Monday, March 28, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Feelings and Moods (Perasaan)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Feelings and Moods (Perasaan)
Hoe voel je je? What kind of question is that? And how do we give response to such question in Dutch? Well, this post is about feelings and moods. Check it out!
Hoe voel je je?                                : How do you feel? (bagaimana perasaanmu?)
Ik ben . . . .                                      : I am . . . . (saya . . . .)
Hij / Zij/ze is . . .                             : He / She is . . . (dia laki2 / dia perempuan . . .)
Is hij / zij/ze . . .?                             : Is he / she . . .? (Apakah dia laki2 / dia perempuan . . .?)
Jij  /je bent . . .                                 : You are . . . (kamu . . .)
Ben jij/je . . .?                                  : Are you . . . (apakah kamu . . .?
Zij/ze zijn . . .                                  : They are . . . (mereka . . .)
Zijn zij/ze . . .                                  : Are they . . . (apakah mereka . . .?)
Wij/we zijn . . .                                : We are . . . (kami . . .)
Zijn wij/we . . .                                : Are we . . . (apakah kami/kita . . .?)
Then fill in the blank with these words (bagian titik-titik diganti dengan kata berikut)
                Triest                     : sad (sedih)
                (super)blij             : (very) happy ((sangat) senang)
                Tevreden               : satisfied (puas)
                Teleurgesteld        : disapponted (kecewa)
                Bang (voor . . .)    : afraid (of . . .) (takut (pada . . .))
                Verlegen (met . . .)          : shy (for . . .) (malu (pada . . .))
                Geschrokken (van . . .)    : shocked (with . . .) (terkejut (karena . . .))
                Verrast (door . . .)            : surprised (with/by . . .) (kaget/tercengang (karena . . .))
                Opgewonden                   : excited (senang sekali, gembira)
                Gedeprimeerd                 : depressed (depresi)
                Gek/dol (op . . .)             : Mad, crazy (of . . .) (gila (tergila-gila pada . . .))
                Jaloers op . . .                  : jealous / envious of . . . (cemburu / iri pada . . .)
Ik voel me . . . .                                   : I’m feeling . . . . (saya merasa . . . .)
                Alleen (zonder . . .)        : Alone (without . . .) (sendiri (tanpa . . .))
                Eenzaam                         : Alone on my own (sepi sendiri)
Ik schaam me (over . . .)                     : I’m ashamed (of . . .) (Saya malu (atas/akan . . .)) <---- negative
Ik verveel me (Ik ben verveeld)          : I’m bored (Saya bosan)
Jij/je verveelt je (Je bent verveeld)     : You’re bored (kamu bosan)
Hij / Zij/ze verveelt zich (Hij / zij is verveeld)        : He / she is bored (dia laki2 / dia perempuan bosan)
Wij vervelen ons (Wij/we zijn verveeld)                : We’re bored (kami bosan)
Jullie vervelen je (jullie zijn verveeld)                    : You (plural) are bored (kalian bosan)
Zij/ze vervelen zich (zij/ze zijn verveeld)               : They’re bored (mereka bosan)
Je bent vervelend                                                     : You are boring (kamu membosankan)

Verveeld = bored (bosan); vervelend = boring (membosankan)

Sunday, March 20, 2016

Konsep Kebenaran Teologi pada zaman Pramodern, Modern dan Posmodern

Hai semuanya. Kali ini saya ingin menuliskan hasil laporan tugas Filsafat saya di kelas dalam blog ini. Tulisannya dan keilmiahannya mungkin masih kacau, karena ini belum saya perbaiki. Namun saya harap tulisan ini dapat mewakili kesimpulan pembelajaran Filsafat saya di kelas. Temanya adalah konsep kebenaran dan teologi pada tiga zaman yang berbeda. Dan di sini saya hanya menuliskan kesimpulan yang saya dapat saja. Oh iya, tulisan saya ini juga mengacu pada artikel dosen saya. bapak Naupal.

Konsep Kebenaran Teologi zaman Pramodern, Modern dan Posmodern
Konsep tentang Tuhan merupakan hal yang sangat dekat dengan kehidupan manusia dan telah berkembang seiring perkembangan peradaban manusia. Eksistensi Tuhan begitu penting sehingga ada ilmu yang khusus mempelajari tentang Tuhan dan kaitannya dengan realitas yaitu Teologi. Dalam Teologi ada yang mempercayai bahwa mengenal Tuhan bisa dengan nalar akal dan pengamatan yang disebut dengan teologi natural dan ada juga yang percaya bahwa mengenal Tuhan hanya bisa lewat firman-firman Tuhan dimana Dia memperlihatkan diri-Nya yang disebut dengan teologi wahyu.
Pada masa pramodern iman kepada Tuhan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi daripada nalar yang rasional. Firman-firman Tuhan menjadi sumber segala kebenaran yang harus diterima. Oleh karena itu, filsafat yang mengutamakan rasio (akal sehat) hanya dianggap sebagai saarana untuk memahami iman. Jadi dapat dikatakan filsafat “tunduk” pada keimanan pada Tuhan.
Akibat dari pemujaan terhadap konstitusi yang bernama agama maka timbullah penyalahgunaan. Penguasa dan tokoh agama mendapat kekuasaan yang mutlak. Hal ini didukung oleh ayat-ayat dalam kitab suci yang melegitimasi kekuasaan mereka. Sedangkan rakyat miskin menjadi pasrah pada penguasa dan agama karena dalam pewartaan kitab suci dikatakan bahwa nasib mereka adalah mutlak menderita. Sehingga mereka berada dalam belenggu penguasa dan orang suci yang mana gereja memihak padanya. Jadi, pada zaman pramodern spiritualitas orang-orang yang sebenarnya tinggi namun terbelenggu oleh sistem sosial politik yang salah menjadi tidak terbentuk karena keimanan dipaksakan oleh orang yang berkuasa.
Pada zaman modern muncul skeptisisme terhadap teologi yang luar biasa. Hal ini dikarenakan orang-orang sudah mengutamakan pemikiran rasional di atas keberterimaan terhadap doktrin-doktrin dan aturan dogmatis gereja, sebagai akibat dari renaissance atau aufklärung. Segala hal dipertanyakan secara rasional termasuk ajaran dan pernyataan-pernyataan teologis. Setelah menilai koherensi dan korespondensi dari teologi maka orang-orang menyimpulkan bahwa teologi tidak koresponden dengan realitas.
Penuntutan terhadap kebebasan dan otonomi manusia pada zaman modern membuat orang-orang juga harus melawan agama karena dalam aturan gereja kebebasan manusia tidak mutlak diberi kebebasan, semua orang harus mengisi hidupnya untuk menyembah Tuhan melalui gereja. Termasuk dalam hal ilmu pengetahuan manusia tidak diberi kebebasan. Sehingga terjadi pertentangan yang tekenal yaitu teori heliosentris yang ditolak gereja. Oleh karena itu, banyak orang yang kemudian memilih meninggalkan agama karena menginginkan kebebasan dan terlepas dari sistem sosial politik yang berasal dari Tuhan.
Pemujaan yang tinggi terhadap rasio dan ilmu pengetahuan pada zaman modern menunjukkan bahwa dunia dapat tetap berjalan tanpa adanya Tuhan. Walaupun kesimpulan ini belum dapat dipastikan, namun cukup mampu membuat masyarakat menjauhkan diri dari kepercayaan akan eksistensi Tuhan.
Hasil dari segala yang terjadi di masa modern adalah hilangnya tempat bagi spiritualitas di kehidupan masyarakat. Akibatnya muncullah fundamentalisme karena orang-orang yang fundamenta itu menafsirkan alkitab secara harfiah sehingga tidak tahu inti ajaran yang murni dari alkitab tersebut. Dampak dari fundamentalisme ini adalah destruksi dan kehidupan yang tidak toleran atau dehumanisasi.
Kondisi spiritualitas masyarakat yang terpuruk pada zaman modern kemudian ditentang oleh masyarakat zaman posmodern. Pemikiran rasional sebelumnya yang dianggap akan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat ternyata justru membawa dampak negatif yang lebih besar.
Manusia yang dari dulu dianggap sebagai imago Dei atau “Citra Allah” masih dianggap sebagai makhluk yang paling istimewa di muka bumi. Namun pada zaman posmodern pandangan ini tidak menjadikan manusia bersifat antroposentris yang menganggap lingkungan, hewan dan tumbuhan disekitarnya tidak bernilai. Orang-orang memiliki penghargaan terhadap alam yang juga memiliki nilai. Bahkan muncul kaum ekologis egalitarian di zaman posmodern.
Kembalinya manusia pada kepercayaan akan sesuatu yang adi kodrati di zaman posmodern didukung oleh penemuan “gen Tuhan” yang membuat manusia membutuhkan keimanan. Sehingga spiritualitas manusia tumbuh lagi. Untuk itu agama dihidupkan lagi. Namun berbeda dengan zaman pramodern dimana agama melemahkan spiritualitas, di zaman ini agama dijadikan sebagai lembaga yang mengkondisikan spiritualitas agar bisa menjadi baik. Sedangkan spiritualitas dianggap untuk dimiliki oleh setiap orang karena spiritualitas itu universal hanya saja disalurkan melalui agama-agama yang berbeda.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep kebenaran dan agama di zaman posmodern merupakan pengembalian kepercayaan kepada Tuhan dengan tetap mempertahankan kebebasan, rasionalitas, dan pengalaman yang diusahakan pada zaman modern. Di samping itu juga dikembalikan nilai-nilai spiritualitas zaman pramodern namun dikemas dalam konteks masyarakat sekarang. Hasilnya terdapat keterpaduan antara emosionalitas spiritual dengan kreativitas intelektual.
Kata “Budaya” dan Ilmu Pengetahuan
Dalam postingan kali ini saya akan menjelaskan tentang asal muasal kata “budaya” dan kenapa kata itu begitu penting bagi saya. Berikut ulasannya, check it out!
Dulu saya, dan mungkin hampir semua orang, percaya bahwa kata “budaya” adalah kata dalam bahasa Indonesia. Hal itu memang benar karena kata itu terdapat dalam KBBI, so pasti lah! Namun siapa sangka jika dilihat secara etimologinya atau asal katanya, kata “budaya” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Vidya yang berarti “wawasan” atau “ilmu pengetahuan”. Nah, sudah terjawab bukan kenapa saya menganggap kata ini penting? Ya, karena asal kata “budaya” itu berarti ilmu pengetahuan. Sciencia est potentia, ilmu pengetahuan itu adalah potensi!
Jika ditarik lebih jauh lagi, kata Vidya dalam bahasa Sanskerta juga memiliki akar kata yang sama dengan kata dalam bahasa Latin dan Yunani. Dalam bahasa Yunani terdapat kata idea yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam bahasa Latin kita mengetahui kata video yang artinya “melihat”. Tapi jangan langsung berkesimpulan bahwa kata itu berbeda dikarenakan salah satu artinya “melihat”. Indera penglihatan adalah hal yang sangat penting di peradaban Indo-Eropa. Sehingga “melihat” mereka jadikan proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Berkaitan juga, toh? Ini memang fakta etimologi, bukan sekedar alasan.
Butuh bukti lain? Nah, mari kita lihat kata “melihat” dalam bahasa Inggris yaitu to see. Kata to see ini jika diucapkan dengan “Oh, I see” bisa bermakna “saya paham”. “Paham” di sini berarti orang yang berbicara telah mengetahui atau memiliki pengetahuan atas sesuatu.
We’re back to Vidya and friends! Dalam bahasa Germanik juga terdapat kata yang sama. Kata wissen dalam bahasa Jerman berarti “mengetahui”. Saudara bahasa Jerman, yaitu bahasa Belanda, menggunakan kata weten untuk itu yang pastinya masih memiliki akar yang sama dengan kata-kata yang telah saya sebutkan tadi.
Selain dari kata Vidya, kata ‘Budaya’ juga dikatakan asalnya adalah budhaya  yang masih merupakan kata dalam bahasa Sanskerta. Artinya adalah “ilmu” atau “gagasan”. Meskipun sedikit berbeda namun pada dasarnya itu adalah kata yang sama. Secara fonologis juga masih terdapat kemiripan antara Vidya dengan Budhaya yang menyebabkan keduanya dikatakan seakar. Tetapi fakta yang valid menunjukkan bahwa kata Vidya berbeda dengan Budhaya. Dan "budaya" dalam bahasa Indonesia lebih logis jika berakar dari budhaya, bukan Vidya. Sedangkan vidya  juga ada dalam nama-nama orang Indonesia, yaitu Widya, dan dalam beberapa istilah-istilah bahasa Indonesia.

Akhirnya sekian dulu yang dapat saya share hari ini. Ditunggu ya postingan selanjutnya :) 

Saturday, March 12, 2016

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Body Condition (Keadaan Tubuh)

Learn Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Body Condition (Keadaan Tubuh)
Hoe gaat het met jou? You know that sentence already, don’t you? Now, how do we answer such question that ask about our feeling or condition? Here are some sentences about feelings and conditions.
Hoe gaat het met jou/(u)?           : How are you? (Bagaimana kabar kamu?)
Ben je ziek? Bent u ziek?              : Are you sick? (Apakah kamu sakit?)
Hoe voel je je?                                  : How do you feel? (Apa yang kamu rasakan?)
Ik voel me . . .                                    : I’m feeling . . . . (Saya merasa . . .)
                Niet lekker          : bad / not good (tidak enak badan)
                Misselijk              : nausea/sickness (mual)
Ik ben . . .                                            : I’m . . . . (Saya . . .)
                Verkouden         : cold (pilek)
                Moe                      : tired (lelah)
                Ziek                        : sick (sakit)
Ik heb . . .                                            : I got . . . . (Saya menderita . . .)
                Koorts                   : fever (deman)
                Hoofdpijn            : headache (sakit kepala)
                Keelpijn                               : sore throat (sakit tenggorokan)
                Buikpijn                : stomachache (sakit perut)
                Pijn in mijn . . .   : pain in my . . . (sakit di . . . saya)
                                Hoofd : head (kepala)
                                Rug : back (punggung)
                                Buik : stomach (perut)
                                Knie : knee (lutut)
                                Voet : foot (kaki)
                                Hele lichaam : whole body (seluruh tubuh)
Gezondheid / Beterschap!          : Get well soon (semoga cepat sembuh)
Ik hoop dat je snel weer op de been bent            : I hope that you get well soon (semoga lekas sembuh)
Waar is de WC?                                 : Where’s the toilet? (Dimanakah ada WC?)
Waar kan ik ziekenhuis vinden? : Where can I find a hospital? (Dimanakah ada rumah sakit?)
Is er apotheek in de buurt?         : Is there a pharmacy here? (Apakah ada apotek di sekitar sini?)
Je moet naar  . . . .  gaan                : You must go to the . . . . . (Kamu harus ke . . . . .)
Ik zou naar . . . . gaan      : I would go to the . . . (if I were you) (Saya akan ke . . . . kalau saya jadi kamu)
                De dokter            : the doctor (dokter)
                De Tandarts        : the dentist (dokter gigi)
                Fysiotherapeut : Physiotherapist (ahli fisioterapi)
                Oogarts                                : Oculist (dokter mata)
                Audicien              : hearing care (ahli pendengaran)
                Opticien               : optician (ahli kacamata)
                Chirurg                 : surgeon (ahli bedah)
                Psycholoog         : Psycologist (psikolog)

Misschien moet je medicijnen innemen                : May be you have to take a medicine. (Mungkin kamu bisa minum obat)

If you have any question, just write it in the comment :)

Sunday, March 6, 2016

Learning Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Numbers in Dutch (Angka dalam Bahasa Belanda)

Learning Dutch (Belajar Bahasa Belanda) : Numbers in Dutch (Angka dalam Bahasa Belanda)
Een, twee, drie! Hi guys, it’s me again. Today, I wanna tell you all how to say numbers in Dutch. Many says that Dutch is similar to English. Yes, it is. But in forming numbers, Dutch and English are a little bit different, I mean the construction. Although you can still hear similarities in the words. Alrite, now let’s just off to the basic numbers.
0 = nul
1 = een
2 = twee
3 = drie
4 = vier
5 = vijf
6 = zes
7 = zeven
8 = acht
9 = negen
10 = tien
Now for numbers 11 and 12 we have different forms, so does English. And for 13 – 19 we use “-tien” which is similar to English “-teenth”
11 = elf
12 = twaalf
13 = dertien
14 = veertien
15 = vijftien
16 = zestien
17 = zeventien
18 = achttien
19 = negentien
Note : note that for 13, the stem “drie” becomes “der” and “vier” becomes “veer”.
And then for 20, 30, 40 and so on, we use “-tig” which also similar to English “-ty”
20 = twintig
30 = dertig
40 = veertig
50 = vijftig
60 = zestig
70 = zeventig
80 = tachtig
90 = negentig
Note : note that 20 has special form, and stam “drie” becomes “der”. It’s also necessary to put “t” in front of “acht”, so it becomes “tachtig”.
Now, lets combine the first numbers with the seconds numbers. And you’ll see how English and Dutch are different. So you must make yourself “adapted” with this rule.
21 = eenentwintig -----> from een + en + twintig -----> one + and + twenty
22 = tweeëntwintig -----> from twee + en + twintig (when a “e” comes after two e’s “ee” or “ie”, the latter gets an umlaut --> ë)
44 = vierenveertig -----> from vier + en + veertig (don’t forget that 4 in four and 4 in forty are different in form)
85 = vijfentachtig -----> from vijf + en + tachtig (don’t forget that 8 get additional t when it is in 80)
99 = negenennegentig -----> from negen + en + negentig
Finally we come to hundreds and it will be easier because the construction is now similar to English.
100 = honderd (we don’t say “een” before “honderd” like English does in “one hundred”)
101 = honderdeen (no more “en” after 100)
103 = honderddrie
106 = honderdzes
118 = honderdachttien
170 = honderdzeventig
200 = tweehonderd (from 200 and so on we don’t add “s” to make plural in “honderd”)
223 = tweehonderddrieëntwintig
800 = achthonderd (all numbers take it’s stem forms, thus not “tachthonderd”, nor “veerhonderd”)
1000 = duizend (like 100, no “een” before “duizend” like English “one” in “one thousand”)
1004 = duizendvier
1050 = duizendvijftig
1234 = duizendtweehonderdvierendertig
5480 = vijfduizendvierhonderdtachtig
90.030 = negentigduizenddertig
250.500 = tweehonderdvijftigduizendvijfhonderd
Until now we make number in one single word, without any space between thousands, hundreds and of course in smaller number. But, after that, we do have to add number, also for “one”.
1,000,000 = een miljoen (we use “een’ and a space)
4,000,000 = vier miljoen
1,000,000,000 = een miljard
9,000,000,000 = negen miljard

By knowing numbers you can make many kind of sentences. For example:
Ik ben 20 jaar                                                     : I am 20 years old (saya berusia 20 tahun)
Hij is 1,80 m (een meter tachtig) lang      : He is 1,80 ms tall (dia memiliki tinggi 180 cm)
De reis kost €300                                              : The trip costs €300 (perjalanannya menghabiskan 300 euro)
Hij studeert al 7 jaar hier                               : He has studied here 7 years (dia telah belajar 7 tahun di sini)

We rijden van 8 uur to 10 uur                     : We drive from 8 o’clock to 10 o’clock (kami berkendara dari pukul 8 hingga pukul 10)