesi perempuan, penerus perempuannya harus menikah dengan orang yang diijinkan oleh Staten-Generaal, dengan syarat suaminya tidak boleh seorang raja atau penguasa dan harus beragama protestan.
Berbagai pertimbangan telah diambil Belanda untuk mencegah kerugian pemerintah dan melakukan pengalihan berbagai macam pajak. Untuk itu, sistem kepemilikan juragan yang menghasilkan keuntungan besar ditawarkan kepada pangeran. Tetapi selama menjalankan ini, pangeran Willem menggunakan semua profit untuk keperluan negara, meskipun ini tidak terlalu diperlukan. Willem tidak menginginkan perdamaian dan mengirim Hertog Bentinck ke Inggris untuk mendesak agar Inggris bersama Austria dan Rusia mengadakan perang, yang di dalamnya Belanda akan mengirim 70.000 tentara. Tetapi ketika merealisasikan hal ini, Belanda mengalami kesulitan dalam modal. Provinsi Holland menjadi terbebani karena modal yang diberikannya, sedangkan kontribusi provinsi-provinsi lainnya menunggak. Akhirnya modal tambahan sukarela dari Holland meningkat dari 1% (antara 1000-2000 gulden) menjadi 2%(di atas 2000 gulden) sehingga totalnya menjadi 50.000.000 gulden. Hal ini kemudian terjadi juga pada provinsi-provinsi lainnya dan bahkan Hindia. Pernyataan darurat finansial Belanda sebelum Inggris menyebabkan mereka butuh pinjaman besar jika ingin melanjutkan perang. Keadaan finansial aliansi yang tidak menguntungkan ini memutuskan Inggris untuk mengajukan perdamaian dengan pihak Perancis. Kelelahan berperang menyebabkan Inggris dan Perancis membuat perjanjian untuk perdamaian yang ditandatangani pada tanggal 30 April 1748 dan dinamai Perjanjian Aix-La-Chapelle[12]. Dalam perjanjian ini Republik Belanda diikutsertakan namun tidak bisa mengelak bahwa beberapa brovinsinya dilepaskan. Dalam perjanjian ini juga Prusia mengembalikan semua daerah yang dikuasainya kepada pemiliknya semula kecuali Silesia[13] Dalam perjanjian tersebut, delegasi Belanda yaitu Bentinck dan Van Haren tidak menggunakan hak suaranya dalam keputusan akhir dan tidak berpengaruh besar. Perancis mengevakuasi Belanda selatan sebagai ganti dari pengembalian koloni Cape Berton yang telah dikuasai Inggris kepada mereka. Kota-kota utama diperbolehkan kembali menerima garnisun Belanda. Namun perizinan ini tidak menguntungkan sama sekali karena benteng-benteng pertahanan Belanda telah dihancurkan dan Republik Belanda juga tidak bisa lagi menambah modal untuk memperkuat pertahanan mereka.
Posisi Willem IV selama ini masih kurang memiliki tanggung jawab terhadap negara. Belum pernah sebelumnya Pangeran Oranje tersebut diberi kekuasaan yang besar. Glamor yang melekat di nama Oranje menjadi aset bagi Willem IV untuk menghadapi kesulitan-kesulitan serius ini dimana pemerintahan yang salah bertahun-tahun telah menenggelamkan Belanda. Rakyat yang pastinya mendukung stadhouder menuntut perubahan yang luar biasa dalam pengembalian stadhouder ini. Mereka akhirnya kecewa dengan revolusi yang tidak tuntas, tidak seperti di tahun 1618, 1650 dan 1672. Willem IV menjalankan tugasnya jauh dari yang dilakukan oleh Maurits, Willem II dan Willem III. Meskipun ia adalah orang yang pintar, baik, rukun dan religius, namun dalam memimpin ia tidak tegas membuat keputusan dan tidak mantap dalam tindakan di masa-masa krisis Belanda waktu itu.
Tugas pertama untuk mengembalikan perdamaian di Belanda tsudah tercapai, namun tidak oleh usaha Belanda sendiri dalam perjanjian Aix-La-Chapel, melainkan karena pemahaman yang diberikan Inggris dan Perancis. Hal itu pun dilakukan mereka demi keamanan mereka sendiri dimana Inggris menginginkan untuk menyerahkan penaklukkan mereka di Amerika Utara sebagai kompensasi dari evakuasi sebagian Belanda dan Belgia yang diduduki Perancis, dan pengembalian benteng-benteng pertahanan.
Setelah perdamaian terwujud, tidak hanya partisan Oranje tetapi juga rakyat yang telah lama berada di luar pemerintahan, merasa apa yang telah mereka lakukan adalah sia-sia sehingga menginginkan perubahan yang drastis di pemerintahan. Mereka telah menawarkan kedaulatan dalam otoritas Willem IV dengan harapan bahwa ia bisa menjadi satu-satunya peran yang menyatukan Belanda dan menghapus hinaan terhadap Belanda. Namun Willem IV tidak pernah mencoba melakukan usaha dari akar hingga ujung sedangkan pemerintahan oligarkinya sangat korup.
Pada tahun 1748, Willem IV yang tidak berpegang pada prinsipnya menyerahkan kebijakannya kepada sekelompok penasehat, pihak oposisinya sendiri. Berkaitan dengan pengalihan pajak, muncul kerusuhan di Amsterdam, Den Haag, Leiden dan Haarlem. Dalam kejadian ini kantor-kantor pemerintah yang korup diserang dan dirampas. Tujuan dari penjarahan ini adalah untuk menjaga penghapusan peraturan pengalihan pajak yang digunakan untuk mengisi kas pejabat pemerintah yang korup. Di Amsterdam perlawanan terhadap dominasi dewan kota oleh beberapa keluarga membawa bentrokan bersenjata dan pertumpahan darah. Kemudian pada bulan September 1748, Pangeran Oranje mengunjungi kota yang bergolak tersebut atas usul Dewan Provinsi. Setelah Dewan Kota terbukti melakukan penolakan untuk mengulur peraturan pengalihan pajak, Willem IV didesak untuk melakukan sesuatu, dan anggota dewan kota pun diberhentikan dari pemerintahan. Willem IV tidak mau memberhentikan semua anggota dewan, tetapi dari 30 orang yang diberhentikan, ia mengembalikan 19 orang di antaranya ke Dewan Kota. Orang-orang yang tinggal di dewan ini diberi gelar “Si Empat Puluh Delapan”.
Setelah perang berakhir, keadaan angkatan darat dan laut Belanda sangat buruk sekali. Willem III sama sekali tidak mempunyai wawasan maupun keterampilan dalam merombak angkatan tersebut. Willem III kemudian meminta bantuan Lodewijk Ernst van Brunswijk. Lodewijk Ernst yang merupakan marsekal perang Austria telah berpengalaman dan unggul dalam berperang. Lodewijk Ernst telah ditawarkan upah sebesar 60.000 gulden dan jaminan posisinya di angkatan darat Austria sejak bulan Oktober 1748. Tetapi ia baru benar-benar melaksanakan tugasnya di Holland pada bulan Desember 1750.
Usaha Pangeran Willem IV memperbaiki kekuasaan laksamana telah ditujukan untuk membuat angkatan laut Belanda lebih efisien dan mengembalikan perdagangan dan industri Belanda, namun usaha ini terganggu oleh kesehatannya. Sepanjang tahun 1750, Willem IV menderita berbagai penyakit dan menjadi semakin lemah. Pada tanggal 22 Oktober 1751, Willem IV meninggal[14].


[1] Habsburg, University of Houston, diakses pada 31 Mei 2015
[2] Karl VI Holy Roman Emperor (1711-1740), University of Houston, diakses pada 31 Mei 2015
[3] Ibid hlm. 2.
[4] Maria Theresia, University of Maine, diakses pada 31 Mei 2015
[5] 18th Century Europe:Military & Diplomatic Events, University of Washington, diakses 31 Mei 2015
[6] War of the Austrian Succession, 1740-48,  Santa Monica College, diakses pada 31 Mei 2015
[7] George Edmundson, History of Holland [London: Cambridge University Press, 1922] hlm.157.
[8] Ibid. hlm. 6.
[9] Ibid. hlm. 6
[10] Ibid. hlm. 6.
[11] Ibid. hlm. 6.
[12] War of the Austrian Succession, Encyclopædia Britannica, diakses pada 31 Mei 2015
[13] Imperial Rivalries of the Long Eighteenth Century, College of Liberal Arts and Science, University of Florida, diakses pada 31 Mei 2015
[14] Ibid. hlm. 7.

Naskah Drama "Pelanggar Kitab Saptakrityadosha"


                              NASKAH DRAMA PELANGGAR KITAB SAPTAKRITYADOSHA

Goedemiddag allemaal ! (Selamat siang/sore semuanya !). Hari ini gue mau share naskah drama gue pas matkul "Pengantar Kesusastraan Belanda nih. Ceritanya sangat jarang diangkat di Indonesia tapi ini adalah karya original kami yang cukup bagus untuk dibaca. Di sini ada nama temen-temen gue yang ikut bermain dalam drama kita. Selamat membaca!

                                Nararya (Raja kerajaan Trividachampa)                  Tomi Tri Anggara
                                Larasati (Permaisuri)                                                Ajeng Larasati
                                Agradipah (Patih kerajaan Trividachampa)             Henry Alfin Fathan         
                                Ishana (selir raja)                                                      Aisyah Rahima
                                Nisya (selir raja)                                                       Chairunisa Ramadaniati
                                Aishwarya (selir raja)                                               Amira Jasmine
                                Zanetha (selir raja)                                                    Fauziah Salehah
                                Nandati (dayang)                                                      Aisyah Nabilaa Antani
                                Dhatri (dayang)                                                         Syadza Fadilah
                                Kriti (dayang)                                                            Christie Amanda
                                Kuntala (dayang)                                                       Aryantika Kuntala
                                Pelayan 1                                                                   R.R. Sri Retno Gayatri
                                Pelayan 2                                                                   Tungga Yulinda Putri
                                Ibu Suri                                                                      Luh Ayu Hapsari 
 
“Pelanggar Kitab Saptakrityadosha”
ADEGAN 1
[SUATU SIANG DI KAMAR PERMAISURI]
Permaisuri          : Jadi, bagaimana kehamilanmu sekarang, Nandati?  Apakah lancar-lancar saja?
Ibu Suri                 : [MERABA PUNDAK NANDATI(DAYANG HAMIL)] Oh, kamu lagi hamil, Nandati? Wah, selamat ya. Pantas perutmu kelihatan lebih besar dari biasanya. Saya kira kamu makan terlalu banyak tadi. [TERTAWA]
Nandati                : [SAMBIL MENYISIR RAMBUT PERMAISURI] Ya begitulah Permaisuri, Ibu Suri.  Seperti biasa, ini adalah saat-saat yang paling menyenangkan bagi saya. Semenjak kehamilan saya, suami saya jadi semakin cinta [SAMBIL TERSENYUM GENIT]. Dia jadi selalu menghabiskan waktu bersama saya.
Permaisuri          : Waah, enak sekali jadi kamu ya. Aku jadi iri sama kamu [TERSENYUM MANIS]. Anak kamu nanti pasti senang punya orang tua seperti kalian [MENGUSAP PERUT DAYANG HAMIL].
Nandati                : Ah, tidak juga Permaisuri. Kan lebih enak jadi Permaisuri. Pasti raja sayang sekali sama Permaisuri. Mana mungkin raja nggak sayang sama Permaisuri yang secantik ini [MEMBELAI RAMBUT PERMAISURI]. Buktinya, semua keinginan Permaisuri selalu dikabulkan raja.
[PERMAISURI SONTAK TERDIAM. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN DATANG SUARA LANGKAH KAKI DARI PINTU]
Pelayan 1             : Permaisuri, ini makan siang Permaisuri sudah kami siapkan.
Pelayan 2             : Dan ini jamu untuk nanti setelah makan ya Permaisuri.
Permaisuri          : [MASIH TERDIAM. BEBERAPA SAAT KEMUDIAN BARU MULAI BICARA] Terima kasih. Tapi saya sedang tidak mau makan. Makanannya untuk kalian saja.
Nandati                : [MENATAP PERMAISURI SERIUS] Loh, Permaisuri kok tidak makan? Nanti Permaisuri sakit loh.
Pelayan 1             : Iya benar Permaisuri. Permaisuri kan baru sekali makannya hari ini. [MENYODORKAN KEMBALI MAKAN SIANG PERMAISURI]
Pelayan 2             : Atau Permaisuri ingin makan yang lain? Biar kami buatkan untuk Permaisuri.
Permaisuri          : Tidak. Saya memang tidak sedang lapar. Nanti kalau saya ingin makan, saya panggil kalian lagi. Sekarang kalian boleh pergi  [MEMBERI PERINTAH PELAYAN PERGI]. Oh iya, Nandati. Kamu juga boleh keluar sekarang, saya rasa tugas kamu sudah selesai.
Pelayan 1 & 2     : Baiklah Permaisuri. [BERJALAN MENJAUHI KAMAR PERMAISURI, SETELAH SAMPAI DI DEPAN PINTU KEMUDIAN BERBISIK-BISIK] Permaisuri kenapa ya? Tumben dia tidak mau makan. Biasanya dia selalu tampak ceria. Namun hari ini kelihatannya dia ada masalah.
Ibu Suri                 : Kamu sepertinya sedang tidak nafsu makan, Larasati. Baiklah, nanti ibu akan suruh pelayan membuatkan jamu nafsu makan untukmu. Sekarang istirahatlah. Ibu mau ke lapangan dulu melihat tentara latihan.
ADEGAN 2
[MALAM YANG SUNYI, DI KAMAR RAJA DAN PERMAISURI. RAJA MASUK KAMAR SEMENTARA PERMAISURI DUDUK TERDIAM]
Raja                       : [MENGELUS PIPI PERMAISURI]Larasati, kamu kenapa? Kok terlihat sedih begitu? Apakah kamu menginginkan sesuatu? Sebut saja. Nanti akan aku suruh dayang yang mencarikan.
Permaisuri          : [TETAP MENUNDUK] Nararya (raja), semua yang telah engkau berikan kepadaku, emas, perak dan berlian itu tidak lebih berarti dari seorang putra yang akan meneruskan kekuasaanmu. Kuharap engkau mengerti ucapanku itu.
Raja                       : [MERAYU PERMAISURI] Jadi, kamu ingin “berpesta” malam ini?
Permaisuri          : Hasrat memang dimiliki oleh setiap istri. Namun aku masih bisa menahan kesabaranku setiap kali kamu menolaknya, Nararya. Aku rela kamu tidak memenuhi hasratku itu, [MELEPASKAN TANGAN RAJA, DAN MENATAP MATA RAJA] tapi setidaknya kamu memberiku satu keturunan dulu, Nararya.  Kamu harus ingat, kita sudah tujuh tahun menikah dan belum memiliki anak. Apa kamu tidak malu, terutama kepada ibu suri? Tolonglah, itu tidak cukup hanya dengan usaha yang sedikit saja. Setelah itu terserah kamu. Kamu mau tidur dengan selirmu setiap hari pun aku tidak akan marah.
Raja                       : [MEMEGANG KEDUA BAHU PERMAISURI] Larasati, kamu tidak mengerti keadaanku. Banyak urusan kerajaan yang harus aku selesaikan.
Permaisuri          : Kamu bisa setiap hari mengurus kerajaan. Tapi kenapa untuk menemaniku di malam hari kamu tidak mau?
Raja                       : Ya, karena gara-gara urusan yang melelahkan itu,  setiap malam aku merasa lelah dan langsung tidur. [MELEPAS PANDANGAN KE SAMPING] Lagipula, aku tidak ingin saat kita bercinta, aku malah memikirkan masalah kerajaan.
Permaisuri          : Ah, sudahlah Nararya. Aku tidak ingin mendengarkan bualanmu lagi. Sudah capek telingaku mendengarnya. Sekarang, kalau kamu tidak ingin bercinta malam ini, aku minta kamu keluar. Aku butuh sendiri malam ini memikirkan segalanya.
Raja                       : Baiklah, Larasati. Tidak mengapa bagiku tidur di ruang kerjaku saja. [MEMBARINGKAN PERMAISURI] Sekarang tenangkan dirimu dulu. Semoga kamu bisa berpikir jernih dan mengerti keadaanku. Selamat malam [MENCIUM KENING PERMAISURI]
ADEGAN 3
[DI JALAN MENUJU RUANG KERJA, RAJA MENEMUI SEORANG DAYANG YANG GENIT(DHATRI)]
Dhatri                    : Hai, raja. Mau kemana malam-malam begini sendirian? Mau aku temani? Sebagai dayang yang baik, aku juga harus melayanimu dimana saja.
Raja                       : [BERBICARA TEGAS] Saya mau ke ruang kerja saya. Kamu tidak perlu menemani. Saya hanya diskusi sebentar dengan patih, dan itu bukan urusan kamu. Sekarang pergilah [LANJUT BERJALAN]
Dhatri                    : [MENYETOP RAJA DENGAN MEMELUKNYA DARI BELAKANG] Tunggu raja! Tidak usah buru-buruh. Malam-malam yang dingin begini raja harusnya dihangatkan dulu [MEMBELAI RAJA]
Raja                       : Saya tidak tahu maksudmu dan juga tidak ingin tahu. Sekarang saya perintahkan kamu pergi [MENUNJUK JARI PERTANDA MENGUSIR]
Dhatri                    : [BERDIRI DI DEPAN RAJA, MENATAP MATA RAJA SERIUS] Raja, apa kurangnya saya di mata raja? Kurang cantik apa saya? [BERJALAN MENMUTARI RAJA] Saya tidak kalah cantik dibandingkan permaisuri. Rambut saya tergerai dengan indah. Mata saya..
Raja                       : [MARAH DAN MENGUSIR GENIT] Cukup, Dhatri! Saya tidak ingin melihatmu lagi di sini. Sekarang kamu pergi ke ruang kerjamu. Saya tidak ada waktu berurusan denganmu.
Dhatri                    : Ya sudah kalau begitu [PERGI MENINGGALKAN RAJA, DAN MENGGERUTU DALAM HATI] Dasar raja sialan. Belum tau dia cantiknya saya. Dia pasti akan menyesali perbuatannya itu.
[DI RUANG KERJA RAJA]
Raja                       : [MASUK DAN BERTEMU PATIH (AGRADIPAH)] Agradipah. Kamu masih di sini? Kenapa tidak ke kamarmu dan lantas tidur?
Agradipah           : Tidak raja. Saya baru saja ke sini. Saya hanya merasa kesepian sendiri di kamar. Makanya saya ke sini mencari kesibukan.
Raja                       : Oh saya tahu. Kamu pasti ingin main lagi ya [TERSENYUM ISENG]
Agradipah           : Saya tidak mengerti maksud raja.
Raja                       : Sudah, jangan berbasa-basi, Agradipah. Saya juga sedang banyak pikiran. Lebih baik kita bersenang-senang [MEMELUK PATIH, MENCIUMNYA DAN BERCUMBU DENGANNYA]
[DI LUAR RUANGAN LEWATLAH DUA ORANG DAYANG YANG TIBA-TIBA MENDENGAR RAJA DAN PATIH MENDESAH]
Kuntala                 : [BERHENTI BERJALAN] Eh, tunggu, Kriti. Kamu mendengar ada yang aneh tidak?
Kriti                        : [IKUT BERHENTI BERJALAN DAN MENCOBA MENDENGARKAN JUGA] Uh, iya ya, Kuntala. Aku juga mendengarnya. Sepertinya itu berasal dari ruang kerja raja.
Kuntala                 : Iya benar. Raja sedang apa ya? [BERBICARA BERBISIK-BISIK] Apa mungkin raja bercumbu di ruang kerjanya. Kan raja punya kamar sendiri.
Kriti                        : [BERBISIK-BISIK] Ayo, kita intip. Di situ kalau tidak salah ada jendela yang renggang . [MENUNJUK SEBUAH JENDELA YANG TIDAK JAUH DARI MEREKA]
[MELIHAT MELALUI CELAH DI JENDELA DAN SONTAK KAGET]
Kriti                        : Astaga! Aku tidak menyangka raja seperti itu.
Kuntala                 : Iya benar sekali. Dengan patihnya sendiri lagi, seorang laki-laki.
Kriti                        : [SAMBIL BERJALAN TERBURU-BURU] Kita harus bagaimana, Kuntala? Apa kita harus membicarakannya dengan Permaisuri?
Kuntala                 : [BERJALAN CEPAT DAN KELIHATAN KETAKUTAN] Jangan, Kriti. Aku takut nanti raja marah dan mengusir kita dari kerajaan ini.
[DI RUANG KERJA RAJA, RAJA DAN PATIH SELESAI BERCINTA]
Raja                       : Aku mau pergi, Agradipah [MENGENAKAN BAJU]
Agradipah           : Jangan tinggalkan aku raja, aku takut [MEMEGANG TANGAN RAJA]
Raja                       : Tidak ada yang perlu ditakutkan, Agradipah. Semua akan berjalan seperti biasa. Tidak ada yang akan menyakitimu. Kamu kan orang kepercayaanku.
Agradipah           : Terima kasih raja [TERSENYUM]
[TIBA-TIBA DATANG DHATRI]
Dhatri                    : Apa yang baru saja kalian bicarakan? Katakan padaku!
Kriti                        : [SALING MENENGOK DENGAN KUNTALA] Uh, Oh, Ti, Tidak ada Dhatri. Kami hanya bercerita tentang malam yang indah ini.
Kuntala                 : Iya, benar. Coba kamu lihat, malam ini bertaburan bintang. Dan bulannya bersinar terang. Malam ini indah sekali bukan?
Dhatri                    : [MELIHAT KRITI DAN KUNTALA SECARA BERGANTIAN] Oh begitu ya. Tapi saya mencium bau kebohongan dari kalian. Saya tahu kalian pasti dari ruang kerja raja. Sekarang, katakan apa yang kalian lakukan disana?
Kuntala                 : Kami tidak berbohong Dhatri. Kami hanya kebetulan lewat saja di ruang kerja raja.
Dhatri                    : Bohong! Kalian pasti mengetahui sesuatu dari ruang kerja raja. Kalau tidak, mengapa kalian menyebut-nyebut nama raja tadi? Saya mendengarkannya dengan jelas. [MEMEGANG BAHU KUNTALA DAN KRITI DENGAN GAYA MENGANCAM] Ayo cepat katakan! Atau akan kulaporkan pada raja.
Kriti                        : Baiklah. Tapi jangan bilang siapa-siapa.
[SETELAHNYA MEREKA BERJALAN BERTIGA SAMBIL BERBICARA SECARA BERBISIK-BISIK]

ADEGAN 4
[KEESOKAN HARINYA DI KAMAR TIDUR, PERMAISURI DITEMANI TIGA ORANG DAYANG DAN ISHANA (SALAH SATU SELIR RAJA)]
Permaisuri          : [MENEGAKKAN PUNGGUNGNYA, MELIHAT KE KEDUA DAYANG DISAMPINGNYA] Kuntala, Kriti, kalian kok terlihat gusar begitu? Kalian ada masalah? Mau pulang kampung menjenguk keluarga, atau minta gaji sebulan ini? Ceritakan saja. Saya tidak akan marah.
Kriti                        : Uh, tidak ada Permaisuri. Kami tidak apa-apa [MENGGELENGKAN KEPALA]
Permaisuri          : Oh, begitu. Baguslah, kalian tidak apa-apa [MENYANDAR KEMBALI] Tapi kalau kalian ingin meminta sesuatu katakan saja. Nanti saya pertimbangkan.
Dhatri                    : Mereka melihat ra...
Kuntala                 : [DENGAN CEPAT MEMOTONG PEMBICARAAN DHATRI] Kami semalam melihat bulan dan bintang Permaisuri, indah sekali.
Permaisuri          : Kok kalian seperti menyembunyikan sesuati dari saya. Ceritakan saja. Bukankah aku sudah mengajarkan kalian untuk selalu terbuka. Terutama kepada saya.
Ishana                   : Iya. Kok kalian bertingkah aneh hari ini. Apa yang kalian sembunyikan dari Permaisuri?
Kuntala & Kriti   : [MENUNDUK] Kami tidak menyembunyikan sesuatu Permaisuri.
Ishana                   : Dhatri, kamu tadi mau mengatakan sesuatu, bukan? Katakan pada Permaisuri apa yang ingin kamu katakan tadi?
Dhatri                    : Jadi begini Permaisuri, semalam mereka berdua melihat raja berhubungan badan dengan patih di ruang kerjanya.
Ishana                   : Apa? Kamu jangan mengada-ngada ya. Tidak mungkin raja berbuat begitu, sama laki-laki lagi. Raja kan malamnya di kamar, mana mungkin raja di ruang kerjanya.
Dhatri                    : [MENUNDUK PERTANDA MOHON AMPUN] Ampun Permaisuri, saya tidak berbohong. Mereka melihat dengan mata kepala mereka sendiri dan tidak berani mengadukannya kepada Permaisuri.
Ishana                   : [MENGHADAP KE WAJAH PERMAISURI, MENUNJUKKAN JARI KE KETIGA DAYANG] Permaisuri, mereka berani sekali mengada-ngada. Menuduh raja, lagi. Mereka tidak bisa diberi ampun. Usir saja mereka dari kerajaan ini Permaisuri.
Permaisuri          : Kamu tidak harus melakukan apa-apa Ishana. Mereka tidak bisa dikatakan bersalah. [MENGHADAP KE ARAH KETIGA DAYANG] Kalian silahkan pergilah. Saya butuh waktu berdua dengan Ishana [KEMUDIAN MENYANDARKAN PUNGGUNGNYA KE KURSI DAN TERDIAM LAMA]
Ketiga Dayang   : [KOMPAK] Baiklah Permaisuri.
[KETIKA BERJALAN KELUAR KAMAR PERMAISURI, MEREKA MELAKUKAN PERCAKAPAN DENGAN SUARA SEPERTI BERBISIK-BISIK]
Kriti                        : Kenapa kamu mengatakannya kepada Permaisuri, Dhatri? Itu hanya akan menyebabkan Permaisuri berada dalam kesedihan.
Dhatri                    : Biar saja. Permaisuri memang seharusnya mengetahui perbuatan keji suaminya yang brengsek itu. [BERBICARA DENGAN NADA MENGEJEK] Lagian, siapa suruh raja yang diagung-agungkan itu menolakku menjadi selirnya. Padahal aku kan juga cantik.
Kuntala                 : [MENUNJUK KE WAJAH DHATRI] Jaga ucapanmu Dhatri. Teganya kamu menari-nari di atas penderitaan Permaisuri. Dan aku baru tahu ternyata kamu mengatakan aib raja hanya karena kamu tidak dijadikan selir. Tidak baik sifat dengki itu kamu pelihara Dhatri [BERBICARA DENGAN NADA AGAK KERAS]
Dhatri                    : [BERBALIK MENGHADAP KEDUA DAYANG YANG LAIN DAN MENATAP WAJAH MEREKA DENGAN TAJAM] Masa bodoh. Aku tidak peduli dengan omongan kalian [LALU MELANGKAH CEPAT MENINGGALKAN MEREKA]
[DI KAMARNYA, PERMAISURI MASIH TERDIAM]
Ishana                   : [MEMECAH KEHENINGAN] Permaisuri, kenapa kamu tidak melakukan sesuatu?
Permaisuri          : [MENUNDUK DAN BERBICARA DENGAN LEMAS] Tidak ada yang perlu dilakukan Ishana. Apa yang mereka katakan adalah benar.
Ishana                   : Tidak mungkin Permaisuri. Raja tidak mungkin melakukan hal kotor itu. Raja mencintai Permaisuri. Raja juga sering menceritakan kalau raja dan Permaisuri selalu memiliki malam-malam yang indah.
Permaisuri          : [MENGANGKAT KEPALA] Ishana, kalau kami melakukan apa yang disebutkannya itu, tidak mungkin sampai hari ini aku tidak memiliki anak juga. Asal kamu tahu, dia tidak pernah melakukan tugasnya kepadaku. Setiap kali aku meminta, dia selalu berdalih lelah karena urusan kerajaan. Dan malam tadi, dia tidur di ruang kerjanya atas permintaanku, dan apa yang dilihat kedua dayang tadi tidaklah mustahil! [NAFASNYA MENJADI TIDAK BERATURAN]
Ishana                   : [KAGET DAN MENUTUP MULUT SAMBIL BERKATA] Jadi, semua yang mereka katakan tentang raja itu benar, Permaisuri? Aku tidak menyangka!
[BERDIRI DAN BERJALAN DENGAN CEPAT KELUAR KAMAR PERMAISURI] Ini pasti gara-gara patih bangsat itu. Aku tidak akan membiarkannya mengambil raja dari kita.
Permaisuri          : Kemana kamu, Ishana? Sabar, jangan terlalu terbawa emosi. Aku tidak ingin kamu melakukan hal yang bodoh. Biar saja raja seperti itu.
[TIDAK ADA JAWABAN SETELAH ITU DAN PERMAISURI HANYA BISA DUDUK TERDIAM DI KURSINYA. DI LUAR, ISHANA BERTEMU DENGAN SELIR YANG LAIN: Aishwarya, Nisya dan Zanetha]
Nisya                     : [BERSAMA SELIR YANG LAIN MENARIK ISHANA KE DINDING] Apa yang terjadi di dalam? Kok tadi kami mendengar keributan. Dan dayang yang baru saja keluar sepertinya menyebut-nyebut nama raja.
Aishwarya           : Iya, ceritakan kepada kami, Ishana. Urusan raja dan Permaisuri juga uruan kita.
Ishana                   : Kita harus melakukan sesuatu [MEMASANG WAJAH MARAH]
Zanetha               : Bicaralah yang jelas kepada kami apa yang terjadi, Ishana. Kami jadi bingung kalau kamu bicara yang tidak jelas begini. Apa yang haru kita lakukan? Dan kenapa kita harus melakukannya?
Ishana                   : Agradipah telah menyebabkan raja membelok mencintai laki-laki. Asal kalian tahu, ternyata selama ini raja tidak pernah bercinta dengan wanita. Dan malam tadi, kedua dayang tadi melihat raja berhubungan badan dengan si bangsat Agradipah itu.
Aishwarya           : Oh, jadi begitu. Ini benar-benar keterlaluan. Agradipah harus kita musnahkan dari bumi Trividhachampa ini. Kita harus  membunuhnya sekarang juga.
Nisya                     : Setuju. Malam ini kita harus membunuhnya.
Zanetha               : Tunggu, kita harus memikirkan caranya dulu. Jangan sampai kita gegabah melakukannya. Dan kita juga harus berhati-hati jangan sampai raja mengetahui rencana kita. Kalau sampai ketahuan, raja pasti akan marah besar.
Ishana                   : Aha, aku punya ide! [MERANGKUL SELIR YANG LAIN MENGAJAK BERUNDING]
[SETELAH ITU YANG TERDENGAR HANYA BISIK-BISIK SAJA]

ADEGAN 5
[MALAM HARINYA DI KAMAR PATIH AGRADIPAH, PATIH SEDANG MEMBACA KITAB, DARI ARAH PINTU TERDENGAR SUARA LANGKAH BEBERAPA PASANG KAKI YANG BEGERAK MASUK]
Agradipah           : Kalian siapa?
Ishana                   : Kamu tidak perlu tahu siapa kami.
Aishwarya           : Tidak usah takut. Kami hanya mau mengajakmu bersenang-senang malam ini.
Agradipah           : Apa maksud kalian? Saya tidak mengerti .
Nisya                     : Sudahlah Agradipah. Ayo kita bersenang-senang malam ini [MERABA-RABA WAJAH PATIH LALU KE DADA]
Agradipah           : Tidak! Saya tidak mau berhubungan dengan kalian. Sekarang kalian semua pergi dari sini ! [TELUNJUK MENUNJUK KE PINTU TANDA MENGUSIR]
Zanetha               : Loh, pria kok menolak sih diajak bersenang-senang. Bukannya semua pria menginginkan wanita-wanita cantik pada malam hari?
Ishana                   : Atau, kamu mau kami menjadi laki-laki untuk membuatmu puas?
Aishwarya           : Ih, jijik sekali mendengarnya. Tapi kalau sama seorang raja, dia mau nggak ya?
Agradipah           : Apa sebenarnya mau kalian?
Nisya                     : [BERDIRI DI DEPAN PATIH DAN MENATAPNYA DENGAN TAJAM] Membunuhmu, patih.
Zanetha               : Karena kamu telah merebut raja dari Permaisuri dan kami.
Ishana                   : Tentu kami tidak akan tinggal diam, Agradipah. [MENGEDIPKAN MATA KE SELIR YANG LAIN] Cepat, ikat dia!
[PARA SELIR MENGIKAT KAKI DAN TANGAN PATIH, KEMUDIAN MELILITKAN KAIN KE LEHERNYA DAN MENARIKNYA. PATIH PUN TIDAK BERGERAK LAGI]
Aishwarya           : Cepat, sekarang kita bawa jasadnya sebelum raja datang.
Nisya                     : Iya, ayo.
[PARA SELIR MEMBAWA JASAD AGRADIPAH KELUAR RUANGAN]


ADEGAN 6
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR, PERMAISURI DIBAWA OLEH ISHANA AISHWARYA MASUK]
Ishana                   : Yee, yang ditunggu sudah datang.
Nisya                     : Pesta dimulai! [BERDIRI DAN MENYILAKAN PERMAISURI DUDUK DI KURSI]
Zanetha               : [MENYODORKAN MINUMAN KEPADA PERMAISURI] Ini minuman untuk Permaisuri.
Aishwarya           : Bersulang! [BERSAMA SELIR YANG LAIN MENGANGKAT GELAS MINUMAN]
Permaisuri          : Tunggu! Ada yang bisa menjelaskan kepadaku dalam rangka apa ini? Aku harus tahu, kenapa kalian tiba-tiba mengadakan pesta kecil-kecilan begini?
[DI LUAR KAMAR RAJA LEWAT, DAN TIDAK SENGAJA MENDENGAR KERIUHAN DI DALAM]
Raja                       : [BERTANYA-TANYA DALAM HATI] Para selirku sedang mengapa di dalam? Kok mereka gembira sekali kedengarannya. Perasaanku jadi tidak enak. Apa aku masuk saja ya? Ah, tidak, mereka pasti akan curiga padaku. Lebih baik aku dengarkan dari sini saja.
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR]
Ishana                   : Ini untuk merayakan kesuksesan kita Permaisuri.
Nisya                     : Benar sekali, kita sudah berhasil menyingkirkan patih hengkang dari kerajaan ini, bahkan dari bumi ini. Hahaha [TERTAWA PENUH KEMENANGAN]
[SELIR YANG LAIN IKUT TERTAWA, SEMENTARA DI BALIK DINDING RUANGAN ITU RAJA MENDENGARKAN PEMBICARAAN MEREKA LUMAYAN JELAS]
Raja                       : [BERKATA DALAM HATI] Apa? Mereka telah membunuh patihku? Kurang ajar. Mereka harus menerima balasan dari perbuatan mereka. Aku harus memerintahkan prajuritku membunuh mereka semua. Ah, tidak. Cara itu terlalu biasa. Aku harus membunuhnya dengan caraku sendiri. Oh iya, aku mengerti. Sekarang aku ke ruang kerjaku dulu saja [PERGI MENINGGALKAN KAMAR PARA SELIR, LALU TIDAK SENGAJA BERTABRAKAN DENGAN DUA PELAYAN YANG MEMBAWA MAKANAN]
Pelayan 1             : [MENUNDUK DAN MEMOHON AMPUN] Ampunkan kami raja. Kami tidak sengaja.
Raja                       : Ssst... Jangan bicara terlalu keras. Aku tidak ingin merusak pesta permaisuri dan selir.
Pelayan2              : Baiklah raja. Apakah kami sudah boleh pergi raja? Permaisuri sudah menunggu makanan dan kami harus mengambilkan yang baru.
Raja                       : Tunggu, kalian harus berjanji untuk tidak mengatakan bahwa aku di sini.
Pelayan 1&2       : Baiklah raja.
Raja                       : Baik, sekarang kalian boleh pergi.
[DI DALAM KAMAR PARA SELIR]
Permaisuri          : [MELETAKKAN KEMBALI GELASNYA] Jadi, kalian telah membunuh patih? Kenapa kalian sampai berbuat seperti itu? Patih itu kan sangat dibutuhkan di kerajaan kita.
Ishana                   : Sudahlah Permaisuri. Orang yang telah berbuat kotor memang harus dibunuh. Itu juga tertulis dalam kitab Saptakrityadosha (tujuh perbuatan dosa). Jadi, kita tidak salah Permaisuri. Lagipula, kami kan berada di pihakmu. Sekarang kita rayakan saja keberhasilan kita ini [MENYODORKAN KEMBALI GELAS MINUMAN KEPADA PERMAISURI]

ADEGAN 7
[SUATU MALAM YANG INDAH DI RUANG KERJA RAJA]
Permaisuri          : Pesta untuk apa ini gerangan, Nararya?
Raja                       : Sudahlah, tidak usah tanya untuk apa. Yang jelas, ini pesta yang khusus aku buat untukmu Permaisuri dan slir-selirku. Aku rasa sudah lama kita tidak membuat pesta kecil-kecilan seperti ini. Aku terlalu sibuk denga  pekerjaanku. Sekali-kali aku harus menghabiskan waktu bersama kalian.
Zanetha               : Apakah Ibu Suri tidak diajak raja?
Raja                       : Tidak, ini khusus untuk kita saja. Ibu Suri akan aku ajak dalam pesta yang lain lagi nanti. Yang jelas, kita bisa menghabiskan waktu bersama malam ini.
[SELANG BEBERAPA LAMA, DATANGLAH DUA ORANG PELAYAN MENGANTARKAN BEBERAPA GELAS MINUMAN]
Pelayan1              : Ini minumannya raja [MENGHADAP RAJA]
Raja                       : Silahkan bagikan kepada Permaisuri dan yang lainnya.
Pelayan2              : Dan ini STMJ (susu telur madu jahe) khusus yang raja minta [MENYODORKAN SEGELAS PENUH STMJ].
Pelayan1              : Kalau butuh minuman tambahan, akan kami ambilkan di dapur, raja. Atau kalau ingin makanan juga, kami akan buatkan.
Raja                       : Tidak. Tugas kalian sudah selesai. Kalian  boleh kembali sekarang.
Pelayan2:            : Baiklah, kalau tidak ada lagi, kami kembali ke dapur, raja.
Nisya                     : Kok raja tidak minum seperti kita?
Aishwarya           : Iya. Raja kok minum STMJ?
Zanetha               : Oh, itu aku tahu. Pasti supaya vitalitas raja jadi kuat dan tahan lama, iya kan raja? hehehe [TERSENYUM GENIT]
Raja                       : Ya, kamu pintar sekali Zanetha. Ini memang minuman untuk kejantanan pria.
Ishana                   : Memang raja mau “berpesta” dengan Permaisuri malam ini?
Raja                       : Lantas, untuk apa lagi. Itu kan sudah tanggung jawabku.
[PERMAISURI DAN SEMUA SELIR SONTAK KAGET, TERDIAM DAN SALING MELIRIK SATU SAMA LAIN]
Nisya                     : [MEMECAH SUASANA] Wah, raja memang lelaki sejati. Kami bangga jadi selir raja.
Permaisuri          : [MEMPERHATIKAN RAJA DALAM-DALAM DAN MENGAMBIL MINUMAN] Sudahlah. Jangan banyak bicara. Sekarang minum saja apa yang sudah disiapkan raja. Ayo kita bersulang dulu.
Semuanya           : Bersulang!
[KETIKA SEMUA ORANG AKAN MULAI MINUM, TIBA-TIBA GELAS PERMAISURI TERJATUH]
Para Selir             : [BANGKIT DARI TEMPAT DUDUKNYA] Permaisuri, hati-hati!
Permaisuri          : Aku tidak apa-apa.
Raja                       : Ya sudah. Biar saya buatkan lagi minuman untukmu.
Permaisuri          : Tidak usah. Aku sedang tidak enak badan saja hari ini. Maaf, mungkin aku duduk di sini saja. Kalian lanjutlah minum.
Raja                       : [BERDIRI DAN BERGEGAS KE DAPUR] Saya ambilkan lagi untukmu, Larasati. Yang lain tunggu, jangan minum dulu.
[BEBERAPA SAAT KEMUDIAN RAJA KEMBALI KE RUANGAN, DAN MELIHAT PARA SELIRNYA SUDAH JATUH TAK BERGERAK LAGI DI ATAS KURSI]
Raja                       : [BERDIRI DI DEPAN PINTU] Jadi, kamu sudah mengetahui semuanya, Larasati?
Permaisuri          : Raja busuk yang membunuh para selirnya sendiri. Sekarang kamu mau apa?
Raja                       : Berarti kamu juga sudah tahu bahwa aku begitu mencintai patihku.
Permaisuri          : Tentu sa...
Raja                       : [MEMOTONG KALIMAT PERMAISURI] Tidak usah kamu jawab. Aku sudah mengetahui semuanya. Untuk apa aku punya  banyak prajurit kalau untuk memata-matai permaisuriku sendiri saja tidak bisa. Setelah kau merayakan keberhasilanmu bersama para selir membunuh Agradipah, aku langsung menyuruh orang untuk mencari tahu penyebab kamu membunuh dia. Dan tiga dayang tolol itu sudah menemui ajalnya.
Permaisuri          : [MENUNJUK KE ATAS] Demi langit dan bumi, Nararya. Tidak pernah ada niat untuk melakukan hal seburuk itu pada patihmu. Karena aku tahu kamu begitu mencintainya dan membutuhkannya dalam mengurus kerajaan. Hanya saja selir-selir yang kecewa padamu berencana melakukannya [MENUNJUK PARA SELIR]. Dan itu wajar mereka lakukan, Nararya. Siapa yang tidak sakit hati jika selama bertahun-tahun didustai. Semestinya kamu tahu itu, Nararya. Lantas, dosa apa lagi yang akan kau lakukan?
Raja                       : Persetan dengan semua ucapanmu itu, Larasati. Nyawa Agradipah harus dibayar dengan nyawa orang yang membunuhnya, yaitu kau! [MEMPERERAT CEKIKANNYA]
Permaisuri          : [BERBICARA TERPOTONG-POTONG] Ternyata hatimu sudah dibutakan oleh cinta yang terlarang itu, Nararya. Kau harus tahu, aku mencintaimu apa adanya.
Raja                       : Dasar kau....[MENCEKIK DENGAN SEKUAT TENAGA, LALU TIBA-TIBA] Aaa...perutku...[TERIAK KESAKITAN, MELIHAT DARAH MENYEMBUR, DAN MELIHAT KE BELAKANG] Ibunda? Kenapa kau melakukan semua ini?
Permaisuri          : [MEMELUK NARARYA DAN TERIAK] Ibu! Apa yang telah kau perbuat?! [MENENGADAH KE IBU SURI]
Ibu Suri                 : [BERLUTUT DI SEBELAH TUBUH RAJA, MENGELUS PIPI RAJA DAN MENANGIS] Maafkan aku, anakku. Aku terpaksa melakukan ini. Aku hanya tidak ingin lebih  banyak orang yang tersakiti olehmu karena kau dustai.
Raja                       : [MEMEGANG TANGAN IBU SURI DAN PERMAISURI] Maafkan aku. Aku sudah mengecewakan banyak orang, terutama kalian berdua [MEMANDANG KE ARAH WAJAH PERMAISURI] Aku yang egois selama ini. Maafkan aku. [MERINTIH KESAKITAN, KEMUDIAN MEMEJAMKAN MATA DAN TIDAK BERGERAK LAGI]
[YANG TERDENGAR KEMUDIAN HANYA RIAK TANGIS IBU SURI DAN PERMAISURI RAJA]

This play I have written in my second semester in UI. This is my last project for the subject "Pengantar Kesusastraan Belanda" (Introduction to Dutch Literature). The theme is unique because we combined the sosial aspect in the Netherlands (homosexuality) with Javanese culture (you can see it by the setting and the names of characters in the story).