Sunday, May 13, 2018

Mengulik Sisi Lain Thanos dalam The Avengers: Infinity War (2018)


Mengulik Sisi Lain Thanos dalam The Avengers (2018)
Beberapa waktu yang lalu film The Avengers: Infinity War (2018) mulai dirilis di beberapa Negara, termasuk di Indonesia. Gue berkesempatan menikmati karya adiluhung perfilman Amerika tersebut di Depok beberapa hari yang lalu. Meski gue bukan pengikut setia film-film Marvel dan, setelah gue nonton ternyata film ini memiliki open-ending, gue menilai film ini masih luar biasa epik. Sinematografi dan kompleksitas ceritanya terbangun dengan sangat apik dan siap untuk memanjakan mata penonton.
                Dalam film ini terdapat banyak tokoh hero kebanggaan Marvel, seperti Iron Man, Hulk, Spiderman, Captain America, Dr. Strange dll, yang dihadapkan pada satu musuh: Thanos. Sebagai oposisi terhadap para heroes tentunya Thanos berperan sebagai tokoh antagonis dalam film ini. Dari awal film ini dibuka dengan epilog dimana Thanos melawan beberapa heroes untuk mendapatkan batu infinity yang memungkinkannya menguasai alam semesta.
                Sekilas memang Thanos terlihat sebagai tokoh antagonis yang patut dimusuhi sejagat raya. Ambisinya untuk menguasai alam semesta begitu besar sehingga untuk melancarkan aksinya banyak korban berjatuhan, dari pihaknya maupun pihak protagonist—di awal saja Loki sudah dimatikan. Ambisi tersebut terasa busuk, jahat dan tidak bermoral. Partly I do agree with it. Tetapi jika kita kritis melihat tokoh Thanosyang kebetulan menjadi karakter sentral dalam film inikita akan menemukan sisi-sisi baik darinya. Gue pun memaknai tindakan-tindakan Thanos dalam film ini tidak sepenuhnya evil, tetapi ada pesan-pesan baik di baliknya.
                Sebelum berbicara mengenai pesan-pesan implisit yang disampaikan Thanos, gue ingin membuktikan dulu bahwa karakter Thanos tidak mutlak jahat. Ketika ia ingin mendapatkan batu infinity ia diminta satu syarat: mengorbankan orang yang dicintainya. Ya, batu infinity tersebut menyaratkan nyawa ditukar nyawa. Thanos pun mengorbankan Gamora, anak angkatnya. Dan itu berhasil! Meskipun tidankan ini tetap jahat, namun mengisayaratkan pada kita bahwa Thanos memiliki orang yang ia cintai. Tidak hanya Gamora berhasil dikorbankan, cinta yang dimiliki Thanos juga ditunjukkan oleh air matanya ketika mengorbankan anak angkatnya tersebut. Scene tersebut adalah salah satu dari scene yang emosional menurut gue.
                Dalam melancarkan misinya menguasai alam semesta, Thanos tidak menyerang musuh-musuhnya secara sepihak dan masif. Sebelum memutuskan untuk mematikan lawan, Thanos menawarkan mereka untuk bergabung bersamanya dan Thanos akan menjamin kelangsungan hidup mereka. Barulah ketika musuh tidak mau bergabung Thanos akan melawan mereka. Hal unik terjadi ketika Tony Stark (Iron Man) berusaha mati-matian untuk mengalahkan Thanos namun tidak berhasil. Thanos menghampiri Stark yang sudah tidak berdaya dan mengatakan bahwa ia mengapresiasi perjuangan yang dilakukan oleh Stark untuk alam semesta dan berharap bahwa setelah alam semesta dikuasainya, orang-orang akan mengingat Stark sebagai pahlawan. Scene ini menjadi penanda lain yang menunjukkan sisi baik Thanos.
                Sekarang kita beranjak ke ambisi buruk Thanos untuk menguasai alam semesta. Ya, gue setuju jika ambisi tersebut memang tidak benar atau baik dilakukan. Semua orang kecuali pasukan Thanos menentang hal itu dan sebisa mungkin menghentikannya. Segera setelah menemukan keenam batu infinity  mulia dan menguasai alam semesta, Thanos ingin mematikan separuh dari populasi alam semesta. Hal tersebut semakin membuat citra jahatnya di mata penonton semakin jelas. Tetapi itu hanya jika kita tidak kritis memaknai film ini.
                Setelah merenungkan perbuatan Thanos, ada beberapa latar belakang dan alasan perbuatan tersebut yang menjadi pesan baik bagi gue. Pertama, dengan mematikan separuh populasi, Thanos ingin orang-orang merasakan kesendirian seperti yang ia rasakan. Secara tidak langsung, kesendirian ini adalah faktor logis ambisi buruknya namun Thanos ingin menyampaikan bahwa ada ketidak-adilan di alam semesta karena sebagian orang merasakan kesendirian namun yang lain tidak.
                Latar belakang di atas memang bersifat personal dan tidak serta merta menjadikan Thanos suci dari dosa. Akan tetapi, masih ada alasan lain di balik niat jahat Thanos memusnahkan setengah populasi alam semesta, yaitu karena sumber daya di alam semesta terbatas. Hal ini mengingatkan saya pada dua hal: teori Robert Malthus dan seleksi alam. Robert Malthus mengatakan bahwa pertambahan ketersediaan pangan tidak sebanding dengan pertumbuhan penduduk. Tentunya akan ada masa ketika manusia kekurangan sumber pangan dan punah. Hal ini bersifat analog jika kita bawa pada konteks alam semesta. Energi yang tersedia terbatas namun penduduk semesta terus bertambah berkali-kali lipat. Jadi, motif di balik ambisi Thanos tidak hanya untuk kepuasan diri sendiri melainkan untuk menjaga keseimbangan alam semesta yang memiliki energi terbatas. Thanos memberi contoh dampak buruk yang bahkan telah terjadi akibat ketidak-seimbangan antara sumber daya dan populasi alam semesta, yaitu sebuah bintang yang kian tidak terurus, semakin murung dan tidak pantas untuk dihuni lagi. Ini juga dapat dimaknai sebagai tamparan bagi penghuni planet, seperti manusia, yang tidak peduli dengan alamnya. Jadi, tidakan buruk Thanos ditujukan untuk kemaslahatan umat jagat raya hanya saja caranya tidak berterima bagi semua orang.
                Seleksi alam yang saya maksudkan di atas masih ada sangkut pautnya dengan keadaan lingkungan. Dalam seleksi alam yang dikenalkan Darwin ketika merumuskan pemikiran evolusinya, makhluk harus berusaha bertahan hidup dan bersaing dengan makhluk lainnya. Makhluk hidup yang tidak bisa bertahan hidup dan menyesuaikan diri dengan lingkungan akan mati atau punah. Seleksi alam adalah medium alami untuk menjaga keseimbangan di alam. Hubungannya dengan Thanos adalah bahwa ia akan memusnahkan separuh populasi—dengan tujuan menjaga keseimbangan alam—dengan cara yang acak/tidak pilih-pilih antara orang kulit putih dan kulit hitam/berwarna, antara kaya dan miskin, tua-muda, laki-laki dan perempuan. Jadi, terdapat keadilan dalam mekanisme pemusnahan sepruh populasi ini sehingga setiap makhluk hidup memiliki potensi yang sama untuk hidup atau mati. Jika kita relate dengan kehidupan sehari-hari, ini adalah sindiran untuk ketidak-adilan yang sering terjadi dimana-mana. Orang kaya dan kulit putih memiliki kesempatan hidup yang lebih besar daripada orang miskin dan kulit hitam. Keseimbangan yang diciptakan melalui seleksi alam tidak berjalan secara alami pada manusia karena survival manusia tidak ditentukan oleh bagaimana manusia deal dengan alam, tetapi dicurangi oleh ketimpangan yang disebabkan oleh kekayaan, warna kulit, gender dan sebagainya. Thanos hadir untuk menghapuskan semua ketidak-adilan tersebut.
                Akhir kata gue ingin berterima kasih pada sutradara, pemeran dan semua orang yang terlibat dalam film ini karena telah memberi gue banyak pesan mengenai kehidupan serta sindiran-sindiran implisit yang menohok bagi diri pribadi dan bagi manusia secara kolektif. Itulah yang gue suka dari film-film Amerika, selain sinematografi, alur cerita dan ketegangannya digarap dengan baik, di baliknya juga disisipkan makna-makna secara artistik dan dalam. I do really like the movie and can’t wait for the next sequel!!